Pemanfaatan Media Sosial dan Peran Kelembagaan Penyuluhan dalam Peningkatan Kompetensi Penyuluh Pertanian
View/ Open
Date
2020Author
Humadi, Lutfi
Hubeis, Aida Vitayala S
Puspitawati, Herien
Anwas, E Oos M
Metadata
Show full item recordAbstract
Di era globalisasi sumber daya manusia (SDM) khususnya penyuluh akan mengalami tantangan dan dinamika yang semakin kompleks seiring dengan kemajuan teknologi informasi dan komunikasi (TIK). Otonomi daerah dan sejak diberlakukannya Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang pemerintahan daerah menimbulkan keragaman penafsiran dan pelaksanaan penyuluhan di daerah-daerah, hal ini membuat kelembagaan penyuluhan cenderung terabaikan dan melemah yang mengakibatkan peran penyuluh tidak optimal. Di sisi lain berbagai macam media informasi yang ada masa kini, salah satunya media sosial yang perkembangannya cukup pesat berpotensi untuk dimanfaatkan penyuluh sebagai sumber belajar dan media informasi pertanian. Penyuluh dapat menjadikan media sosial sebagai media belajar tanpa harus bergantung pada pendidikan formal, pelatihan, dan media konvensional.
Penelitian bertujuan untuk (1) menganalisis karakteristik penyuluh, dukungan lembaga, pemanfaatan media sosial, peran kelembagaan penyuluhan dan kompetensi penyuluh pertanian, (2) menganalisis pengaruh karakteristik penyuluh dan dukungan lembaga terhadap pemanfaatan media sosial, (3) menganalisis pengaruh karakteristik penyuluh dan dukungan lembaga, pemanfaatan media sosial terhadap peran kelembagaan penyuluhan, (4) menganalisis pengaruh karakteristik penyuluh, dukungan lembaga, pemanfaatan media sosial dan peran kelembagaan penyuluhan terhadap kompetensi penyuluh pertanian, (5) merumuskan strategi yang efektif untuk meningkatkan kompetensi penyuluh pertanian.
Rancangan penelitian yang dipilih adalah kombinasi antara penelitian deskriptif (descriptive research) dengan penelitian eksplanatori (explanatory research. Penelitian dilaksanakan dengan menggunakan metode sensus, yaitu seluruh penyuluh yang berada di Provinsi Kepulauan Riau yang berjumlah 90 orang yang tersebar di dua kota yakni Tanjungpinang dan Batam, dan lima kabupaten yakni Bintan, Karimun, Lingga, Natuna, dan Kepulauan Anambas. Pengumpulan data dilakukan mulai bulan Juni sampai Oktober 2019. Teknik pengumpulan data melalui wawancara berkuesioner, wawancara mendalam dan pengamatan (observasi). Analisis data dalam penelitian meliputi: (1) analisis deskriptif berupa distribusi frekuensi, persentase dan rataan skor dengan bantuan Microsoft Excel dan program SPSS (Statistical Product and Service Solution) versi 20.0); (2) analisis inferensial dengan PLS (Partial Least Square) dengan bantuan aplikasi SmartPLS 3.0.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa karakteristik penyuluh meliputi umur dalam kategori dewasa awal (29-38 tahun), pendidikan dalam kategori sarjana, pengalaman sebagai penyuluh sebagian besar satu sampai tujuh tahun, dan kosmopolitan dalam kategori sedang. Dukungan lembaga meliputi BPTP dan kelompok tani dalam kategori sedang, sedangkan Pemda dan perusahaan agribisnis dalam kategori rendah dan sangat rendah. Pemanfaatan media sosial
meliputi whatsapp dalam kategori tinggi, facebook dan youtube dalam kategori sedang, sedangkan instagram dalam kategori rendah. Peran kelembagaan penyuluhan meliputi penyelenggaraan Diklat penyuluh dan pengorganisasian penyuluh dalam kategori rendah, sedangkan penyedia media belajar, dan penyedia prasarana dan sarana dalam kategori sangat rendah. Kompetensi penyuluh pertanian meliputi kemampuan berpikir kritis, kemampuan kreatif inovatif, kemampuan pemecahan masalah, kemampuan berkomunikasi dan kemampuan membangun kolaborasi semuanya berada pada kategori rendah. Karakteristik penyuluh dan dukungan lembaga berpengaruh nyata terhadap Pemanfaatan media sosial. Dukungan lembaga dan pemanfaatan media sosial berpengaruh nyata terhadap peran kelembagaan penyuluhan, sedangkan karakteristik penyuluh tidak berpengaruh terhadap peran kelembagaan penyuluhan. Karakteristik penyuluh, dukungan lembaga, pemanfaatan media sosial dan peran kelembagaan penyuluhan berpengaruh secara langsung terhadap kompetensi penyuluh. Karakteristik penyuluh juga berpengaruh secara tidak langsung terhadap kompetensi penyuluh yaitu melalui pemanfaaatan media sosial, sedangkan dukungan lembaga berpengaruh tidak langsung terhadap kompetensi penyuluh yaitu melalui pemanfaatan media sosial dan peran kelembagaan penyuluhan. Strategi peningkatan kompetensi penyuluh pertanian dapat dilakukan dengan cara: (a) meningkatkan intensitas pemanfaatan media sosial yang ditempuh melalui pemanfaatan facebook, whatsapp, dan youtube yang dilakukan dengan sadar atas manfaat dan kebutuhan informasi pertanian, serta diperkuat dengan dukungan karakteristik penyuluh seperti peningkatan pengalaman penyuluh, dan sikap kosmopolitan, termasuk juga adanya dukungan lembaga terkait seperti BPTP, Pemda, Kelompok Tani, dan perusahaan agribisnis; (b) penguatan lembaga pendukung yang dapat dilakukan dengan meningkatkan dukungan BPTP, Pemda, kelompok tani, dan perusahaan agribisnis; (c) penguatan karakteristik penyuluh dengan menambah pengalaman penyuluh dan meningkatkan sikap kosmopolit. Karakteristik penyuluh juga dapat berkontribusi terhadap kompetensi penyuluh pertanian melalui intensitas pemanfaaatan media sosial; (d) meningkatkan peran kelembagaan penyuluhan melalui upaya peningkatan intensitas penyelenggaraan Diklat penyuluh, memperkuat pengorganisasian penyuluh, meningkatkan fasilitasi media belajar, dan fasilitasi prasarana dan sarana. Dalam upaya peningkatan peran kelembagaan penyuluhan harus ada keterlibatan lembaga terkait seperti BPTP, Pemda, kelompok tani, dan perusahaan agribisnis untuk bekerjasama memberikan dukungan terhadap peran kelembagaan penyuluhan sehingga dapat berkontribusi terhadap peningkatan kompetensi penyuluh pertanian.
Collections
- DT - Human Ecology [567]