Pengelolaan Perikanan Karang Berkelanjutan Berbasis Ekosistem di Wilayah Pesisir Pulau Ternate.
View/Open
Date
2020Author
Rumagia, Faizal
Boer, Mennofatria
Kurnia, Rahmat
Kamal, Mohammad Mukhlis
Metadata
Show full item recordAbstract
Meningkatnya pembangunan dan aktivitas masyarakat di wilayah pesisir
Pulau Ternate, telah memberikan dampak terhadap aktifitas kegiatan perikanan
karang di daerah ini. Akibatnya, terjadi tekanan pada sumberdaya perikanan karang,
baik ikan karang maupun ekosistem terumbu karang yang menjadi tempat kegiatan
penangkapan ikan. Kebutuhan akan informasi dan model pengelolaan sumberdaya
perikanan karang berbasis pada kondisi ekologi, ekonomi, sosial-budaya dan
teknologi yang sesuai dengan kondisi wilayah Pulau Ternate merupakan bagian
yang penting untuk dilakukan dalam pengembangan dan peningkatan produksi
perikanan karang di wilayah ini, dengan tetap memperhatikan faktor kelestarian
sumberdaya alam dan keberlanjutan pembangunan pada sektor perikanan dan
kelautan di PulauTernate.
Sumber mata pencaharian dan pengelolaan sumberdaya alam haruslah dapat
diadaptasikan pada perubahan sistem ekologi dan sosial dalam rangka
meningkatkan ketahanan dan keberlanjutan pembangunan dan pengelolaan wilayah
pesisir dan lautan. Penelitian ini bertujuan untuk menentukan strategi pengelolaan
perikanan karang berkelanjutan di wilayah pesisir Pulau Ternate dengan
pendekatan ekosistem yang berbasis pada karakteristik sumberdaya dan pola
pengelolaannya, yang dianalisis melalui serangkaian penelitian dengan tujuan
khusus: 1) menilai tingkat pemanfaatan sumberdaya ikan pada spesies target yang
diekploitasi dalam kegiatan perikanan karang di perairan Pulau Ternate dengan
pendekatan analisis stok (Stock Assessment); 2) menganalisis tingkat interaksi trofik
dalam kegiatan perikanan karang di perairan Pulau Ternate dengan pendekatan
kesetimbangan massa melalui pendekatan model Ecopath with Ecosim; dan 3)
menilai status keberlanjutan pembangunan perikanan karang berdasarkan aspek
ekologi, ekonomi, sosial, dan teknologi melalui modifikasi indikator pengelolaan
berkelanjutan, serta penerapan pendekatan Sustainability Window dalam penentuan
peluang keberlanjutan pembangunan perikanan karang.
Proses pengambilan data dilakukan pada area ekosistem terumbu karang yang
menjadi daerah penangkapan bagi kegiatan perikanan karang di pesisir Pulau
Ternate. Penelitian dilakukan selama satu tahun, sejak April 2018 hingga Mei 2019.
Periode pengambilan dan pengukuran sampel ikan dilakukan dari bulan April
sampai Agustus 2018, disertai dengan proses wawancara pada setiap kelompok
stakeholder yang terkait dengan tujuan penelitian. Pengumpulan data juga
dilakukan melalui penelusuran data kepustakaan dan informasi dari lembaga
terkait.
Ikan-ikan karang yang menjadi target penangkapan dalam kegiatan perikanan
karang di wilayah pesisir Pulau Ternate, umumnya memiliki pola pertumbuhan
yang cenderung pada pertumbuhan alometrik negatif dengan koefisien
pertumbuhan (K) yang relatif sedang (~0.55 – ~1.70 per tahun). Ukuran ikan yang
tertangkap masih berada di bawah ukuran L∞ dari ukuran panjang setiap kelompok
ikan target, mengindikasikan bahwa ikan-ikan target yang tertangkap umumnya
masih belum mencapai ukuran dewasa. Rata-rata umur maksimum (tmax) yang
diperlukan oleh ikan-ikan target untuk mencapai pertumbuhan maksimumnya
sekitar ~4.05 tahun (~49.23 bulan). Ikan-ikan target dengan koefisien pertumbuhan
yang besar umumnya mampu mencapai umur maksimum dalam waktu yang cepat.
Pendugaan ukuran pertama kali tertangkap (LC) menunjukkan bahwa ikan target
yang tertangkap cenderung memiliki ukuran yang relatif lebih kecil dari ukuran
panjang L∞. Rekrutmen terjadi sepanjang tahun pada seluruh kelompok ikan target,
dengan puncak rekrutmen relatif pada bulan ke-6 dan ke-7 (Juni-Juli). Laju
mortalitas alami (M) dari seluruh ikan target, cenderung lebih besar dari laju
mortalitas akibat penangkapan (F). Laju eksplotasi (E) yang tinggi cenderung
dijumpai pada ikan-ikan target yang memiliki koefisien pertumbuhan yang tinggi,
dengan nilai E berkisar antara 0.4 – 0.8 pada LC antara 152.96 – 214.68 mm.
Tingginya eksploitasi terhadap ikan-ikan yang berukuran kecil, memberikan
pengaruh terhadap nilai B'/R yang dihasilkan saat ini yang berkisar antara ~13%
sampai ~29.7% dari biomassa saat tidak terjadi eksploitasi .
Pemodelan Ecopath menunjukkan bahwa, ekosistem terumbu karang di
wilayah pesisir Pulau Ternate didominasi oleh sistem tingkat tofik rendah, dimana
organisme zooplankton dan bentik memiliki peran yang penting dalam menjaga
keberlanjutan ekosistem. Sejumlah parameter atribut dari ekosistem yang
dimodelkan menunjukkan bahwa ekosistem terumbu karang di pesisir Pulau
Ternate memiliki kematangan dan stabilitas yang rendah, sehingga rentan terhadap
gangguan yang masuk kedalamnya. Hasil pemodelan juga menunjukkan bahwa
ekosistem terumbu karang di wilayah pesisir Pulau Ternate terklasifikasi kedalam
ekosistem yang sedang berkembang. Simulasi dinamik Ekosim menunjukkan
bahwa sumberdaya perikanan karang pada ekosistem terumbu karang di wilayah
pesisir Pulau Ternate, cenderung akan mengalami perubahan apabila terdapat
tekanan yang besar pada sumberdaya dan ekosistem terumbu karang akibat dari
aktifitas kegiatan perikanan karang yang menargetkan spesies-spesies tertentu
dalam penangkapannya. Perubahan atribut bioekologi ekosistem terumbu karang di
wilayah pesisir Pulau Ternate, akan berakibat pada penurunan kelimpahan jumlah
jenis yang menjadi target penangkapan.
Status keberlanjutan pembangunan perikanan karang di wilayah pesisir Pulau
Ternate dari tahun 2012 hingga 2017 menunjukkan status pembangunan yang
berkelanjutan. Perubahan pada nilai indikator-indikator keberlanjutan memberikan
dampak pada performa keberlanjutan setiap dimensi pembangunan, sehingga
penentuan strategi pengelolaan dan pengembangan kegiatan perikanan karang di
wilayah pesisir Pulau Ternate sudah sepatutnya mempertimbangkan keterkaitan
antar setiap dimensi pembangunan, serta indikator-indikator yang menunjang
keberlanjutannya. Peluang keberlanjutan (Sustainable Window, SuWi) kegiatan
perikanan karang di wilayah pesisir Pulau Ternate cenderung menunjukkan nilai
yang mengarah pada proses yang berkelanjutan, dengan tingkat ketebalan peluang
keberlanjutan yang tidak terlalu besar terhadap kegiatan perikanan karang Provinsi
Maluku Utara dan perikanan demersal secara Nasional. Kondisi ini mensyaratkan
perlunya kehati-hatian dalam pengambilan kebijakan pengeloaan perikanan karang
di wilayah pesisir Pulau Ternate, serta memperhatikan dampak yang dapat
ditimbulkan dari kebijakan pembangunan perikanan baik pada tingkat provinsi
maupun nasional.
Collections
- DT - Fisheries [733]