dc.description.abstract | Jagung merupakan komoditas pangan yang strategi selain beras.
Komoditas jagung penting karena banyak digunakan oleh rumahtangga, peternak
mandiri dan industri pengolahan jagung seperti industri pakan dan pangan.
Indonesia dengan jumlah penduduk yang tinggi dan pesatnya pertumbuhan
industri peternakan, industri pakan dan industri pangan, menjadi alasan utama
pemerintah memprioritaskan pengembangan jagung. Neraca perdagangan jagung
masih defisit karena produksi belum mampu memenuhi kebutuhan dalam negeri,
sehingga perlu impor jagung. Produksi jagung dalam negeri semakin dibutuhkan
karena volume perdagangan jagung dunia yang kecil (thin market). Perubahan
faktor eksternal yaitu pola produksi dan konsumsi negara eksportir dan importir
jagung dunia dapat berdampak negatif terhadap pelaku industri jagung di
Indonesia, sehingga perlu diantisipasi dengan kebijakan domestik.
Tujuan penelitian adalah menganalisis (1) faktor-faktor yang
mempengaruhi produksi, permintaan dan perdagangan jagung, pakan, dan pangan
di pasar domestik dan dunia, (2) dampak faktor eksternal dan kebijakan domestik
terhadap penawaran dan permintaan jagung, pakan, dan pangan di pasar domestik
dan dunia, dan (3) dampak faktor eksternal dan kebijakan domestik terhadap
kesejahteraan pelaku industri jagung di Indonesia. Model dibangun sebagai sistem
persamaan simultan terdiri dari 45 persamaan, dimana 32 persamaan struktural
dan 13 persamaan identitas. Menggunakan data sekunder periode waktu tahun
1986-2017 dan model diestimasi dengan metode Two Stage Least Squares
(2SLS). Simulasi dampak faktor eksternal dan kebijakan domestik dilakukan pada
periode historis tahun 2013 – 2017.
Hasil estimasi menunjukkan bahwa luas areal panen jagung dipengaruhi
oleh harga jagung tingkat petani, harga pupuk dan upah buruh tani, meskipun
responnya inelastis pada jangka pendek dan jangka panjang. Produktivas jagung
dipengaruhi oleh jumlah penggunaan pupuk dan jumlah penggunaan benih hibrida
dan responnya inelastis pada jangka pendek. Permintaan jagung rumahtangga
dipengaruhi oleh harga jagung tingkat konsumen, sedangkan permintaan jagung
peternak mandiri dipengaruhi oleh harga jagung tingkat pedagang besar dan harga
pakan, tetapi responnya inelastis. Permintaan pakan dipengaruhi harga pakan dan
populasi ternak, sedangkan permintaan pangan dipengaruhi oleh jumlah penduduk
Indonesia dan responnya elastis pada jangka panjang.
Industri pakan dan pangan mengkonsumsi jagung dari dua sumber yaitu
pasar domestik dan impor, dimana jagung dari sumber domestic dan impor saling
bersubstitusi. Permintaan jagung industri pakan yang bersumber dari domestik
dipengaruhi oleh harga jagung di tingkat pedagang besar dan harga impor jagung,
sedangkan yang bersumber dari impor dipengaruhi oleh harga impor jagung,
harga jagung di tingkat pedagang besar dan krisis ekonomi. Permintaan jagung
industri pangan yang bersumber dari domestik dipengaruhi oleh harga jagung
tingkat pedagang besar dan kapasitas produksi industri pangan, sedangkan yang
bersumber dari impor dipengaruhi oleh harga impor jagung. Impor jagung negara
importir dipengaruhi oleh harga jagung dunia dan GDP negara pengimpor. Ekspor
jagung negara pengekspor dipengaruhi oleh harga jagung dunia dan produksi
negara pengekspor.
Dampak perubahan kondisi eksternal (penurunan produksi jagung
Amerika Serikat, peningkatan GDP Jepang dan depresiasi nilai tukar rupiah)
terhadap kinerja perdagangan, dimana penerimaan ekspor pakan dan pangan
meningkat tetapi pengeluaran impor jagung juga meningkat lebih besar, sehingga
defisit neraca perdagangan meningkat. Dampak perubahan kondisi eksternal
terhadap kesejahteraan pelaku industri jagung, dimana surplus produsen petani
jagung dan konsumen pakan meningkat, sedangkan surplus konsumen jagung
rumahtangga, peternak mandiri, industri pakan, industri pangan dan konsumen
pangan menurun, sehingga kesejahteran masyarakat (net surplus) menurun.
Kebijakan domestik penurunan tarif impor jagung dan peningkatan
produktivitas jagung berdampak terhadap penurunan penerimaan ekspor pakan
dan pengeluaran impor jagung, sedangkan penerimaan ekspor pangan meningkat,
sehingga defisit neraca perdagangan menurun. Dampak kebijakan penurunan tarif
impor jagung dan peningkatan produktivitas jagung terhadap kesejahteraan pelaku
industri, dimana surplus produsen petani jagung dan konsumen pakan menurun,
sedangkan surplus konsumen jagung rumahtangga, peternak mandiri, industri
pakan, industri pangan dan konsumen pangan meningkat, sehingga kesejahteran
masyarakat meningkat.
Kebijakan subsidi harga pupuk urea dan benih hibrida berdampak terhadap
penurunan pengeluaran impor jagung dan peningkatan penerimaan ekspor pakan
dan pangan, sehingga defisit neraca perdagangan menurun. Dampak kebijakan
subsidi harga pupuk urea dan benih hibrida terhadap kesejahteraan pelaku
industri, dimana produsen petani jagung menurun sedangkan surplus konsumen
jagung rumahtangga, peternak mandiri, industri pakan, industri pangan, konsumen
pakan dan konsumen pangan meningkat, sehingga kesejahteraan masyarakat
meningkat. Kebijakan peningkatan harga acuan pembelian jagung berdampak
terhadap peningkatan surplus seluruh pelaku industri jagung (better-off), sehingga
kesejahteraan masyarakat meningkat.
Dampak faktor eksternal (penurunan produksi jagung Amerika Serikat,
peningkatan GDP Jepang dan depresiasi nilai tukar rupiah) yang diantisipasi oleh
kebijakan domestik berdampak terhadap peningkatan surplus konsumen jagung
rumahtangga, peternak mandiri, industri pakan, industri pangan dan konsumen
pangan, sedangkan surplus konsumen pakan menurun. Dampak faktor eksternal
yang diantisipasi dengan kebijakan penetapan harga acuan pembelian jagung akan
meningkatkan surplus produsen petani jagung. | id |