Genetik Cabang Tersier Malai Padi dan Respon Percabangan Malai terhadap Fosfor dan Musim
View/Open
Date
2019Author
Hastini, Tri
Aswidinnoor, Hajrial
Ghulamahdi, Munif
Suwarno, Willy Bayuardi
Metadata
Show full item recordAbstract
Arsitektur atau morfologi malai merupakan salah satu sifat agronomi penting
pada tanaman padi yang berpengaruh terhadap hasil. Bagian-bagian malai yang
membentuk arsitektur malai yaitu sumbu utama malai, cabang primer, cabang
sekunder, dan pada beberapa genotipe padi terdapat cabang tersier. Cabang primer
tumbuh pada sumbu utama malai, cabang sekunder tumbuh pada cabang primer dan
cabang tersier tumbuh pada cabang sekunder. Biji padi atau gabah menempel pada
ketiga percabangan malai tersebut. Jumlah gabah yang dihasilkan per malai
dipengaruhi oleh jumlah dan panjang cabang malainya. Perakitan varietas padi
berdaya hasil tinggi dengan percabangan malai yang lebat namun malai tidak terlalu
panjang merupakan terobosan alternatif untuk meningkatkan produksi padi
nasional. Guna mendukung program tersebut, diperlukan informasi mengenai
karakter percabangan malai.
Tujuan penelitian ini adalah (1) memperoleh metode sampling dalam
menentukan ukuran sampel minimum untuk studi karakter percabangan malai padi,
(2) mempelajari pola pewarisan genetik karakter percabangan tersier malai padi, (3)
mengetahui respon atau perilaku percabangan malai terhadap perlakuan fosfor, dan
(4) mengetahui respon percabangan malai terhadap musim yang berbeda. Penelitian
bertema percabangan malai padi ini terdiri atas empat percobaan yaitu (1)
identifikasi ukuran sampel minimum karakter percabangan malai melalui
percobaan metode sampling, (2) genetik cabang tersier malai padi, (3) respon
percabangan malai padi terhadap fosfor, dan (4) respon percabangan malai padi
terhadap musim.
Pada percobaan metode sampling, sebanyak 20 genotipe padi sawah ditanam
dan ditata dengan rancangan acak kelompok lengkap dengan tiga ulangan.
Pengambilan sampel awal dilakukan terhadap tiga rumpun secara acak dari tiap plot,
dan dari tiap rumpun diambil lima malai secara acak. Berdasarkan sampel tersebut
disusun metode sampling berdasarkan jumlah rumpun (R) dan jumlah malai (M),
yaitu 3R5M, 3R4M, 3R3M, 3R2M, 2R5M, 2R4M, 2R3M, dan 2R2M. Penyusunan
set data dalam metode menggunakan teknik kombinasi sehingga diperoleh delapan
metode dan 104 kombinasi. Analisis statistik yang digunakan adalah uji
homogenitas ragam dan analisis ragam. Hasil percobaan ini memberikan informasi
bahwa ukuran sampel dua malai dari dua rumpun sudah mencukupi untuk
pengamatan karakter percabangan malai padi kecuali karakter percabangan tersier
malai yaitu tiga malai dari tiga rumpun.
Genetik cabang tersier malai padi dipelajari melalui percobaan pola
pewarisan yang melibatkan delapan populasi yaitu P1, P2, F1, F1R, F2, F2R, BC1P1,
dan BC1P2. Analisis statistik dilakukan menggunakan uji-t untuk mengetahui
pengaruh tetua betina, heritabilitas dalam arti luas maupun arti sempit, pendugaan
aksi gen menggunakan skewness dan pendugaan jumlah gen pengendali karakter
cabang tersier malai padi menggunakan kurtosis. Pendugaan aksi gen juga
dilakukan menggunakan uji skala dan uji skala gabungan. Uji skala gabungan
dilakukan pada karakter yang menunjukkan perbedaan nyata pada uji skala.
Hasil penelitian memberikan informasi bahwa menurut uji-t tidak terdapat
perbedaan antara F1 dan F1R (p > 0.05), sehingga dikatakan pewarisan karakter
percabangan tersier malai padi tidak dipengaruhi tetua betina, dan kendali
genetiknya berada di dalam inti sel. Heritabilitas arti luas karakter percabangan
tersier malai padi tergolong tinggi (> 0.5), sedangkan heritabilitas arti sempit
tergolong sedang (0.2 – 0.5) kecuali untuk karakter jumlah cabang tersier per malai
yang tergolong dalam kategori tinggi (0.55). Berdasarkan analisis skewness, aksi
gen pada karakter percabangan tersier malai pada populasi F2 dan F2R adalah aditif
dan epistasis komplementer. Seluruh karakter percabangan tersier malai padi
diduga dikendalikan oleh banyak gen, kecuali jumlah cabang tersier pada populasi
F2. Hasil uji skala memberikan informasi bahwa model aditif dominan tidak sesuai
untuk karakter jumlah cabang tersier dan jumlah gabah cabang tersier, sedangkan
persentase jumlah gabah tersier per malai menunjukkan aksi gen aditif dominan.
Lebih lanjut hasil uji skala gabungan terhadap karakter jumlah cabang tersier dan
jumlah gabah pada cabang tersier menunjukkan bahwa kedua karakter tersebut
sesuai dengan model aditif dan interaksi aditif × aditif. Hal ini selaras dengan data
fenotipiknya yang tidak menyebar normal.
Pada percobaan dengan perlakuan beberapa taraf dosis fosfor terhadap dua
genotipe, terlihat bahwa genotipe IPB158-F-5 lebih responsif terhadap fosfor
dengan pola respon yang kuadratik. Sebaliknya, pola respon linier maupun
kuadratik tidak sesuai untuk genotipe IPB180-F-12 untuk sebagian besar karakter
percabangan malai, kecuali pada karakter jumlah cabang primer dapat dibuat model
kuadratik.
Terdapat pengaruh interaksi genotipe × musim yang nyata pada seluruh
karakter percabangan malai. Perilaku antar jenis anakan juga terlihat sangat berbeda,
yang mana nilai seluruh karakter percabangan malai dari anakan utama > malai
anakan primer > malai anakan sekunder pada seluruh karakter percabangan malai.
Analisis korelasi antar jenis anakan pada dua musim menginformasikan bahwa
perilaku percabangan malai berbeda-beda antar genotipe. Regresi antara
pertanaman pada musim pertama sebagai tetua dan pertanaman pada musim kedua
sebagai keturunan menunjukkan hubungan yang sangat erat pada karakter panjang
malai, jumlah gabah total per malai, jumlah cabang primer, panjang cabang primer,
jumlah cabang sekunder, panjang cabang sekunder, jumlah gabah per cabang
sekunder, total gabah cabang sekunder, jumlah cabang tersier, dan jumlah gabah
cabang tersier.
Collections
- DT - Agriculture [756]