Komunikasi Partisipatif dalam Pengembangan Program Pertanian Beras Hitam
View/ Open
Date
2019Author
Zulfiningrum, Rahmawati
Sumardjo
Saleh, Amiruddin
Agusta, Ivanovich
Metadata
Show full item recordAbstract
Beras hitam (Oryza Sativa L. Indica) merupakan salah satu bahan pangan
alternatif yang mengandung anthocyanin, antioksidan, dan serat yang tinggi;
sehingga dapat membantu mengatasi masalah penyakit degeneratif, seperti
serangan jantung dan diabetes yang disebabkan oleh konsumsi makanan dan gaya
hidup yang tidak sehat. Mengacu pada manfaat kesehatan dan nilai ekonomi yang
tinggi, pengembangan program pertanian beras hitam memerlukan keterlibatan dan
peran aktif seluruh sensemaker (aktor yang terlibat dalam pengembangan program),
agar dapat bermanfaat secara luas bagi kesehatan masyarakat dan meningkatkan
kesejahteraan petani.
Pengembangan program beras hitam di Kecamatan Sirampog Kabupaten
Brebes pada awalnya dikembangkan oleh Dinas Pertanian melalui Badan Pelaksana
Penyuluhan (Bapeluh) dengan pendanaan dari Anggaran Pendapatan dan Belanja
Daerah (APBD) Kabupaten Brebes Tahun 2015. Pada tahun 2008, program Farmer
Empowerment through Agricultural Technology and Information (FEATI)
dijalankan untuk menghasilkan One Village One Product (OVOP), dan melakukan
Participatory Rural Appraisal (PRA) pengkajian potensi wilayah. Setelah FEATI
usai, pengembangan program dilanjutkan hingga awal tahun 2017. Keberhasilan
pengembangan program pertanian beras hitam memerlukan proses komunikasi
yang efektif di antara sensemaker.
Partisipasi petani dalam pengembangan program beras hitam masih rendah.
Hal ini dikarenakan pengembangan program merubah kebiasaan petani dari
menanam beras hitam skala kecil menjadi skala besar, perubahan ini berbenturan
dengan budaya masyarakat setempat. Program beras hitam dianggap tidak mampu
berkembang karena terdapat beragam perbedaan sense dan cara berpikir di antara
sensemaker dalam menilai pengembangan program, kesulitan untuk mengetahui
koherensi di antara sensemaker, dan strategi yang dibutuhkan. Terdapat kondisi
yang ambigu pada pengembangan program yaitu pada sifat masalah, informasi, dan
tujuan program. Ketidakpastian program terjadi pada pembagian peran,
tanggungjawab, dan langkah-langkah dalam mencapai keberhasilan program.
Berdasarkan latar belakang tersebut, tujuan penelitian adalah: (1)
menganalisis proses komunikasi dalam pengembangan program pertanian beras
hitam, (2) menganalisis koherensi di antara sensemaker dalam pengembangan
program pertanian beras hitam, dan (3) merumuskan strategi komunikasi yang
efektif dalam pengembangan program pertanian beras hitam. Penelitian
menggunakan metode sensemaking dari teori komunikasi organisasi, teori
konvergensi komunikasi, dan pendekatan pola budaya. Paradigma konstruktivis
dengan pendekatan kualitatif dan metode fenomenologi diterapkan untuk
membangun pemahaman tentang pengembangan program berdasarkan sudut
pandang sensemaker dalam proses komunikasi program. Situasi sensemaking
dipetakan melalui tujuh karakteristik sensemaking dan 12 parameter untuk
menganalisis permasalahan program. Word cloud digunakan untuk mengetahui
topik utama yang dikemukakan oleh sensemaker dan melakukan interpretasi.
Jaringan komunikasi digunakan untuk melihat komunikator utama yang memiliki
peran pada proses komunikasi sebagai dasar dalam merumuskan strategi
komunikasi.
Beras hitam bagi masyarakat Sirampog bukan hanya sekedar bahan pangan,
tetapi memiliki kaitan erat dengan budaya dan pengetahuan lokal. Terdapat tiga
elemen unsur budaya, yaitu: way of life, community dan tradition. Sebagai way of
life beras hitam merupakan bagian dari cara hidup masyarakat Sirampog, yaitu
tanaman pelindung agar selamat dan menjaga kesuburan tanah. Masyarakat terbiasa
menanam dengan luasan tanam sedikit, seperti ditanam di sudut lahan tulakan (atas)
atau bawahan (bawah). Sebagai elemen community, benih beras hitam berasal dari
desa Sridadi dan Kaligiri, dimana masyarakat Sirampog terbiasa menanam beras
hitam secara turun temurun. Beras hitam sebagai tradition, terdapat pesan leluhur
dan tradisi agar masyarakat selalu menanam dan melestarikan beras hitam. Hingga
saat ini, beras hitam digunakan oleh masyarakat sebagai aset simpanan seperti
cengkeh atau emas.
Pengembangan program beras hitam meskipun terjadi proses komunikasi,
namun apabila tidak terjadi dialog didalamnya yang menghasilkan kesetaraan
pendapat antara pembuat kebijakan, koordinator program, dan pelaksana program
maka tidak dapat menghasilkan konvergensi. Konvergensi dan koherensi pada
pengembangan program beras hitam akan terjadi apabila terdapat komunikasi yang
dialogis, intensif, dan berlangsung dua arah sehingga dapat meningkatkan
partisipasi. Komunikasi yang partisipatif adalah yang bersifat dialog, semakin
intensif interaksi dalam proses komunikasi maka akan menghasilkan konvergensi
dan koherensi di antara sensemaker.
Koherensi di antara sensemaker dalam pengembangan program pertanian
beras hitam dipengaruhi oleh pemahaman pengelola program terhadap pengetahuan
lokal, yaitu: (1) tradisi menanam beras hitam dalam jumlah sedikit untuk konsumsi
pribadi, (2) beragam kendala dalam pengembangan program, dan (3) keraguan
sensemaker (equivocality) dikarenakan efek panen raya. Komunikasi program
sangat diperlukan untuk menyampaikan tujuan pengembangan program dan
tahapan pencapaiannya kepada masyarakat secara menyeluruh. Koherensi dapat
dicapai ketika terjadi penerapan tindakan kolektif di antara sensemaker.
Hasil analisis sebaran derajat sentralitas menunjukkan bahwa Balai
Penyuluhan Pertanian (BPP) memiliki kemampuan menjadi jembatan komunikasi
antara Dinas Pertanian dengan petani. Tahapan strategi komunikasi dalam
pengembangan program pertanian beras hitam adalah: (1) komunikasi dialogis
melalui sosialisasi program sehingga dapat merubah perilaku petani agar lebih
partisipatif, (2) mobilisasi sosial peningkatan intensitas interaksi melalui proses
komunikasi dan program pelatihan untuk mencapai konvergensi dan koherensi, (3)
advokasi melalui peningkatan dukungan dari pemerintah daerah dan instansi
pemerintah yang berkaitan, (4) komunikasi kolaboratif melalui kerjasama dengan
off taker. Perumusan strategi secara spesifik dapat meningkatkan partisipasi seluruh
sensemaker dan mencapai keberlanjutan dalam pengembangan program pertanian
beras hitam.
Collections
- DT - Human Ecology [567]