Pengaruh Kebakaran dan Rewetting terhadap Tinggi Muka Air, Komposisi Vegetasi dan Cadangan Karbon Lahan Gambut Tropis
View/Open
Date
2020Author
Silviana, Sinta Haryati
Saharjo, Bambang Hero
Sutikno, Sigit
Metadata
Show full item recordAbstract
Pembuatan drainase yang buruk dan berlebihan tanpa memperhatikan kondisi
ekologis lahan gambut menyebabkan tinggi muka air gambut turun drastis sehingga
gambut mengalami kekeringan dan rentan terbakar. Kebakaran lahan gambut akan
berdampak terhadap fungsi hidrologi yang juga berkaitan dengan vegetasi maupun
kondisi lahan gambut. Salah satu bentuk restorasi lahan gambut yang dilakukan saat
ini adalah dengan penyekatan saluran drainase/kanal (canal blocking). Penyekatan
merupakan konsep pembasahan gambut (rewetting) dalam mengatur tinggi muka
air, agar gambut tetap lembab pada musim kemarau sehingga risiko kebakaranpun
dapat dihindari. Penelitian mengenai pengaruh kebakaran pada lahan gambut yang
dipulihkan dengan metode rewetting di Indonesia dan gambut tropis masih sangat
sedikit. Selain itu, upaya rewetting pada lahan gambut masih dalam tahap awal dan
praktik waktu pemulihan lahan gambut setelah terbakar masih sangat terbatas.
Fokus penelitian ini adalah melihat pengaruh kebakaran terhadap kawasan restorasi
ekosistem gambut dengan analisis contoh tinggi muka air tanah, komposisi vegetasi
dan cadangan karbon tropis.
Penelitian dilakukan di Desa Sungaitohor, Kecamatan Tebingtinggi Timur
Kabupaten Kepulauan Meranti, Provinsi Riau. Waktu pelaksanan dari Bulan
November 2018 – Juni 2019. Penelitian ini menggunakan sampel berpasangan
dengan 3 ulangan yang diaplikasikan dengan perlakuan kebakaran. Adapun rincian
ulangan pengamatan tinggi muka air tanah yang dilaksanakan pada lahan tidak
terbakar meliputi perkebunan sagu, perkebunan karet dan hutan sekunder dan
sebagai pembanding pada lahan bekas terbakar meliputi lahan terbakar-1, lahan
terbakar-2 dan lahan terbakar-3.
Pada pegamatan tinggi muka air tanah dilakukan pembuatan sumur pantau
tegak lurus pada satu aliran kanal tunggal yang membagi lahan menjadi dua bagian
yaitu sisi sebelah kanan dan sisi sebelah kiri berbatasan langsung dengan jalan.
Jumlah sumur pantau pada lahan tidak terbakar berjumlah 33 sumur pantau dan
pada lahan tidak terbakar berjumlah 33 sumur pantau. Adapun jarak antar titik
sumur pantau yaitu 1 m, 10 m, 50 m, 100 m, 250 m dan 350 m dari kanal. Pada
setiap jarak selain dilakukan pengamatan tinggi muka air tanah yang dilakukan
setiap 2 minggu sekali, dilakukan juga pengamatan terhadap vegetasi baik
komposisi maupun cadangan karbon.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa pada pengamatan tinggi muka air tanah
terdapat korelasi nyata antara tinggi muka air tanah rata-rata dengan jarak dari kanal
dan kebakaran (P<0.01). Kebakaran menyebabkan penurunan atau hilangnya
ketebalan gambut sehingga mengakibatkan peningkatan rata-rata tinggi muka air
tanah sebesar 22 cm yaitu dari 73 cm menjadi 51 cm di bawah permukaan tanah.
Pada pengamatan vegetasi tanah didapatkan hasil bahwa kebakaran memberikan
pengaruh yang signifikan terhadap ketersediaan biomassa yang ada dengan
perbandingan 2.67 : 1 atau (P<0.01). Selain itu, kebakaran menyebabkan kuantitas
bahan bakar mati atau (nekromassa) lebih dominan dibandingkan kuantitas bahan
bakar hidup (biomassa) pada lahan terbakar. Jumlah nekromassa yang lebih tinggi
akan menyebabkan lahan semakin rentan terbakar apalagi didukung hal-hal pemicu
terjadinya kebakaran hutan dan lahan seperti cuaca yang ekstrim. Pada pengamatan
pengaruh kanal terhadap massa dan C-stock vegetasi didapatkan hasil bahwa
semakin dekat dengan drainase terjadi penurunan massa vegetasi dan C–stock baik
pada hutan sekunder, lahan terbakar-1 dan lahan terbakar-2. Rata-rata jumlah massa
vegetasi pada hutan sekunder berkisar antara 28.242 ton ha-1 - 52.89 ton ha-1 dan Cstock
vegetasi yang tersimpan berkisar 13.275 ton ha-1 – 24.839 ton ha-1. Rata-rata
jumlah massa vegetasi pada lahan terbakar-1 berkisar antara 14.885 ton ha-1 –
24.657 ton ha-1 dan C-stock vegetasi yang tersimpan berkisar 6.995 ton ha-1 – 11.59
ton ha-1. Rata-rata jumlah massa pada lahan terbakar-2 berkisar antara 9.951 ton ha-
1 – 26.766 ton ha-1 dan C-stock vegetasi yang tersimpan berkisar 6.995 ton ha-1 –
11.59 ton ha-1. Berbeda pada perkebunan karet dimana rata-rata massa dan C-stock
vegetasi lebih tinggi pada jarak awal yang disebabkan penggunaan lahan
dikhususkan dekat dengan kanal. Rata-rata jumlah massa vegetasi pada perkebunan
karet berkisar antara 19.285 ton ha-1 - 25.117 ton ha-1 dan C-stock vegetasi yang
tersimpan berkisar 9.064 ton ha-1 - 11.805 ton ha-1.
Collections
- MT - Forestry [1445]