dc.description.abstract | Penelitian ini menganalisasi suatu proses ekspansi perkebunan kelapa sawit
yang kemudian memberikan dampak pada struktur agraria dan sistem nafkah rumah
tangga pedesaan. Dengan menggunakan sequential mix method, penelitian ini
memadukan pendekatan kualitatif dan kuantatif untuk melakukan kerja-kerja
pengumpulan hingga analisis data. Penelitian ini juga menggunakan pendekatan
Companion Modeling untuk menganalisis proses terjadinya perubahan bentang
alam akibat ekspansi perkebunan kelapa sawit. Sebagai suatu pendekatan baru
dalam kajian Sosiologi Pedesaan, Companion Modeling memberikan suatu cara
pandang dalam menganalisa proses perubahan bentang alam akibat ekspansi yang
dilakukan oleh beragam aktor termasuk perkebunan kelapa sawit.
Ekspansi perkebunan kelapa sawit adalah suatu keniscayaan ditengahditengah
menguatnya permintaan pasar global terhadap minyak kelapa sawit.
Beragam aktor terlibat dalam ekspansi perkebunan kelapa sawit yaitu diantara
perkebunan skala besar (swasta maupun milik negara), petani/pekebun swadaya,
dan petani/pekebun plasma. Ekspansi perkebunan kelapa sawit dilakukan oleh
perkebunan skala besar dengan difasilitasasi oleh instrumen kebijakan berupa izin
lokasi, izin usaha perkebuan, dan hak guna usaha telah melakukan teritorialisasi
ruang pedesaan. Proses ini berhadap-hadapan dengan klaim lokal dari masyarakat
desa setempat. Perubahan struktur agraria pedesaan terjadi dengan bekerjanya
organisasi produksi kelapa sawit. Lahan-lahan yang sebelumnya dikuasai,
“dimiliki”, dan dimanfaatkan oleh masyarakat kini berubah fungsi menjadi konsesi
perkebunan kelapa sawit perusahaan. Proses ekspansi perkebunan kelapa sawit ini
juga terkait dengan isu-isu tentang deforestasi, konflik sosial, dan hilangnya
keanekaragaman hayati akibat monokulturisasi tanaman perkebunan kelapa sawit.
Mengangkangi debat tentang sawit sebagai penyebab deforestasi, penelitian
ini melakukan penelusuran sejarah agraria atas proses deforestasi yang terjadi sejak
era logging hingga era kejayaan perkebunan kelapa sawit. Memang benar bahwa
kelapa sawit tidak menyebabkan deforestasi secara langsung (direct), karena
deforestasi telah terjadi jauh sebelum era kejayaan perkebunan kelapa sawit.
Namun penelitian ini melihat adanya fenomena teori pelanjut deforestasi
(maintaining deforestation theory) yang diakibatkan oleh perkebunan kelapa sawit.
Konsekuensi dari ekspansi perkebunan kelapa sawit skala besar, masyarakat
juga terseret dalam euforia ekspansi perkebunan kelapa sawit. Penelitian ini
menemukan suatu bentuk ekspansi senyap (silent expansion) yang dilakukan oleh
petani/pekebun swadaya. Ekspansi senyap merupakan suatu strategi perluasan
perkebunan kelapa sawit yang dilakukan secara diam-diam, ilegal (di belakang
panggung negara), luasan kecil-terfragmentasi, dan dilakukan oleh petani/pekebun
yang memiliki relasi dengan aktor-aktor seperti midlle man dan big man. Ekspansi
senyap ini juga terjadi akibat adanya dukungan dari program-program
ii
pemberdayaan masyarakat dalam kerangka kerjasama antara perusahaan dengan
pemerintah setempat seperti pembagian bibit kelapa sawit.
Ekspansi senyap mempertegas Teori Akses yang memberikan kritik terhadap
Teori Hak. Tanpa hak atas lahan atau sekumpulan hak (bundle of right), ternyata
aktor mampu melakukan ekspansi perluasan kebun kelapa sawit dengan
menggunakan sekumpulan kuasa (bundle of power). Hak (right) menjadi hal yang
tidak dianggap penting oleh aktor-aktor yang melakukan ekspansi senyap, padahal
dalam kerangka kehidupan bernegara hak merupakan yang terpenting karena terkait
dengan instrumen politiko-legal dalam panggung negara. Penelitian ini menujukkan
bahwa fenomena ekspansi senyap terjadi akibat terjadinya vacum of authority.
Selanjutnya penelitian ini menujukkan bahwa perkebunan kelapa sawit telah
menjadi pipa penghubung antara ekonomi desa dengan sirkuit ekonomi global.
Desa-desa di sekitar perkebunan kelapa sawit Kabupaten Kutai Kartanagara
mengalami ketergantungan pada ekonomi perkebunan kelapa sawit dan
menujukkan gejala penunggalan sumber nafkah rumah tangga pedesaan. Rumah
tangga pedesaan mengalami tragedi nafkah, karena semakin menunjukkan
fenomena ketergantungan tunggal kepada perkebunan kelapa sawit. Proses
monokulturisasi tanaman yang mengubah bentang alam telah mengakibatkan
jebakan mono-struktur nafkah yang berbasis komoditas kelapa sawit. Proses ini
menjadikan rumah tangga desa dalam posisi yang rentan, karena tidak lagi
berdaulat atas usaha pertaniannya sendiri melainkan tergantung pada fluktuasi
harga tandan buah segar kelapa sawit.
Pada bagian akhir penelitian ini hendak memberikan alternatif terhadap
penyelesaian masalah-masalah yang diakibatkan oleh ekspansi perkebunan kelapa
sawit. Penyelesaian masalah tersebut dimulai dengan melakukan pemeriksaan
terhadap institusi legal-formal yang terdapat di Indonesia. Akhirnya pendekatan
institusional dalam penyelesaian masalah-masalah ekspansi perkebunan kelapa
sawit muaranya sangat bergantung pada political will pemangku kuasa tertinggi di
republik ini. | id |