Pengelolaan Perikanan Karang dengan Pendekatan Ekosistem di Kawasan Konservasi (Kasus: Taman Nasional Karimunjawa)
View/Open
Date
2016Author
Yuliana, Ernik
Boer, Mennofatria
Fahrudin, Achmad
Kamal, Mohammad Mukhlis
Metadata
Show full item recordAbstract
Pada tahun 2001, FAO mengenalkan EAF (ecosystem approach to fisheries)
sebagai penyempurnaan terhadap pendekatan pengelolaan perikanan sebelumnya.
Tekanan penangkapan pada perikanan karang menuntut pengelolaan yang dapat
menjamin keberlanjutan sumber daya ikan karang. Taman Nasional Karimunjawa
(TNKJ) sebagai salah satu kawasan konservasi di Indonesia mempunyai kekayaan
jenis ikan karang dan terumbu karang sebagai habitatnya. EAFM diperlukan di
TNKJ untuk mensinergikan tujuan konservasi dan aktivitas penangkapan ikan
karang. Tujuan penelitian adalah mengevaluasi status pengelolaan perikanan
karang di TNKJ menggunakan indikator EAFM, dan merumuskan keputusan taktis
dan strategi pengelolaan untuk mencapai pemanfaatan ikan karang yang
berkelanjutan.
Evaluasi status EAFM diawali dengan penilaian keragaan domain-domain
dalam EAFM. Penilaian keragaan meliputi biodiversitas ikan karang, status stok
ikan karang, dan efektivitas zonasi dalam pengelolaan perikanan. Status EAFM
dinilai dengan flag model. Konektivitas antar-indikator dinilai dengan logical
causal analysis; konektivitas antar domain dinilai dengan EAFA (ecosystem
approach to fisheries analysis); dan trajectory analysis antar aspek ekologi dan
sosial dinilai dengan Kobe Like Plot. Keputusan taktis dan stretegi kebijakan
ditentukan menggunakan diagram tactical decision.
Biodiversitas ikan karang dinilai dari kelimpahan dan biomassa ikan.
Kelimpahan ikan pada tahun 2015 didominasi oleh famili Pomacentridae dengan
persentase 60.46% dengan nilai kelimpahan 14 850 ind/ha, disusul oleh famili
Caesionidae dengan persentase 11.77% dengan nilai kelimpahan 2 892 ind/ha. Pada
posisi ketiga adalah famili Scaridae dengan persentase 6.27% dengan kelimpahan
1 540 ind/ha. Urutan kelimpahan ikan tahun 2015 sesuai dengan kelimpahan pada
tahun 2010 dan 2013, yaitu Pomacentridae, Caesionidae, dan Scaridae. Famili ikan
yang mempunyai biomassa tertinggi tahun 2015 adalah Scaridae dengan nilai
biomassa 122.33 kg/ha, urutan kedua adalah Caesionidae dengan nilai biomassa
104.91 kg/ha, dan urutan ketiga adalah Serranidae dengan nilai biomassa 50.80
kg/ha. Famili ikan yang mempunyai biomassa terkecil adalah Balistidae yaitu 0.57
kg/ha. Biomassa ikan terbesar tahun 2010 dan 2013 dimiliki oleh famili
Caesionidae yaitu 51.86 dan 186.11 kg/ha. Urutan kedua adalah Pomacentridae
dengan nilai biomassa 72.04 kg/ha dan 103.16 kg/ha. Urutan ketiga adalah Scaridae
dengan nilai biomassa 47.62 kg/ha dan 64.09 kg/ha.
Status stok ikan pisang-pisang dan sunu macan berdasarkan metode analitik
adalah dieksploitasi melebihi batas kelestariannya (114.50% dan 154.00%),
sementara ikan ekor kuning dan jenggot dieksploitasi di bawah batas kelestariannya
(82.00% dan 52.00%). Ikan pisang-pisang mempunyai koefisien pertumbuhan
tertinggi, disusul oleh ekor kuning, jenggot, dan sunu macan. Berdasarkan analisis
surplus produksi, ikan jenggot mempunyai daya dukung paling kecil dibandingkan
ketiga ikan lainnya. Ikan ekor kuning mempunyai nilai daya dukung paling besar.
Status stok ikan sunu macan dan jenggot berada pada kondisi fully exploited,
iii
dengan tingkat pemanfaatan 99.11% dan 98.27%. Ikan ekor kuning berada pada
status moderate to fully exploited (69.39%), dan ikan pisang-pisang berada pada
status moderate exploited (52.34%).
Efektivitas zonasi dalam pengelolaan perikanan diukur dari kelimpahan
ikan di setiap zona, tingkat kepatuhan nelayan terhadap zonasi, dan pelanggaran
zonasi yang terjadi. Zona inti dan pariwisata mempunyai tren kelimpahan ikan
berbentuk polinomial, yang mulai menurun pada 2012 dan 2013. Kelimpahan ikan
di zona perlindungan dan zona tradisional perikanan meningkat secara linier.
Tingkat kepatuhan nelayan untuk tidak menangkap di zona inti dan perlindungan
rata-rata adalah 78.56% (rendah). Tren tingkat pelanggaran berbentuk polinomial,
terjadi penurunan pada 2010-2012, kemudian meningkat pada 2012-2014.
Penilaian status pengelolaan perikanan karang di TNKJ menggunakan flag
model memberikan hasil bahwa domain-domain EAFM berada pada level buruk
sampai baik. Domain-domain yang berada pada level baik adalah habitat dan
ekonomi. Domain lainnya yaitu sumber daya ikan, teknik penangkapan ikan, dan
kelembagaan berada pada level sedang. Domain sosial berada pada level buruk,
karena tingkat kepatuhan nelayan terhadap zonasi yang rendah dan kurangnya
upaya nelayan untuk meningkatkan kapasitasnya.
Status pengelolaan perikanan karang di TNKJ secara agregat berada pada
level sedang dengan nilai pencapaian 58.76%. Diperlukan strategi dan kebijakan
yang dapat mendorong ke pengelolaan yang lebih baik dan dapat mencapai level
baik. Trajectory analysis antara aspek ekologi dan sosial memberikan hasil bahwa
nilai komposit ekologi adalah 2.24 dan sosial adalah 1.97. Rencana perbaikan
perikanan dapat difokuskan pada memelihara strategi yang sudah ada (maintain
existing strategy) di aspek sosial, dan membangun strategi baru untuk memperbaiki
aspek sosial.
Langkah taktis diperlukan untuk mendorong 24 indikator untuk mencapai
tingkat yang lebih baik. Status buruk dimiliki oleh tujuh indikator, dan sisanya (17
indikator) mempunyai status sedang. Tujuh indikator yang perlu segera diperbaiki
adalah kelimpahan ikan, modifikasi alat tangkap, kapasitas tangkap, sinergitas
kebijakan lembaga perikanan dengan lembaga lain, kepatuhan nelayan terhadap
zonasi, konflik perikanan, dan konflik pengelolaan kawasan konservasi.
Collections
- DT - Fisheries [736]