View Item 
      •   IPB Repository
      • Dissertations and Theses
      • Master Theses
      • MT - Mathematics and Natural Science
      • View Item
      •   IPB Repository
      • Dissertations and Theses
      • Master Theses
      • MT - Mathematics and Natural Science
      • View Item
      JavaScript is disabled for your browser. Some features of this site may not work without it.

      Etnobotani Masyarakat Suku Bentong di Kabupaten Barru Sulawesi Selatan.

      No Thumbnail [100%x80]
      View/Open
      Fulltext (26.79Mb)
      Date
      2020
      Author
      Amboupe, Dewi Sartika
      Hartana, Alex
      Purwanto, Yohannes
      Metadata
      Show full item record
      Abstract
      Pulau Sulawesi memiliki keragaman budaya dan kekayaan flora dan fauna. Pulau Sulawesi merupakan pulau yang terletak di bagian tengah Indonesia tepatnya di wilayah Wallacea yang memiliki kekayaan flora. Suku Bentong merupakan salah satu bangsa di Sulawesi yang masih tertinggal dan masih sedikit dipengaruhi perkembangan teknologi modern. Penelitian etnobotani masyarakat Bentong untuk mengungkap pengetahuan lokal masyarakat dalam mengelola dan memanfaatkan keragaman tumbuhan di kawasan pemukiman hidupnya di Sulawesi menarik dan perlu dilakukan. Masyarakat suku Bentong yang diteliti bertempat tinggal di Desa Bulo-Bulo, Kecamatan Pujananting, Kabupaten Barru, Sulawesi Selatan. Masyarakat suku Bentong memanfaatkan keberagaman jenis tumbuhan yang terdapat di sekitarnya untuk berbagai kepentingan hidupnya seperti penyediaan bahan pangan, bahan bangunan, bahan obat-obatan, dan bahan peralatan. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah wawancara, observasi dan dokumentasi. Pengambilan data dilakukan pada tujuh dusun di Desa Bulo-Bulo yaitu Dusun Lappatemmu, Dusun Passengareng, Dusun Labaka, Dusun Maroanging, Dusun Rumpiae, Dusun Panggalungan dan Dusun Palampang. Jumlah informan pada penelitian ini sebanyak 90 orang yang terdiri atas 10 orang ahli lokal dan 80 orang masyarakat umum. Data etnobotani yang dikumpulkan berupa pengetahuan masyarakat tentang sumber daya alam tumbuhan, hubungan budaya masyarakat dengan tumbuhan, taksonomi tradisional, pengelolaan lahan serta pemanfaatan tumbuhan berguna dalam bidang sandang, pangan dan papan. Pemanfaatan tumbuhan berguna meliputi beberapa kategori yaitu tumbuhan yang digunakan sebagai bahan obat tradisional, bahan pangan, bahan penghasil minuman, penghasil kayu bakar, penghasil pakan ternak, penghasil tali dan kerajinan, bahan pewarna, bahan pelengkap upacara adat dan bahan rempah-rempah. Masyarakat Suku Bentong telah hidup mandiri dan menggunakan 221 jenis tumbuhan dalam kehidupan sehari-hari yang terdiri dari 70 jenis sebagai bahan pangan 30 jenis sebagai bahan rempah-rempah, 25 jenis sebagai bahan obat, 20 jenis sebagai bahan bangunan, 11 jenis sebagai bahan kayu bakar, 30 jenis sebagai bahan pelengkap ritual, 4 jenis sebagai bahan pembungkus, 13 jenis sebagai peralatan, 36 jenis tanaman hias dan 1 jenis bahan racun ikan. Masyarakat suku Bentong memiliki strategi dalam penyediaan bahan pangan dan ketahanan pangan sehingga mereka mampu menyediakan bahan pangan pokok tanpa mendatangkan/membeli dengan melakukan kegiatan produksi bercocok tanam tanaman pangan dan melakukan kegiatan ekstraktivisme bahan pangan dari alam. Pada masa hidup nomaden, masyarakat Bentong memanfaatkan jenis-jenis tumbuhan bahan pangan di sekitar mereka dan pemanfaatannya secara bergiliran sesuai dengan jenis yang dijumpai atau tersedia di alam. Ketika mulai hidup menetap, masyarakat mulai mengenal cara bercocok tanam dengan membuat lahan pertanian berupa sawah dengan terasering untuk memanfaatkan daerah tebing pegunungan. Masyarakat Bentong juga membudi dayakan tanaman pangan, tanaman rempah-rempah , tanaman perkebunan yaitu kopi dan cengkeh, dan tanaman serba guna “aren”. Jenis-jenis tumbuhan penting bagi masyarakat Bentong berdasarkan perhitungan indeks kepentingan budaya (ICS) antara lain pare (Oryza sativa), tala (Borassus flabelliver), kaluku (Cocos nucifera), unti (Musa x paradisiaca), bunga (Pandanus amaryllifolius), raukang (Calamus sp), inru (Arenga pinnata), parring (Bambusa sp.), taipa (Mangifera indica), dan cenrana (Pterocarpus indicus). Jenis tumbuhan yang memiliki indeks kepentingan budaya paling tinggi adalah pare (Oryza sativa) yang dapat dimanfaatkan sebagai bahan pangan utama dan pelengkap ritual adat. Jenis tumbuhan yang memiliki potensi tinggi untuk dikembangkan adalah inru (Arenga pinnata), kenrang (Ficus racemosa), dan sikapa (Dioscorea hispida). Pengetahuan etnobotani masyarakat Bentong berpengaruh terhadap sistem konservasi tumbuhan masyarakat tersebut. Terdapat pergeseran sistem kepemilikan dalam konservasi tumbuhan sejalan dengan mulai terbukanya masyarakat Bentong pada dunia modern dan munculnya peraturan-peraturan yang dibuat oleh pemerintah. Pergeseran sistem kepemilikan menyebabkan berkurangnya pemanfaatan tumbuhan oleh masyarakat sehingga berdampak pada menurunnya sikap konservasi tumbuhan oleh masyarakat Bentong. Kata kunci: ekstraktivisme, ICS, konservasi, nomaden, ritual
      URI
      http://repository.ipb.ac.id/handle/123456789/103026
      Collections
      • MT - Mathematics and Natural Science [4052]

      Copyright © 2020 Library of IPB University
      All rights reserved
      Contact Us | Send Feedback
      Indonesia DSpace Group 
      IPB University Scientific Repository
      UIN Syarif Hidayatullah Institutional Repository
      Universitas Jember Digital Repository
        

       

      Browse

      All of IPB RepositoryCollectionsBy Issue DateAuthorsTitlesSubjectsThis CollectionBy Issue DateAuthorsTitlesSubjects

      My Account

      Login

      Application

      google store

      Copyright © 2020 Library of IPB University
      All rights reserved
      Contact Us | Send Feedback
      Indonesia DSpace Group 
      IPB University Scientific Repository
      UIN Syarif Hidayatullah Institutional Repository
      Universitas Jember Digital Repository
        

       

      NoThumbnail