Analisis Perkembangan Industri Kreatif di Indonesia
View/Open
Date
2020Author
M. Burhanudin
Rindayati, Wiwiek
Anggraeni, Lukytawati
Metadata
Show full item recordAbstract
Berdasarkan hasil riset antara Badan Ekonomi Kreatif (Bekraf) dan Badan
Pusat Statistik (BPS) pada tahun 2016, tercatat ekonomi kreatif memberikan
kontribusi kepada pertumbuhan ekonomi nasional sebesar 922.59 miliar rupiah
atau sebesar 7.44 persen terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) nasional.
Banyak bukti empiris yang mendukung bahwa industri kreatif membawa dampak
terhadap PDB melalui subsektor industri kreatif dan menciptakan bentuk baru tata
kelola industri budaya (Fahmi et al. 2016; Daubaraite dan Startiene 2015; United
Nations Development Programme 2013). Industri kreatif mempunyai beberapa
permasalahan terkait dengan perkembangannya di Indonesia. Pertama,
berdasarkan data BPS dan Bekraf (2017), pertumbuhan PDB industri kreatif di
Indonesia pada tahun 2016 hanya terealisasi sebesar 4.95 persen dari yang
ditargetkan sebesar 5.21 persen. Sasaran pembangunan ekonomi kreatif yang
ditargetkan sebesar 12 persen dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah
Nasional (RPJMN) 2019, baru terealisasi sebesar 7.44 persen di tahun 2016.
Penelitian ini dilakukan untuk menggambarkan karakteristik,
perkembangan dan kontribusi subsektor industri kreatif terhadap perekonomian
Indonesia. Tujuan berikutnya untuk mengidentifikasi keunggulan relatif subsektor
industri kreatif di Indonesia. Analisis dilanjutkan dengan menggunakan regresi
data panel untuk menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi PDB industri
kreatif di Indonesia.
Data yang digunakan merupakan data Statistik Ekonomi Kreatif dari BPSBekraf
yaitu PDB industri kreatif, jumlah tenaga kerja, dan jumlah upah. Data
jumlah paten industri kreatif diperoleh dari Kementerian Hukum dan Hak Asasi
Manusia (Kemenkumham) tahun 2010-2016, serta dummy pendidikan, dummy
Foreign Direct Investment (FDI), dan dummy kebijakan.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa karakteristik tenaga kerja pada sektor
industri kreatif pada tahun 2016 didominasi jumlah tenaga kerja dengan
klasifikasi sebanyak satu sampai empat orang. Berdasarkan tingkat pendidikan
maupun menurut tempat tinggal didominasi lulusan Sekolah Menengah Pertama
(SMP) ke bawah dengan tiga subsektor terbesar yaitu subsektor kuliner sebesar
50.14 persen, subsektor kriya 24.30 persen, dan subsektor fesyen 22.98 persen.
Berdasarkan Analisis Tipologi Klassen, pada tahun 2011 dan 2016
subsektor Fesyen berpindah dari Kuadran I (share tinggi, growth tinggi) ke
Kuadran IV (share tinggi, growth rendah). Subsektor Desain produk, Desain
Komunikasi Visual, dan Aplikasi Game Developer berpindah dari Kuadran III
(share dan growth rendah) ke Kuadran II (share rendah, growth tinggi). Subsektor
Arsitektur, Periklanan, Desain interior, dan Seni rupa bergeser dari Kuadran II ke
Kuadran III. Subsektor industri kreatif kriya, fesyen dan kuliner merupakan
subsektor yang mempunyai keunggulan relatif dari subsektor lain, sehingga
berkontribusi lebih besar terhadap PDB industri kreatif.
Hasil analisis regresi data panel menunjukkan bahwa variabel jumlah
tenaga kerja, upah, dan paten mempunyai determinan besar untuk meningkatkan
PDB industri kreatif Indonesia di masa yang akan datang. Pendidikan yang
diproksikan dengan kejuruan sektor industri kreatif dan kebijakan juga
ix
menjadikan nilai PDB industri kreatif menjadi lebih tinggi. Faktor-faktor tersebut
menjadi harapan dan tantangan bagi pemerintah Indonesia, terutama paten,
pendidikan dan kebijakan terkait subsektor industri kreatif.
Rekomendasi kebijakan terkait dengan pengembangan industri kreatif
dapat dilakukan melalui sosialisasi paten untuk para pelaku usaha kecil harus
lebih ditingkatkan, terutama persyaratan dari segi administrasi maupun teknis agar
dibuat lebih mudah. Kebijakan pemerintah di sektor ekonomi kreatif juga perlu
ditingkatkan, terutama terkait kebijakan akses pembiayaan pelaku sektor industri
kreatif, yang terbukti mampu menjadikan nilai PDB industri kreatif lebih tinggi.
Sistem pendidikan terkait dengan sektor ekonomi kreatif di level dasar dan
menengah harus terus didukung dan ditingkatkan agar menciptakan tenaga kerja
dengan latar belakang pendidikan yang terampil.
Collections
- MT - Economic and Management [3023]