Asetilasi Pati Sagu (Metroxylon sp.) untuk Meningkatkan Kinerja Edible Film.
View/Open
Date
2020Author
Rusmawati, Dea Aisyah
Yuliasih, Indah
Sunarti, Titi Candra
Metadata
Show full item recordAbstract
Edible film merupakan lapisan tipis yang melindungi produk yang
dikemasnya dan dapat dimakan. Kemampuan pembentukan film ditentukan oleh
komponen amilosa. Pati sagu dengan kandungan amilosa tinggi (28,84%)
berpotensi sebagai bahan baku edible film yang baik. Namun, pati alami memiliki
kelemahan karena bersifat hidrofilik sehingga menghasilkan film dengan
permeabilitas yang tinggi terhadap uap air. Upaya yang dapat dilakukan untuk
mengatasi kelemahan tersebut adalah melakukan modifikasi pada pati sagu, salah
satunya adalah asetilasi.
Sebagian besar kontaminasi makanan terdapat pada bagian permukaan.
Senyawa antimikroba seperti kitosan atau ekstrak bawang putih dapat ditambahkan
ke dalam edible film sehingga dapat melindungi produk dari kontaminasi serta
meningkatkan umur simpan produk. Tujuan dari penelitian ini adalah
mengaplikasikan pati asetat sebagai bahan edible film dengan karakteristik fisikokimia
terbaik dan penerapannya sebagai media antimikroba kitosan atau ekstrak
bawang putih.
Penelitian dilakukan dalam 4 tahap: persiapan dan karakterisasi pati sagu,
modifikasi asetilasi pati sagu, pembuatan edible film, serta pembuatan edible film
antimikroba. Pada pembuatan edible film, percobaan dilaksanakan menggunakan
Rancangan Acak Lengkap, dengan faktor jenis pati (pati sagu defatted 4%, pati
asetat 3; 4; dan 5%). Pengujian pada edible film yang dihasilkan meliputi kadar air,
kelarutan dalam air, ketebalan dan transparansi film, kuat tarik, elongasi dan laju
transmisi uap air. Formula terbaik dari pembuatan edible film, ditambahkan
antimikroba dengan 2 faktor perlakuan (jenis senyawa antimikroba dan konsentrasi
senyawa antimikroba). Terdapat 2 jenis senyawa antimikroba yakni ekstrak bawang
putih dan kitosan. Konsentrasi kitosan yaitu 0; 15; dan 30%. Konsentrasi ekstrak
bawang putih yaitu 0; 0,2; dan 0,4%. Uji aktivitas antimikroba dilakukan secara invitro
menggunakan metode disk diffusion dengan teknik sumur (diameter 5 mm).
Hasil edible film yang terbaik diperoleh dari pati asetat 4% dengan nilai kuat
tarik tinggi yakni 1,635 MPa dan nilai elongasi 49,101%. Selanjutnya edible film
dengan pati asetat 4% memiliki kadar air paling rendah yakni 8,348 % serta nilai
laju transmisi uap air 0,876 g/jam.mm2. Edible film memiliki ketebalan 0,145 mm,
kelarutan 34,340%, dan transparansi 87,544%. Edible film dengan penambahan
kitosan atau ekstrak bawang putih memiliki aktivitas antimikroba terhadap
Salmonella typhi dan Escherichia coli. Edible film dengan penambahan ekstrak
bawang putih 0,4% memiliki aktivitas penghambatan tertinggi terhadap
Escherichia coli yakni sebesar 21,40 mm dan terhadap Salmonella typhi yakni
sebesar 28,20 mm.
Collections
- MT - Agriculture Technology [2336]