Analisis Keberlanjutan Perkebunan Kelapa Sawit Swadaya di Kalimantan Tengah
View/ Open
Date
2020Author
Andrianto, Agus
Fauzi, Akhmad
Falatehan, A Faroby
Metadata
Show full item recordAbstract
Perkebunan kelapa sawit merupakan salah satu penyumbang devisa negara Indonesia yang utama. Pada tahun 2018, Indonesia berhasil mendapat US$ 18,23 milliar dari ekspor 297 juta ton CPO. Tidak bisa dipungkiri bahwa sekitar 1/3 bagian dari semua produksi itu merupakan hasil dari tandan buah segar hasil produksi perkebunan rakyat yang memberikan kontribusi yang signifikan.
Pada tahun 2018, luas perkebunan rakyat sudah mendekati 40% dari total luas kebun sawit yang mencapai 13 juta ha. Namun potensi ekonomi perkebunan swadaya yang besar tersebut kurang mendapat mendapat perhatian dan dukungan yang cukup dari pemerintah dan swasta. Bahkan informasi detail mengenai perkebunan rakyat masih sangat terbatas. Secara umum permasalahan perkebunan sawit yang teridentifikasi adalah tingkat produksi yang rendah, kendala dalam pemasaran, permasalahan legalitas dan tingkat keberlanjutan yang tidak diketahui. Persoalan tersebut terlihat menjadi rumit dan seolah-olah sulit untuk diselesaikan, dikarenakan pekebun sawit swadaya yang berjumlah lebih dari 2 juta pekebun dengan luas lahan mencapai 4,5 juta ha selalu dianggap sebagai entitas yang homogen.
Penelitian Analisa Keberlanjutan Kebun Sawit Swadaya di Kalimantan Tengah ini bertujuan untuk merekontrusksi pekebunan sawit swadaya melalui eksplorasi tipologi pekebun dengan menggunakan 4 kategori pembeda, yaitu: aset sumber daya lahan, keuangan, modal sosial, dan tenaga kerja. Penelitan ini mengembangakan hipotesa adanya hubungan antara tipologi pekebun dengan kinerja keberlanjutan.
Hasil penelitian menunjukan bahwa pekebun swadaya merupakan entitas yang heterogen. Penelitian ini menggolongkan pekebun kedalam 6 tipologi. Sejalan dengan hipotesa yang dikembangkan, yaitu terdapat permasalahan umum yang sama yang dihadapi oleh pekebun swadaya, tetapi juga terdapat permasalahan khusus yang berbeda dari masing-masing tipologi. Dengan demikian karena respon yang berbeda dari setiap tipologi yang berbeda maka pada akhirnya akan menghasilkan kinerja keberlanjutan yang berbeda. Penilaian keberlanjutan dengan menggunakan skenario proporsional dan skenario pro-lingkungan menunjukan terjadinya peningkatan nilai keberlanjutan pekebun swadaya ketika diterapkan pada skenario ke-dua. Hal ini menunjukan bahwa skenario proporsional masih tetap relevan untuk digunakan terutama pada tipologi petani migran, tipologi pekebun perintis, tipologi pekebun subsisten, dan petani migran. Sedangkan skenario pro-lingkungan dapat diterapkan terbatas pada tipologi pengusaha kebun dan tipologi elit.
Collections
- MT - Economic and Management [2971]