dc.description.abstract | Cabai merupakan komoditas hortikultura yang memiliki nilai ekonomi tinggi.
Penggunaan fungisida sintetik secara berlebihan dapat meninggalkan residu pada
produk yang dipanen. Selain penggunaan fungisida, penanganan pascapanen cabai
dapat dilakukan dengan penyimpanan pada suhu rendah. Namun, penanganan
pascapanen pada suhu rendah masih sangat terbatas di kalangan petani tradisional.
Selain itu, penggunaan fungisida nabati sebagai alternatif untuk mengendalikan
penyakit cabai belum banyak dilakukan. Penelitian ini bertujuan menentukan
keefektifan ekstrak daun sirsak (Annona muricata L., Annonaceae) dan rimpang
lengkuas (Alpinia galanga [L.] Wild., Zingiberaceae) dalam mengendalikan
antraknosa yang disebabkan oleh Colletotrichum capsici pada cabai selama
penyimpanan. Uji penghambatan ekstrak uji terhadap C. capsici dilakukan dengan
metode peracunan media. Penghambatan pertumbuhan C. capsici oleh ekstrak
metanol rimpang lengkuas kering pada konsentrasi 1.43%-4.16% sekitar 11%–81%
dan oleh ekstrak segar pada konsentrasi 1.14%-8.80% sekitar 19%–77%. Ekstrak
metanol daun sirsak kering dapat menghambat pertumbuhan C. capsici namun
tingkat hambatan tidak berbanding lurus dengan tingkat konsentrasi. Ekstrak daun
sirsak segar tidak berpengaruh nyata terhadap pertumbuhan C. capsici sehingga
tidak berpotensi sebagai fungisida nabati. Uji in vivo dilakukan dengan merendam
buah cabai dalam larutan ekstrak. Ekstrak metanol rimpang lengkuas kering
menghambat perkembangan lesio antraknosa dengan IC50 3.06% (0.306 g/L) dan
IC95 6.89% (0.689 g/L), sedangkan IC50 dan IC95 dari ekstrak rimpang lengkuas
segar masing-masing 4.42% (0.442 g/L) dan 32.7% (3.27 g/L). Selain itu, ekstrak
rimpang lengkuas juga dapat menekan susut bobot buah cabai dan memperpanjang
masa inkubasi penyakit antraknosa pada buah cabai. | id |