dc.description.abstract | Indikasi pelemahan terjadi pada periode kedua tahun 2017 (Desember 2017 - Mei 2018) dengan nilai depresiasi sebesar 2,21%. Pelemahan tersebut tercatat berlanjut pada periode pertama tahun 2018 (Juni 2018 - November 2018) dengan nilai depresiasi sebesar 7,08%. Indikasi penguatan nilai tukar rupiah baru terjadi pada periode kedua tahun 2018 (Desember 2018 - Mei 2019) dengan nilai apresiasi sebesar 2,88%. Dalam menghadapi perubahan nilai tukar rupiah terhadap dolar AS, baik Indeks Saham Syariah Indonesia (ISSI) maupun Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) terlihat responsif.
Berdasarkan uraian diatas, penelitian ini tidak hanya menganalisis ada atau tidak adanya perbedaan return dan risk antara ISSI dengan IHSG selama pelemahan dan penguatan nilai tukar rupiah terhadap dolar AS terjadi, tetapi penelitian ini juga menyusun portofolio optimal dengan model Markowitz. Portofolio yang disusun dibagi menjadi dua, yakni portofolio syariah dan portofolio umum. Portofolio syariah yang dimaksud disusun berdasarkan pada karakteristik investor yang mematuhi moral bounded syariah dalam berinvestasi. Sebaliknya, portofolio umum disusun berdasarkan pada karakteristik investor yang tidak mematuhi moral bounded syariah atau tidak mempertimbangkan faktor syariah dalam berinvestasi saham.
Penelitian ini dimulai dari Desember 2016 sampai dengan akhir Mei 2019. Metode deskriptif kuantitatif digunakan dalam penelitian ini. Populasi adalah seluruh emiten yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia dimulai dari tanggal 1 Desember 2016 sampai dengan 31 Mei 2019. Dengan menggunakan metode purposive sampling jumlah sampel yang berhasil diseleksi bejumlah 526 emiten, terdiri dari 279 emiten syariah dan 247 emiten non syariah. Hasil analisis inferensial dengan menggunakan uji beda (Independent Sample t-test), menemukan bahwa tidak ada perbedaan nilai return dan risk antara ISSI dengan IHSG. Ketahanan saham syariah individu dalam menghadapi perubahan nilai tukar rupiah terhadap dolar AS menjadi penyebab utama mengapa saham syariah lebih mendominasi portofolio umum. Karakter investor yang tidak menyukai risiko (risk averse) turut menyebabkan volatilitas saham syariah individu lebih stabil sehingga mampu menyesuaikan diri pada perubahan nilai tukar rupiah terhadap dolar AS. Portofolio syariah secara empiris memiliki return dan risk yang cenderung lebih besar dari portofolio umum. Namun, efisiensi portofolio syariah yang diukur dengan metode Sharpe ratio memiliki nilai yang lebih rendah dari portofolio umum. Hasil ini menunjukkan bahwa ada saham non syariah yang memiliki volatilitas stabil dalam menghadapi perubahan nilai tukar, meskipun jumlahnya tidak lebih banyak dari saham syariah. | id |