Produksi Ikan Sapu-Sapu Albino Slayer (Hypothomus sp.) melalui Kombinasi Persilangan.
View/Open
Date
2019Author
Teduh, Ahmad
Soelistyowati, Dinar Tri
Carman, Odang
Metadata
Show full item recordAbstract
Ikan sapu-sapu dikenal sebagai ikan brushmouth termasuk dalam famili
Loricariidae, sub family Hypostominae dan genus Hypostomus. Ikan brushmouth
hidup di dasar perairan dan termasuk omnivora yang menyukai alga yang melekat
pada bebatuan dan tanaman air lainnya, serta aktif pada malam hari. Ikan sapu-sapu
dapat mencapai ukuran panjang mutlak 18 cm, dapat hidup pada kisaran suhu 22 ̶
30 0C atau lebih yaitu suhu 32 0C dan 340C, pH 6 ̶ 7 dan kesadahan 50 ̶ 100 mgL-1.
Ikan ini memiliki beragam fenotipe warna tubuh yaitu coklat, coklat kehitaman dan
bercorak bintik-bintik atau garis-garis kecil mendatar, warna gelap disekitar
punggung, perut dan ekor serta terdapat ikan berwarna albino. Selain itu, pada ikan
sapu-sapu terdapat dua jenis fenotipe ekor yaitu ekor panjang (slayer) dan ekor
pendek (non slayer). Nilai ekonomis ikan brushmouth dengan fenotipe albino
slayer lebih tinggi dibandingkan dengan fenotipe normal yang berwarna hitam,
namun jumlah populasi ikan sapu-sapu albino slayer masih sangat sedikit. Populasi
ikan sapu-sapu albino slayer dapat ditingkatkan melalui persilangan terarah dan
prospektif untuk pengembangan strain dan produksi masal. Informasi pewarisan
fenotipe albino slayer pada ikan sapu-sapu (brushmouth) perlu dipelajari sebagai
dasar dalam mengembangkan skema seleksi dan persilangan untuk memproduksi
fenotipe albino slayer secara masal. Pewarisan fenotipe albino slayer dievaluasi
secara kualitatif dan kuantitatif berdasarkan kelas warna dan perbandingan ukuran
panjang ekor terhadap panjang mutlak tubuh.
Penelitian ini bertujuan mengevaluasi skema persilangan yang efektif
menghasilkan populasi ikan brushmouth albino slayer serta pola pewarisan fenotipe
slayer dan kinerja reproduksinya. Skema persilangan terdiri dari persilangan
resiprokal antara albino slayer dan albino non slayer serta persilangan fenotipe
sejenis antara albino slayer. Setiap skema persilangan terdiri dari 3 ulangan
pasangan dan setiap pasangan dilakukan 2 kali pemijahan dengan sistem pemijahan
individual berpasangan yaitu terdiri dari 1 ekor jantan dan 1 ekor betina (1:1) pada
masing-masing skema persilangan.
Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Mei sampai Agustus 2019. Ikan yang
digunakan pada penelitian ini adalah ikan brushmouth (Hypostomus sp.) albino
slayer jantan (9,07±0,5 cm), albino slayer betina (8,96±0,4 cm), albino non slayer
jantan (8,87±0,17 cm), dan albino non slayer betina (8,86±0,16 cm). Kategori
fenotipe slayer diidentifikasi berdasarkan ukuran panjang sirip ekor yaitu
4,43±0,64 cm, tidak cacat serta memiliki morfologi yang lengkap. Wadah yang
digunakan dalam penelitian ini adalah akuarium berukuran 100cm x40cm x40 cm
dengan tinggi air 35 cm. Induk ikan hias brushmouth dipijahkan pada wadah
akuarium induk dengan substrat bambu. Induk betina yang dipijahkan pada setiap
perlakuan persilangan adalah induk betina yang sudah mencapai tingkat
kematangan gonad 5 (TKG 5). Selama pemeliharaan diberikan pakan mentimun
dan pakan komersil dengan pemberian pakan secara ad libitum dan diberikan sehari
sekali. Proses pemijahan terjadi didalam bambu dan berlangsung sekitar 2 jam,
setelah itu induk betina akan keluar dari bambu yang menandakan bahwa proses
5
pemijahan telah selesai. Pemeliharaan larva hingga ukuran benih dilakukan selama
60 hari. Pemeliharaan larva menggunakan akuarium yang berukuran 100 cm x 50
cm x 40 cm dengan kepadatan 100 ekor (14 ekor/m3). Pemeliharaan benih
dilakukan selama 45 hari. Parameter uji mencakup sebaran fenotipe albino slayer,
jumlah telur, derajat pembuahan telur, derajat penetasan telur, tingkat kelangsungan
hidup dan kualitas air pemeliharaan. Analisis data sebaran fenotipe hasil
persilangan, keragaman fenotipe slayer dan parameter kinerja reproduksi dianalisis
sidik ragam (ANOVA) dengan selang kepercayaan 95% dan diuji lanjut
menggunakan uji Duncan.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa persilangan ikan brushmouth albino
slayer dan non slayer menghasilkan empat kelas fenotipe yaitu albino slayer, albino
non slayer, hitam slayer dan hitam non slayer dengan proporsi albino slayer
tertinggi yaitu 75% pada persilangan dengan jantan albino slayer. Persilangan
antara ikan slayer dan non slayer, menghasilkan rasio panjang sirip ekor (slayer)
terhadap panjang tubuh ikan dengan nilai ukuran fenotipe slayer rata-rata diatas
0,60. Pada ikan brushmouth normal lebih tinggi dibandingkan dengan ikan
brushmouth albino. Pada ikan brushmouth non slayer menghasilkan nilai kurang
dari 0,50, namun lebih tinggi dari tetuanya yang non slayer dan pada keturunan
albino non slayer lebih tinggi dibandingkan brushmouth hitam non slayer. Hal ini
menunjukkan pola pewarisan slayer pada persilangan ikan brushmouth albino
diduga bersifat aditif dengan aksi gen tanpa dominansi sampai dominansi parsial.
Kinerja reproduksi menunjukkan bahwa hasil persilangan ikan brushmouth albino
slayer dengan albino slayer menghasilkan jumlah telur, derajat pembuahan, derajat
penetasan dan tingkat kelangsungan hidup tertinggi dibandingkan hasil persilangan
resiprokal a ntara albino slayer dan albino non slayer.
Berdasarkan penelitian ini maka dapat disimpulkan bahwa skema persilangan
ikan brushmouth albino slayer jantan (SN, SS) menghasilkan empat kelas fenotipe
albino slayer dan non slayer serta non albino slayer dan non albino non slayer
dengan proporsi albino slayer tertinggi (75%) dan jumlah telur paling banyak
(297±10,41 butir). Ukuran fenotipe slayer dan non slayer hasil persilangan lebih
panjang dibandingkan dengan tetua non slayer dan ukuran panjang ekor pada albino
non slayer lebih panjang dibandingkan dengan ikan normal hitam non slayer.
Collections
- MT - Fisheries [3076]