Integrasi Pasar dan Spillover Volatilitas Harga Minyak Nabati Dunia dan Dampaknya Terhadap Market Power Ekspor Minyak Sawit Indonesia
View/Open
Date
2019Author
Fitrianti, Wanti
Syaukat, Yusman
Hartoyo, Sri
Fariyanti, Anna
Metadata
Show full item recordAbstract
Minyak sawit, minyak kedelai, minyak rapeseed dan minyak bunga matahari
merupakan empat minyak utama yang diproduksi dan diperdagangkan di pasar
dunia minyak nabati. Isu penting dalam perdagangan minyak nabati adalah
bagaimana pasar minyak sawit sebagai produsen dan eksportir terbesar minyak
nabati merespon perubahan harga dunia minyak nabati lainnya ataupun sebaliknya.
Hal ini berdasarkan kondisi perdagangan dunia minyak nabati yang
memperlihatkan persaingan antar jenis minyak nabati sehingga pembentukan harga
dunia diduga memiliki keterkaitan antar minyak nabati. Dampak dari pasar minyak
nabati yang terintegrasi akan menyebabkan fluktuasi harga minyak nabati di tingkat
dunia akan ditransmisikan ke harga minyak sawit Indonesia. Upaya untuk
memahami transmisi harga antar minyak nabati dunia dan spillover volatilitas yang
terjadi menjadi penting seiring makin meningkatnya integrasi pasar minyak nabati.
Hal ini dilatarbelakangi transmisi harga yang tinggi belum tentu ditandai dengan
terjadinya volatilitas yang tinggi. Akan tetapi,volatilitas yang semakin meningkat
mengakibatkan munculnya risiko dan ketidakpastian harga di masa mendatang
menjadi semakin tinggi.
Berkembangnya pasar minyak sawit memunculkan indikasi hadirnya
keberadaan market power sehingga akan memengaruhi harga serta memunculkan
masalah asimetri dalam transmisi harga antara eksportir dan importir dan semakin
kompetitifnya persaingan di pasar minyak nabati dunia. Namun, dari sisi
permintaan sebagian besar negara importir utama minyak sawit juga merupakan
produsen minyak kedelai, minyak rapeseed dan minyak bunga matahari yang
menjadi kompetitor minyak sawit serta memiliki market power untuk mengatur
impor baik dalam kualitas dan kuantitas dengan membuat instrumen yang dapat
melemahkan permintaan minyak sawit.
Secara khusus penelitian ini bertujuan (1) menganalisis dinamika integrasi
pasar dan transmisi harga asimetris di pasar minyak nabati dunia; (2) menganalisis
transmisi harga eksportir dan importir pasar minyak sawit dunia; (3) menganalisis
dinamika transmisi asimetris harga minyak sawit dan tandan buah segar (TBS) di
pasar domestik; (4) menganalisis keterkaitan pasar minyak nabati dunia dengan
pasar energi; (5) menganalisis persistensi volatilitas minyak nabati dan spillover
guncangan faktor fundamental terhadap volatilitas harga minyak nabati dunia; (6)
menganalisis market power ekspor minyak sawit di pasar dunia
Untuk mencapai tujuan tersebut penelitian ini menggunakan data time series
bulanan Januari 2004-Juni 2017. Analisis data mencakup Threshold Vector Error
Corection (TVECM), Non linear Autoregressive Distributed Lag (NARDL) dan
Vector Autoregression Model nonlinear GARCH (Generalized Autoregressive
Conditional Heteroscedasticity ) seperti EGARCH, TGARCH, GJR-GARCH, dan
APARCH serta Generalized Impulse Response Function (GIRF) dan Forecast
Error Variance Decomposition(FEVD)serta Regresi Intrumental dengan Two
Stage Least Square (2SLS)
Hasil yang dicapai untuk tujuan pertama menunjukkan dalam jangka panjang
harga minyak nabati akan lebih cepat merespon untuk melakukan penyesuaian
terhadap penyimpangan positif (kenaikan) yang relatif besar dari nilai threshold
menuju keseimbangan pasar. Hasil ini mengindikasikan dalam jangka panjang
harga sawit Malaysia leader terhadap harga minyak sawit Indonesia, minyak
kedelai dan minyak bunga matahari. Kekuatan pasar minyak sawit hanya pada
penurunan harga dalam jangka panjang. Sebaliknya besarnya kekuatan harga
minyak kedelai dan minyak rapeseed dalam peningkatan harga minyak nabati
lainnya. Hasil tujuan kedua menunjukkan kuatnya pengaruh pasar importir terhadap
pasar ekspor Indonesia dan Malaysia. Namun ada peluang untuk ekspor Indonesia
dan Malaysia mengembangkan kekuatan pasar ekspor di China dan India. Hasil
tujuan ketiga menunjukkan harga minyak sawit domestik dan tandan buah segar
sangat dipengaruhi harga ekspor dan perkembangan harga pasar Malaysia dan
Rotterdam. Hasil ini membuktikan masih lemahnya kemampuan Indonesia dalam
menetapkan harga dan masih mengacu pada harga internasional.
Selanjutnya, hasil tujuan keempat menunjukkan terdapat kointegrasi jangka
panjang antara harga minyak bumi dan minyak nabati dan menemukan dampak
asimetris jangka panjang terhadap perubahan harga minyak sawit malaysia dan
minyak bunga matahari. Dalam kaitannya dengan pasar biodiesel ditemukan dalam
jangka panjang respon simetris harga biodiesel terhadap perubahan harga minyak
sawit, inti sawit, kedelai, kelapa dan harga minyak bumi. Respon asimetris harga
biodiesel hanya ditemukan pada perubahan harga minyak rapeseed dengan
intensitas respon kenaikan lebih besar dibandingkan penurunan.
Hasil tujuan kelima menunjukkan efek guncangan berita persisten dan
terdapat asimetris di pasar minyak nabati kecuali untuk minyak kedelai. Persistensi
dan leverage effect terbukti untuk kelompok minyak sawit, minyak bunga matahari,
minyak inti sawit dan minyak kelapa yang merespon lebih besar guncangan bad
news dalam meningkatkan volatilitas sedangkan inverse leverage effect merespon
lebih besar guncangan good news terhadap peningkatan volatilitas return harga
minyak rapeseed. Dalam kaitannya dengan spillover volatilitas ditemukan
hubungan dua arah dan efek positif dalam jangka panjang. Faktor fundamental
seperti peningkatan stok, produksi dan ekspor berkontribusi kecil dalam
menjelaskan volatilitas harga minyak nabati. Namun, untuk peningkatan produksi
minyak kedelai berkontribusi cukup besar pada volatilitas harga minyak sawit
Indonesia. Dalam jangka panjang, pertumbuhan GDP berkontribusi besar dalam
menjelaskan volatilitas harga minyak nabati. Sedangkan kontribusi aktivitas
spekulan minyak kedelai maupun minyak sawit dapat menjelaskan volatilitas
minyak nabati dari mulai dari periode kedua dan terus meningkat sampai akhir
periode, namun besaran kontribusi aktivitas spekulan dalam pasar minyak sawit
masih kecil. Hasil penelitian bagian terakhir menunjukkan Indonesia dan Malaysia
merupakan pasar yang saling bersaing di pasar importir utama minyak sawit.
Indonesia dan Malaysia memiliki sedikit market power atas ekspor minyak sawit
untuk tujuan India, China, Pakistan, dan Amerika Serikat. Namun, ekspor minyak
sawit secara keseluruhan tidak memiliki market power di pasar Uni Eropa.