Strategi Pengendalian Kontaminan Merkuri pada Komoditi Tuna dan Tuna-Like
View/Open
Date
2019Author
Handayani, Tri
Maarif, Syamsul Muhammad
Riani, Etty
Djazuli, Nazori
Metadata
Show full item recordAbstract
Produk perikanan memiliki peran penting bagi perekonomian nasional,
devisa negara, penyediaan lapangan kerja dan sumber protein serta gizi bagi
masyarakat. Tuna dan tuna-like merupakan jenis ikan ekonomis penting dan
dikonsumsi oleh hampir seluruh bangsa di dunia. Produksi tuna dunia tahun 2012
sebesar 4.6 juta ton, dimana Indonesia sebagai produsen tuna terbesar dengan
produksi 620 000 ton (13.48%). Ekspor tuna dan tuna-like Indonesia tahun 2014
sebesar 206 555 ton dengan nilai 629 283 juta US$, dengan negara tujuan ekspor
Amerika, Uni Eropa, Jepang dan Thailand. Disisi lain, komoditi tuna dan tuna-like
dihadapkan pada isu keamanan pangan, yaitu adanya potensi tercemar merkuri yang
membahayakan kesehatan manusia dan menimbulkan keresahan bagi konsumen
serta dapat berakibat mengganggu kelancaran perdagangan dan ekonomi komoditi
tuna dan tuna-like.
Penelitian ini menganalisis 1210 data hasil pengujian merkuri pada tuna dan
tuna-like hasil tangkapan di Samudera Hindia dan Samudera Pasifik dengan tujuan
untuk menyusun strategi pengendalian kontaminan merkuri pada komoditi tuna dan
tuna-like dengan tahapan yaitu: membangun purwarupa basis data kandungan
merkuri pada komoditi tuna dan tuna-like berdasarkan jenis dan berat secara
deskriptif, regresi linier dan tolerable weekly intake (TWI), menganalisis data
kontaminan merkuri pada komoditi tuna dan tuna-like terkait pencemaran habitat
perairan asal bahan baku dengan menggunakan metode uji-t (t-test), menyusun
strategi pengendalian kontaminan merkuri pada komoditi tuna dan tuna-like
menggunakan metode analytical hierarchy process (AHP), membangun sistem
kelembagaan dalam penerapan pengendalian kontaminan merkuri pada komoditi
tuna dan tuna-like dengan menggunakan interpretive structural modelling (ISM).
Hasil analisis menunjukkan bahwa kandungan merkuri sangat bervariasi antar jenis,
berat dan asal perairan (Samudera Hindia dan Pasifik). Semua jenis tuna dari kedua
perairan mengandung merkuri <1.0 mg/kg (batas maksimal merkuri) dan berat tidak
berpengaruh terhadap kandungan merkuri (regresi linier). Sebaliknya pada tunalike,
kandungan merkuri meningkat dengan penambahan berat, dimana swordfish
dan marlin >72 kg dan oilfish >50 kg mengandung merkuri >1.0 mg/kg. Asupan
yang aman per minggu untuk tuna maksimal 1000 g dan tuna-like lebih rendah.
Kandungan merkuri tuna dan tuna-like hasil tangkapan di Samudera Hindia lebih
tinggi dibandingkan Samudera Pasifik dan berbeda nyata, sehingga Samudera
Hindia lebih tercemar merkuri. Alternatif strategi pengendalian kontaminan
merkuri dan lembaga yang berperan secara berurutan, yaitu sertifikasi sistem
hazard analysis critical control point (HACCP) yang mengutamakan faktor
identifikasi perairan asal bahan baku, pengembangan sistem HACCP di industri
pengolahan (tujuh prinsip HACCP) dan pengujian bahan baku, dengan lembaga
yang berperan adalah Badan Karantina Ikan, Pengendalian Mutu dan Keamanan
Hasil Perikanan (BKIPM). Alternatif strategi sertifikasi produk, mengutamakan
faktor konsistensi penerapan HACCP di unit pengolahan ikan, pengujian produk
akhir dan standar mutu produk akhir (nasional dan internasional), dengan lembaga
yang berperan adalah BKIPM dan unit pengolahan ikan, sedangkan strategi
monitoring lingkungan untuk mengendalikan tingkat pencemaran
lingkungan/perairan dilakukan melalui penegakan hukum, pengendalian
pembuangan limbah industri dan pertambangan serta menyusun serta mengawasi
penerapan peraturan nasional dan internasional, dengan lembaga yang berperan
adalah Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK).
Dalam rangka efektifitas merkuri pada tuna dan tuna-like disarankan
peningkatan peran pemerintah pusat dan daerah terkait, serta lembaga internasional
termasuk negara-negara yang berada pada lintasan samudera habitat tuna dan tunalike
untuk secara konsisten mengendalikan sumber-sumber cemaran merkuri.