Analisis Model Rantai Pasok Agroindustri Berbasis Kedelai Di Kabupaten Cianjur
Abstract
Rantai pasok adalah sebuah sistem atau rantai bisnis yang saling berkaitan
antara satu dengan yang lainnya. Konsep rantai pasok yaitu bagaimana
menyampaikan barang atau jasa ke tangan konsumen secara efektif dan efisien.
Pengelolaan rantai pasok harus dikelola dengan baik untuk meningkatkan
keunggulan kompetitif serta menciptakan keunggulan dalam bersaing mengingat
persaingan dalam dunia bisnis semakin ketat. Pengelolaan rantai pasok yang baik
dapat membawa anggota rantai pasok pada tingkat efisiensi dan efektifitas yang
optimal sehingga dapat meningkatkan keuntungan. Sebaliknya apabila tidak
dikelola dengan baik dapat membawa kerugian seperti tingginya biaya logistik,
biaya pengelolaan informasi serta berkurangnya kapasitas produksi.
Penelitian ini bertujuan mengidentifikasi kondisi dan mekanisme pada rantai
pasok agroindustri kedelai, kemudian menganalisis kinerja dan perhitungan nilai
tambah rantai pasok agroindustri kedelai. Tahapan terakhir dalam penelitian ini
adalah menganalisis model rantai pasok agrodindustri kedelai. Identifikasi rantai
pasok didapat dengan menggunakan kerangka pemikiran Vorst (2006). Metode
SCOR-AHP digunakan untuk mengukur kinerja rantai pasok. Metode Hayami
digunakan untuk menghitung nilai tambah. Metode CPI-AHP digunakan untuk
mengukur nilai akhir dari model rantai pasok agroindustri kedelai.
Kondisi rantai pasok agroindustri kedelai melibatkan beberapa aktor
didalamnya. Berdasarkan identifikasi rantai pasok pada struktur jaringan rantai
pasok, diketahui bahwa anggota rantai pasok agroindustri kedelai mencakup petani,
pengepul, dan agroindustri. Dalam rantai pasok agroindurtri kedelai terdapat proses
pull-push, proses ini terhadi dalam hubungan antar pelaku rantai pasok. selanjutnya
untuk mengetahui kinerja rantai pasok dilakukan pengukuran kinerja melalui
penilaian metrik kinerja berdasarkan pendapat pakar dan bencmarking data aktual.
Hasil pengukuran kinerja rantai pasok agroindustri kedelai diketahui bahwa pada
tingkat petani sebesar 87.14% masuk dalam klasifikasi sedang, sedangkan kinerja
pada tingkat pengepul 91.20%, dan agroindustri 92.00% masuk dalam klasifikasi
baik.
Perhitungan nilai tambah dengan menggunakan metode Hayami diketahui
bahwa rasio nilai tambah tertinggi yaitu petani 82.38%, agoindustri 51.73%, dan
pengepul 5.73%. Analisis rasio margin keuntungan pada setiap pelaku yaitu
agroindustri sebesar 82.04%, pengepul sebesar 74%, dan petani sebesar 49.49%.
Hasil analisis model rantai pasok agroindustri kedelai di Kabupaten Cianjur
mendapatkan nilai akhir 81.80%, menurut Monckza et al. (2009) nilai tersebut
masuk ke dalam kategori sedang.
Hasil analisis model rantai pasok agroindustri kedelai termasuk dalam
kategori sedang Hal ini disebabkan oleh beberapa faktor diantaranya tanaman
kedelai yang ada di Kabupaten Cianjur belum menjadi tanaman utama tetapi
sebagai tanaman selingan, penanaman kedelai dilakukan hanya untuk menunggu
waktu musim penanaman padi. Pada sektor hulu, minat petani dalam
membudidayakan kedelai masih rendah serta belum adanya kesepakatan harga
penjualan kepada pengepul, akan tetapi keberadaan pengepul memudahkan petani
dalam menjual hasil produksinya.
Faktor lainnya yaitu dalam membudidayakan kedelai pengeluaran terkait
biaya tenaga kerja merupakan komponen yang lebih banyak dikeluarkan. Pada
sektor hilir yaitu agroindustri, permasalahan yang sering terjadi adalah keterbatasan
stok kedelai lokal sebagai bahan baku pembuatan tempe serta harga kedelai lokal
yang tidak stabil. Agroindustri lebih sering memilih kedelai impor dikarenakan
ketersediaan pasokan yang lebih stabil dan dari segi harga lebih terjangkau.
Collections
- MT - Agriculture Technology [2336]