Analisis Tipologi dan Keragaman Spasial Faktor- Faktor Penentu Perkembangan Wilayah di Provinsi Banten
View/Open
Date
2019Author
Khoirudin, Akhid Nur
Rustiadi, Ernan
Sahara
Metadata
Show full item recordAbstract
Provinsi Banten yang merupakan hasil pemekaran dari Provinsi Jawa Barat
menunjukkan tingkat pertumbuhan ekonominya diatas pertumbuhan nasional.
Namun tingkat pertumbuhan ekonomi Provinsi Banten yang tinggi disertai adanya
ketimpangan pembangunan antarwilayah dan keragaman spasial karateristik
perkembangan wilayah. Untuk itu pendekatan pembangunan perlu
mempertimbangkan tipologi masing-masing wilayah. Tujuan penelitian ini antara
lain 1) menganalisis tipologi perkembangan kecamatan 2) mengidentifikasi
keragaman spasial faktor-faktor penentu perkembangan wilayah di tingkat
kecamatan, dan 3) merumuskan arahan rencana pengembangan wilayah di Provinsi
Banten. Metode yang digunakan yaitu skalogram untuk mengetahui tingkat
perkembangan kecamatan, spatial clustering digunakan untuk mengklasifikasikan
tipologi perkembangan wilayah dan Geographical Weighted Regression (GWR)
digunakan untuk menganalisis keragaman faktor-faktor penentu perkembangan
wilayah.
Hasil penelitian menunjukkan adanya pergeseran karakteristik perkembangan
wilayah yang terdiri atas empat tipologi wilayah, yakni wilayah perkotaan, wilayah
suburban tipe 1, wilayah suburban tipe 2 dan wilayah perdesaan. Mengacu pada studi
Pravitasari (2009) terkait kategori pergeseran perkembangan wilayah, untuk tingkat
perkembangan kecamatan, sebanyak 67 kecamatan (57.76 %) dikategorikan tidak
mengalami kenaikan dan tetap berada di Hirarki III (rendah-rendah), sedangkan yang
mengalami kenaikan menjadi Hirarki II (rendah-sedang) sebanyak 19 kecamatan
(16.38%) dan yang mengalami kenaikan menjadi Hirarki I dari Hirarki II (sedang-baik)
sebanyak 4 kecamatan (3.45%). Faktor-faktor penentu keragaman spasial
perkembangan wilayah adalah jumlah penduduk dan jumlah industri kecil. Hasil uji
signifikansi GWR menunjukkan jumlah penduduk secara signifikan berpengaruh
positif secara umum di semua kecamatan, sedangkan jumlah industri kecil
berpengaruh negatif dan signifikansi pengaruhnya beragam secara spasial.
Berdasarkan hasil-hasil analisis, arahan rencana pengembangan wilayah di Provinsi
Banten didasarkan atas empat cluster yaitu perkotaan metropolitan menjadi pusat
kegiatan ekonomi wilayah dengan skala nasional (Tangerang dan Ciputat),
suburban tipe 1 sebagai wilayah transisi menjadi pusat ekonomi wilayah yang
menjembatani antara wilayah metropolitan dengan perdesaan (Serang,
Rangkasbitung, Cilegon, Pandeglang, Balaraja, Teluknaga, Kronjo, Tigaraksa,
Maja), suburban tipe 2 sebagai sebagai perkotaan skala kecil berfungsi sebagai
lokasi pemasok, sentra pengolahan agroindustri dan berbagai kegiatan agrobisnis
(Baros, Kragilan, Anyar) dan area perdesaan yang prioritas pembangunannya
adalah infrastruktur dasar yang diharapkan dapat ditingkatkan perkembangan
wilayahnya dengan beberapa pusat pertumbuhan skala perdesaan yang berada di
Labuan, Bayah, Panimbang, Malingping dan Cibaliung.
Collections
- MT - Agriculture [3859]