dc.description.abstract | Indonesia merupakan negara produsen sekaligus eksportir minyak inti sawit
dunia yang memiliki kepentingan untuk pengembangan pasar maupun menjaga
ketersediaan bahan baku untuk pengembangan industri hilir. Kebijakan bea keluar
merupakan salah satu instrumen kebijakan hilirisasi yang digunakan pemerintah
untuk mendorong permintaan CPKO di dalam negeri. Penelitian ini bertujuan untuk
menganalisis: (1) kinerja perdagangan dan daya saing minyak inti sawit Indonesia;
(2) faktor-faktor yang mempengaruhi kinerja perdagangan minyak inti sawit
Indonesia; dan (3) menganalisis dampak penerapan kebijakan bea keluar terhdap
kinerja perdagangan dan daya saing minyak inti sawit Indonesia. Penelitian ini
menggunakan metode Revealed Comparative Advantage (RCA) dan Export
Product Dynamic (EPD) untuk menghitung daya saing minyak inti sawit Indonesia
di negara tujuan ekspor utama. Model penawaran dan permintaan yang dibangun
pada penelitian ini merupakan sistem persamaan simultan, yang terdiri dari 18
persamaan struktural dan 25 persamaan identitas. Data yang digunakan merupakan
data sekunder dengan rentang waktu (time series) selama periode 1991 – 2017.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa produk minyak inti sawit Indonesia
memiliki keunggulan komparatif di keempat negara tujuan ekspor, namun
mengalami penurunan daya saing di Belanda dan Cina. Perubahan tarif bea keluar
responsif terhadap perubahan harga minyak inti sawit dunia dalam jangka pendek
maupun jangka panjang. Hal ini dikarenakan besaran tarif bea keluar ditentukan
oleh harga referensi yaitu harga internasional. Sementara itu, bea keluar minyak inti
sawit berpengaruh negatif namun tidak nyata terhadap harga ekspor minyak inti
sawit. Harga ekspor minyak inti sawit dipengaruhi secara positif dan nyata terhadap
harga minyak inti sawit dunia. Hal ini menunjukkan bahwa harga minyak inti sawit
dunia lebih berpengaruh terhadap harga ekspor minyak inti sawit Indonesia
dibandingkan dengan pengaruh kebijakan bea keluar.
Hasil simulasi dampak kebijakan bea keluar terhadap kinerja perdagangan
minyak inti sawit Indonesia periode 2012 – 2017 menunjukkan bahwa kebijakan
bea keluar menurunkan daya saing minyak inti sawit Indonesia di negara tujuan
ekspor, sementara itu dampaknya relatif kecil terhadap peningkatan permintaan
minyak inti sawit domestik. Kebijakan penghapusan bea keluar mampu
meningkatkan daya saing ekspor minyak inti sawit, namun tidak dapat
mengkompensasi penurunan daya saing pada saat penurunan harga minyak inti
sawit dunia.
Rekomendasi kebijakan yang dapat dikemukakan dari penelitian ini yaitu
perlu adanya diferensiasi strategi dalam meningkatkan pangsa ekspor minyak inti
sawit berdasarkan posisi minyak inti sawit Indonesia di pasar negara tujuan. Selain
itu, program percepatan hilirisasi perlu dilakukan untuk menyerap kelebihan
penawaran minyak inti sawit di pasar domestik akibat penerapan bea keluar. | id |