Daya Dukung Wilayah Berdasarkan Kinerja Produksi Sapi Peranakan Ongole Berbasis Limbah Kedelai di Kabupaten Grobogan
View/Open
Date
2019Author
Firmansyah, Dudi
Fuah, Asnath Maria
Priyanto, Rudy
Wiryawan, I Komang Gita
Metadata
Show full item recordAbstract
Kendala utama yang dihadapi peternak di Indonesia dalam meningkatkan
produktivitas ternak sapi adalah ketersediaan hijauan yang merupakan pakan utama
bagi ternak sapi secara kontinyu dan kurang memadai terutama pada musim
kemarau. Pada musim penghujan, keberadaan rumput cukup melimpah, namun
pada musim kemarau sangat sulit didapat. Cara peternak mengatasi masalah
kesulitan pakan pada musim kemarau adalah dengan memanfaatkan limbah-limbah
pertanian sebagai pakan pengganti hijauan ternak sapi khususnya adalah limbah
kacang kedelai. Penelitian pemanfaatan limbah kedelai ini dilaksanakan dari bulan
Juni sampai September 2016. Penelitian bertempat di Laboratorium Lapang
Ruminansia Besar, Departemen Ilmu Produksi dan Teknologi Peternakan, Fakultas
Peternakan, Institut Pertanian Bogor (IPB). Ternak yang digunakan dalam
penilitian ini adalah sapi PO sebanyak 20 ekor dengan kriteria umur 18-24 bulan
serta dipilih bobot dan tinggi badan yang seragam. Ransum penelitian disusun ke
dalam 4 perlakuan yaitu T1= rumput 30% + konsentrat 70%, T2= rumput 15% +
polong kedelai 15% + konsentrat 70%, T3= konsentrat 70% + kulit polong kedelai
30%, dan T4= konsentrat 70% + silase kulit polong kedelai 30%. Penelitian dimulai
dari tahap persiapan sekitar 14 hari dan tahap pelaksanaan selama 86 hari dengan
peubah yang diamati pertambahan bobot badan harian, konsumsi pakan, efisiensi
pakan, serta menghitung daya dukung limbah kedelai sebagai pakan ternak
diwilayah kabupaten Grobogan Jawa Tengah. Data-data yang didapat dianalisa
mengunakan Analisa ancova dengan faktor koreksi bobot badan.
Produktivitas sapi PO yang didapatkan untuk tingkat konsumsi bahan kering
ransum T2 dan T4 paling tinggi dibandingkan dengan ransum T1 maupun T3.
Tingkat konsumsi ransum T2 dan T4 berbeda nyata (P<0.05) dengan ransum T1
maupun T4. Kandungan nutrisi pakan baik itu protein kasar maupun TDN untuk
ransum T1 nyata lebih rendah (P<0.05) dari ransum T2, T3 dan T4. Tingkat
efisiensi sapi yang diberi ransum T4 lebih baik (P <0.05) dibandingkan dengan
ransum T2 dan T3, sedangkan sapi dengan perlakuan T1 dan T4 menunjukkan
efisiensi pakan yang sama. Nilai IOFC penelitian ini secara berurutan dari tertinggi
ke nilai terendah adalah perlakuan T4 (Rp22 695 ekor-1 hari-1), T1 (Rp 22 525 ekor-
1 hari-1), T3 (Rp 14 120 ekor-1 hari-1) dan T2 (Rp 10 065 ekor-1 hari-1). Perlakuan
T4 memiliki nilai IOFC sebesar Rp 22 695 ekor-1 hari-1 atau pakan dengan
perlakuan 30% polong kedelai fermentasi dan 70% konsentrat memiliki nilai
ekonomis yang tinggi dibandingkan dengan perlakuan lainnya. Potensi bahan
kering hijauan yang dimiliki oleh Kabupaten Grobogan berdasarkan luasan wilayah
sebanyak 337 520.8 ton tahun-1 dan produksi polong kedelai yang mampu
dihasilkan sebanyak 31 270 ton tahun-1. Daya dukung wilayah dengan penerapan
pertanian campuran antara sapi dan limbah pertanian serta polong kedelai mampu
menampung 101 040 ST. Polong kedelai dapat digunakan sebagai pakan pada
musim kemarau sebanyak 8 568 ST.
Collections
- MT - Animal Science [1238]