2024-03-29T11:41:01Zhttp://repository.ipb.ac.id/oai/requestoai:repository.ipb.ac.id:123456789/1131942022-08-04T13:26:29Zcom_123456789_7469com_123456789_25com_123456789_9col_123456789_107
Hendrayanto
Prihanto, Budi
Mahaputra, Peby Apriliano
2022-08-04T13:26:27Z
2022-08-04T13:26:27Z
2022
http://repository.ipb.ac.id/handle/123456789/113194
Longsor sering menimbulkan bencana alam di Indonesia, antara lain kejadian longsor di Kecamatan Sukajaya, Kabupaten Bogor pada 1 Januari 2020 yang mengakibatkan kerugian materiil hingga korban jiwa. Faktor penyebab longsor tersebut diduga karena adanya interaksi antar faktor penyebab biofisik maupun aktivitas manusia. Penelitian ini bertujuan menganalisis karakteristik dan penyebab longsor paling berpengaruh di Kecamatan Sukajaya, Kabupaten Bogor. Total sebanyak 748 longsor terdeteksi berdasarkan data dan informasi longsor BPBD Kabupaten Bogor. Penelitian dilakukan pada longsor yang memiliki keterwakilan kelas kemiringan lereng, jenis batuan, dan jenis tanah yaitu sebanyak 30 longsor contoh. Karakteristik longsor contoh diamati melalui pengecekan lapangan dan analisis peta. Pengecekan lapangan dilakukan untuk mengukur koordinat lokasi, kemiringan lereng, kedalaman solum tanah dan parameter lainnya. Analisis peta digunakan untuk mengamati kelas kemiringan lereng, jenis batuan, jenis tanah, curah hujan dan tata guna lahan. Analisis faktor penyebab longsor paling berpengaruh dilakukan dengan analisis secara parsial pada masing-masing parameter, pada interaksi antar parameter biofisik dan aktivitas manusia, dan pada interaksi antar keseluruhan parameter penyebab longsor. Hasil analisis menunjukkan bahwa mayoritas longsor terjadi pada kemiringan lereng 70%-140%, solum tanah >120 cm, tekstur tanah lempung berpasir, jenis batuan vulkanik, terdapat rembesan air atau mata air pada lereng, curah hujan >3.000 mm/tahun, tipe vegetasi berupa tumbuhan jati, kayu afrika, pisang, dan bambu, terdapat kegiatan penggalian atau pemotongan lereng, dan terdapat pembangunan konstruksi. Sistem drainase yang tidak memadai dan tata guna lahan persawahan tidak termasuk faktor penyebab paling berpengaruh terhadap longsor Kecamatan Sukajaya.
id
IPB University
Karakteristik dan Faktor Penyebab Longsor di Kecamatan Sukajaya, Kabupaten Bogor
The Characteristics and Causes of Lanslides in Sukajaya District, Bogor Regency
Undergraduate Thesis
biophysical
human activities
landslides
most influential
oai:repository.ipb.ac.id:123456789/1147582022-09-29T15:41:42Zcom_123456789_7469com_123456789_25com_123456789_9col_123456789_107
Muhdin
Hidayat, Rahmat
2022-09-29T15:41:40Z
2022-09-29T15:41:40Z
2022
http://repository.ipb.ac.id/handle/123456789/114758
Informasi mengenai karakteristik dan struktur tegakan hutan diperlukan supaya hutan tetap lestasi. Struktur tegakan yang dimaksud adalah struktur tegakan horizontal. Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh gambaran tentang karakteristik hutan rakyat Desa Cimanggu Kecamatan Cikembar Kabupaten Sukabumi berdasarkan karakteristik petani, komposisi jenis pohon, pola tanam, sebaran pohon, kerapatan dan struktur tegakannya. Data ini diperoleh berdasarkan pengukuran langsung dan wawancara terhadap 36 responden pemilik lahan. Pola tanam yang digunakan oleh petani di Hutan Rakyat Desa Cimanggu adalah pola tanam campuran dengan sistem pemanenan yang diterapkan yaitu sistem tebang butuh. Struktur tegakan gabungan pada 36 responden petani hutan rakyat Desa Cimanggu berbentuk huruf J terbalik dengan nilai R² sebesar 0,9658. Struktur tegakan pada semua lahan petani menggunakan pendekatan persamaan eksponensial negatif. Model dari struktur tegakan horizontal gabungan 36 responden dengan pendekatan persamaan eksponensial negatif dinyatakan dengan persamaan : y = 〖3.368,70e〗^(-0,805x). Jenis pohon yang ditemukan adalah jenis sengon (Paraserianthes moluccana), mahoni (Swietenia mahagoni), jati (Tectona grandis), kayu afrika (Maesopsis eminii), manglid (Magnolia champaca), puspa (Schima wallichii), jabon (Anthocephalus cadamba), suren (Toona sureni), matoa (Pometia pinnata), pulai (Alstonia scholaris), akasia (Acacia mangium), dan karet kerbau (Ficus elastica).
Information on the characteristics and structure of forest stands is needed so that the forest remains sustainable. The stand structure in question is a horizontal stand structure. This study aims to obtain an overview of the characteristics of community forests in Cimanggu Village, Cikembar District, Sukabumi Regency based on farmer characteristics, tree species composition, cropping patterns, tree distribution, density and stand structure. This data was obtained based on direct measurements and interviews with 36 respondents who own land. The cropping pattern used by farmers in the Community Forest of Cimanggu Village is a mixed cropping pattern with the harvesting system applied, namely the cutting and needing system. The combined stand structure of 36 respondents from community forest farmers in Cimanggu Village is in the shape of an inverted J with an R² value of 0,9658. The stand structure on all farmers' lands uses a negative exponential equation approach. The model of the combined horizontal stand structure of 36 respondents with a negative exponential equation approach is expressed by the equation: y = 〖3.368,70e〗^(-0,805x). The tree species found were silk tree (Paraserianthes moluccana), mahogany (Swietenia mahagoni), teak (Tectona grandis), african wood (Maesopsis eminii), manglid (Magnolia champaca), puspa (Schima wallichii), jabon (Anthocephalus cadamba), suren (Toona sureni), matoa (Pometia pinnata), pulai (Alstonia scholaris), acasia (Acacia mangium), and buffalo rubber (Ficus elastica).
id
IPB University
Karakteristik dan Struktur Tegakan Horizontal Hutan Rakyat Desa Cimanggu Kecamatan Cikembar Kabupaten Sukabumi
Undergraduate Thesis
characteristics of community forest
horizontal stand structure
species composition
oai:repository.ipb.ac.id:123456789/1133092022-08-08T13:06:07Zcom_123456789_7469com_123456789_25com_123456789_9col_123456789_107
Suwarna, Ujang
Terpujiana, Yunia
2022-08-08T13:06:00Z
2022-08-08T13:06:00Z
2022
http://repository.ipb.ac.id/handle/123456789/113309
Isu pemanasan global yang saat ini terjadi menjadi pemicu diperlukannya informasi mengenai karbon. Salah satu faktor yang dapat menurunkan akumulasi karbon dioksida di atmosfer adalah penyerapan oleh vegetasi. Hutan melalui fotosintesis mengabsorbsi karbon dioksida dan menyimpannya sebagai materi organik dalam bentuk biomassa. Tujuan dari penelitian ini yaitu untuk menduga biomassa, simpanan karbon, serapan karbon dioksida (CO2) dan produksi oksigen (O2) pada berbagai kelas umur tegakan jati (Tectona grandis) di RPH Wungu, KPH Madiun. Metode yang digunakan dalam pengambilan data, menggunakan stratified sampling dengan plot lingkaran berukuran 0,1 ha sebanyak 57 plot. Analisis data pendugaan biomassa menggunakan persamaan alometrik. Biomassa, simpanan karbon, serapan karbon dioksida (CO2) dan produksi oksigen diperoleh dari konversi nilai biomassa. Hasil pendugaan rata-rata biomassa, simpanan karbon, serapan karbon dioksida dan produksi oksigen (O2) pada tegakan jati di RPH Wungu, KPH Madiun secara berurutan adalah 238,60 ton/ha; 112,14 ton/ha; 411,19 ton/ha dan 299,04 ton/ha.
The issue of global warming that is currently happening is the trigger for the need for information on carbon. One of the factors that can reduce the accumulation of carbon dioxide in the atmosphere is absorption by vegetation. Forests through photosynthesis absorb carbon dioxide and store it as organic matter in the form of biomass. The study aims to estimate for biomass, carbon stock, carbon dioxide (CO2) absorption and oxygen (O2) production in various age classes of teak stands (Tectona grandis) in RPH Wungu, KPH Madiun. The method used in data collection, using stratified sampling with circular plots measuring 0,1 ha as many as 57 plots. Analysis of biomass estimation data using allometric equations. Biomass, carbon storage, carbon dioxide absorption and oxygen production were obtained from the conversion of biomass values. The results of the estimation for biomass, carbon storage, carbon dioxide (CO2) absorption and oxygen (O2) production in teak stands in RPH Wungu, KPH Madiun, respectively, were 238,60 tons/ha; 112,14 tons/ha; 411,19 tons/ha and 299,04 tons/ha.
id
IPB University
Estimasi Biomassa, Simpanan Karbon dan Serapan CO2 pada Berbagai Kelas Umur Tegakan Jati di RPH Wungu, KPH Madiun
Estimation of Biomass, Carbon Stock and CO2 Absorption in Various Age Classes of Teak Stands in RPH Wungu, KPH Madiun
Undergraduate Thesis
biomass
carbon stock
carbon dioxide
oxygen
Tectona grandis
oai:repository.ipb.ac.id:123456789/1134672022-08-11T13:32:50Zcom_123456789_7469com_123456789_25com_123456789_9col_123456789_107
Saleh, Muhammad Buce
Sundari, Dhea Aqilla
2022-08-11T13:32:47Z
2022-08-11T13:32:47Z
2022
http://repository.ipb.ac.id/handle/123456789/113467
Tutupan lahan akan berubah seiring berjalannya waktu dengan faktor penyebab
utama aktivitas manusia seperti illegal logging. Pertumbuhan Kawasan Mandeh yang
menunjukkan kemajuan yang cukup pesat menyebabkan terjadinya alih fungsi lahan
hutan menjadi non hutan. Tujuan penelitian ini yaitu menganalisis perubahan tutupan
lahan di Kawasan Mandeh tahun 2016-2021 melalui identifikasi kondisi tutupan lahan
di Kawasan Mandeh tahun 2021, mengidentifikasi jenis tutupan lahan di Kawasan
Mandeh menggunakan citra Sentinel-2, dan memetakan tutupan lahan di Kawasan
Mandeh tahun 2016 dan 2021 serta perubahan tutupan lahannya. Metode yang
digunakan dalam analisis perubahan tutupan lahan yaitu interpretasi visual yang
menghasilkan 8 kelas tutupan lahan dengan nilai kappa accuracy sebesar 90,29%.
Perubahan tutupan lahan ke arah positif didominasi oleh kelas lahan terbuka menjadi
semak belukar sebesar 22,10 ha sedangkan ke arah negatif didominasi oleh kelas hutan
dataran rendah menjadi semak belukar sebesar 86,03 ha.
Land cover will change over time with the main factors causing human activities
such as illegal logging activities. The growth of the Mandeh area which shows quite
rapid progress has caused the conversion of forest land to non-forest land. The purpose
of this study is to analyze land cover changes in the Mandeh Region in 2016-2021
through identification of land cover conditions in the Mandeh Region in 2021, identify
land cover types in the Mandeh Region using Sentinel-2 imagery, and map land cover
in the Mandeh Region in 2016 and 2021. and changes in land cover. The method used
in the analysis of land cover change is visual interpretation which produces 8 land cover
classes with a kappa accuracy value of 90.29%. Changes in land cover in the positive
direction are dominated by open land class into shrubs of 22.10 ha, while in the
negative direction are dominated by lowland forest classes into shrubs of 86.03 ha.
id
IPB University
Analisis Perubahan Tutupan Lahan pada Tahun 2016 dan 2021 di Kawasan Mandeh, Kabupaten Pesisir Selatan Menggunakan Citra Sentinel-2
Analysis of Land Cover Change in 2016 and 2021 in Mandeh Region, Pesisir Selatan Regency Using Sentinel-2 Imagery
Undergraduate Thesis
land cover change
Mandeh Region
Sentinel-2
visual interpretation
oai:repository.ipb.ac.id:123456789/1136552022-08-16T02:54:34Zcom_123456789_7469com_123456789_25com_123456789_9col_123456789_107
Hendrayanto
Lindiani, Annisa Nurlatiefa
2022-08-16T02:54:31Z
2022-08-16T02:54:31Z
2022
http://repository.ipb.ac.id/handle/123456789/113655
Banjir merupakan bencana yang sering terjadi di dunia, termasuk Indonesia.
Salah satu wilayah Indonesia yang sering mengalami banjir adalah wilayah Provinsi
DKI Jakarta. Banjir di wilayah DKI Jakarta terjadi hampir setiap tahun dan
mengakibatkan kerugian yang tidak sedikit. Salah satu faktor yang berpengaruh
terhadap terjadinya banjir yaitu curah hujan. Pola curah hujan jangka panjang dapat
dilihat melalui data curah hujan yang didapat melalui data pengukuran oleh satelit
(CHIRPS) dan data hasil pengukuran alat penakar hujan. Penelitian ini bertujuan
menganalisis hubungan pola curah hujan harian di DAS Ciliwung dengan kejadian
banjir di Jakarta. Kejadian banjir di DKI Jakarta ditemukan tidak mengikuti pola
hujan rata-rata DAS harian, bulanan maupun tahunan. Kejadian banjir lebih
dipengaruhi oleh pola sebaran ruang hujan hariannnya, yaitu ketika hujan terjadi
merata di hulu (Citeko), tengah (Bogor), dan hilir (Kemayoran, Tanjung Priok) dan
ketika hujan di hilir (wilayah DKI Jakarta) tinggi.
id
IPB University
Analisis Pola Curah Hujan DAS Ciliwung Terhadap Kejadian Banjir Jakarta
Undergraduate Thesis
CHIRPS
rainfall pattern
flood
DKI Jakarta
oai:repository.ipb.ac.id:123456789/1139782022-08-24T06:08:49Zcom_123456789_7469com_123456789_25com_123456789_9col_123456789_107
Rahaju, Sri
Ilham, Qori Pebrial
Munawaroh, Komariyatun
2022-08-24T06:08:46Z
2022-08-24T06:08:46Z
2022
http://repository.ipb.ac.id/handle/123456789/113978
Pinus merkusii merupakan pohon berfungsi ganda yaitu penghasil kayu dan getah. BKPH Kebasen salah satu kelas perusahaan pinus yang memanfaatkan pinus sebagai komoditi yang diandalkan, sehingga perlu adanya pemetaan potensi getah pinus. Potensi getah pinus dapat diketahui dengan bantuan teknologi penginderaan jarak jauh mengggunakan citra landsat 8. Tujuan penelitian ini untuk memetakan tegakan pinus dan menduga potensi getah pinus di BKPH Kebasen KPH Banyumas Timur menggunakan citra landsat 8. Metode yang digunakan adalah metode purposive sampling dan klasifikasi terbimbing (supervised classification). Luas total hutan pinus di BKPH Kebasen hasil klasifikasi terbimbing seluas 1.464,47 ha yang meliputi: luas hutan pinus rapat 621,36 ha, luas hutan pinus sedang 501,65 ha, dan luas hutan pinus jarang 341,46 ha. Rata-rata jumlah kerapatan tegakan pinus pada kelas rapat yaitu 509 pohon/ha, sedang 325 pohon/ha, dan jarang 194 pohon/ha. Potensi produksi getah pinus di BKPH Kebasen sebesar 791,35 ton/tahun, dengan produksi getah pinus kerapatan rapat 459,40 ton/tahun, kerapatan sedang 236,22 ton/tahun, dan kerapatan jarang 95,73 ton/tahun.
Pinus merkusii is a dual function tree, namely the producer of wood and sap. BKPH Kebasen is one of the pine company’s class that use pine as a reliable commodity, therefore it is necessary to mapping the potential of pine resin. The potential of pine resin can be identified with the help of remote sensing technology using landsat 8 imagery. The purpose of this study was to map pine stands and estimate the potential of pine resin at BKPH Kebasen KPH Banyumas Timur using landsat 8 imagery. The method used for this study is purposive sampling and supervised classification. The total area of pine forest in BKPH Kebasen as a result of supervised classification is 1.464,47 ha which includes: dense pine forest is 621,36 ha, medium pine forest is 501,65 ha, and pine forest is rare 341,46 ha. The average density of pine stands in the dense class was 509 trees/ha, moderately 325 trees/ha, and rarely 194 trees/ha. The potential production of pine resin at BKPH Kebasen is 791,35 tons/year, with a total production of pine resin with a density of 459,40 tons/year, a medium density 236,22 tons/year, and rare density of 95,73 tons/year.
id
IPB University
Pemetaan Potensi Getah Pinus merkusii di BKPH Kebasen KPH Banyumas Timur Menggunakan Citra Landsat 8
Mapping the Potential of Pinus merkusii Resin at BKPH Kebasen KPH Banyumas Timur Using Landsat 8 Imagery
Undergraduate Thesis
landsat 8 image
mapping
pine
pine resin
supervised classification
oai:repository.ipb.ac.id:123456789/1134092022-08-10T13:28:11Zcom_123456789_7469com_123456789_25com_123456789_9col_123456789_107
Budiaman, Ahmad
Rahayu, Nazma Ardiana Nur
2022-08-10T13:28:09Z
2022-08-10T13:28:09Z
2022
http://repository.ipb.ac.id/handle/123456789/113409
Tinjauan Sistematis: Pemanenan Hutan Ramah Lingkungan di Indonesia. Dibimbing oleh AHMAD BUDIAMAN. Pemanenan kayu pada pengelolaan hutan alam masih menimbulkan permasalahan lingkungan. Teknik perencanaan serta pelaksanaan pemanenan kayu yang baik dan benar masih belum dipergunakan dalam pemanenan kayu di hutan alam Indonesia, sehingga dampak kerusakan yang ditimbulkan selama kegiatan pemanenan kayu masih tinggi. Tujuan penelitian ini yaitu untuk mengetahui dan menghimpun hasil penelitian mengenai pemanenan hutan ramah lingkungan berdampak rendah serta mengevaluasi kinerja teknik Reduced Impact Logging. Penelitian ini menggunakan metode systematic review. Jenis data yang dikumpulkan berupa artikel berbahasa Indonesia maupun Inggris, yang bersifat open access sebanyak 28 jurnal. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pemanenan kayu konvensional yang dilaksanakan selama ini dilakukan tanpa perencanaan yang baik, teknik pelaksanaan yang buruk dan lemahnya pengawasan menyebabkan kerusakan lingkungan yang besar, sedangkan pemanenan kayu dengan teknik Reduced Impact Logging lebih banyak disarankan untuk digunakan dalam kegiatan pemanenan hutan di berbagai Negara karena bersifat ramah lingkungan dan mampu meminimalkan kerusakan yang terjadi.
Systematic Review: Environmentally Friendly Forest Harvesting in Indonesia. Supervised by AHMAD BUDIAMAN. Timber harvesting in natural forest management still causes environmental problems. Planning techniques and the implementation of good and correct timber harvesting are still not used in timber harvesting in Indonesia's natural forests, so the impact of damage caused during wood harvesting activities is still high. The purpose of this study is to find out and collect the results of research on environmentally friendly forest harvesting with a low impact and evaluate the performance of the Reduced Impact Logging technique. This study used the systematic Reviu method. The type of data collected is in the form of Articles in Indonesian and English, which are open access as many as 28 journals. The results showed that conventional wood harvesting carried out so far was carried out without good planning, poor implementation techniques and weak supervision caused great environmental damage, while wood harvesting with the Reduced Impact Logging technique was more widely recommended to be used in forest harvesting activities in various countries because it is environmentally friendly and able to minimize the damage that occurs.
id
IPB University
Tinjauan Sistematis: Pemanenan Hutan Ramah Lingkungan di Indonesia
Systematic Review: Environmentally Friendly Forest Harvesting in Indonesia.
Undergraduate Thesis
conventional
low impact harvesting
reduced impact logging
sustainable forest harvesting
oai:repository.ipb.ac.id:123456789/1148332022-10-03T06:29:17Zcom_123456789_7469com_123456789_25com_123456789_9col_123456789_107
Puspaningsih, Nining
Adrian, Louis Adam
2022-10-03T06:29:16Z
2022-10-03T06:29:16Z
2022
http://repository.ipb.ac.id/handle/123456789/114833
Pertumbuhan penduduk menyebabkan penggunaan lahan untuk permukiman, perkantoran dan industri di Kecamatan Gunung Putri dan Klapanunggal meningkat yang berdampak pada perubahan tutupan lahan termasuk luas Ruang Terbuka Hijau (RTH). Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis perubahan Ruang Terbuka Hijau menggunakan citra SPOT-7 tahun 2016 dan 2021 dan menganalisis kesesuaiannya dengan Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Bogor tahun 2016-2036. Perubahan luasan RTH pada tahun 2016 hingga 2021 di Kecamatan Gunung Putri dan di Kecamatan Klapanunggal mengalami penurunan. Tetapi luasan RTH tiap kecamatan masih memenuhi peraturan yang telah ditetapkan oleh pemerintah pada daerah perkotaan yaitu sebesar 30%. Kesesuaian Ruang Terbuka Hijau (RTH) dengan Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) di Kecamatan Gunung Putri terjadi kesesuaian Ruang Terbuka Hijau hanya sebesar 17,28% pada tahun 2016 menurun pada tahun 2021 menjadi 11,53%, sedangkan di Kecamatan Klapanunggal terjadi kesesuaian tinggi yaitu sebesar 84,78% pada tahun 2016 dan 79,54% pada tahun 2021.
Population growth causes land use for settlements, offices and industry in Gunung Putri and Klapanunggal Districts to increase which has an impact on changes in land cover including the area of Green Open Space (RTH). This study aims to analyze changes in Green Open Space using SPOT-7 images in 2016 and 2021 and analyze its suitability with the Bogor Regency Spatial Plan 2016-2036. Changes in the area of green open space from 2016 to 2021 in Gunung Putri District and in Klapanunggal District have decreased. However, the area of green open space in each sub-district still meets the regulations set by the government in urban areas, which is 30%. The suitability of Green Open Space (RTH) with the Regional Spatial Plan (RTRW) in Gunung Putri District occurred that the suitability of Green Open Space was only 17.28% in 2016 and decreased in 2021 to 11.53%. Meanwhile, in Klapanunggal Subdistrict, there was a high suitability of 84.78% in 2016 and 79.54% in 2021.
id
IPB University
Analisis Perubahan Ruang Terbuka Hijau Menggunakan Citra SPOT-7 di Kecamatan Gunung Putri dan Klapanunggal, Kabupaten Bogor
. Analysis of Changes in Green Open Space Using SPOT-7 Imagery in Gunung Putri and Klapanunggal Subdistricts, Bogor Regency
Undergraduate Thesis
Green Open Space
Gunung Putri District
Klapanunggal District
Land Cover
The Regional Spatial Plan of Bogor Regency
oai:repository.ipb.ac.id:123456789/1134082022-08-10T08:09:18Zcom_123456789_7469com_123456789_25com_123456789_9col_123456789_107
Suwarna, Ujang
Hakiim, Hammam Al
2022-08-10T08:09:16Z
2022-08-10T08:09:16Z
2022
http://repository.ipb.ac.id/handle/123456789/113408
Salah satu kegiatan penting dalam pemanenan kayu adalah kegiatan memindahkan kayu dari tempat penebangan ke tempat pengumpulan kayu (TPn) atau biasa disebut penyaradan. Penyaradan kayu bakar di KPH Bandung Utara dilakukan secara mekanis menggunakan bantuan motor engkrek. Tujuan penelitian ini adalah mengetahui produktivitas, biaya penyardan kayu bakar menggunakan motor engkrek serta pengaruh kemiringan lereng, jarak sarad, dan volume kayu yang disarad terhadap biaya dan produktivitas dan tingkat risiko kecelakaan kerja pada kegiatan penyaradan. Data primer didapatkan dari pengamatan langsung serta data sekunder didapatkan melalui studi pustaka. Hasil produktivitas pada topografi landai berdasarkan waktu efektif dan aktual sebesar 0,77 m3/jam dan 0,52 m3/jam, sedangkan pada topografi agak curam sebesar 0,56 m3/jam dan 0,37 m3/jam. Biaya penyardan pada topografi landai sebesar Rp 16.936/m3, sedangkan pada topografi agak curam sebesar Rp 20.680/m3. Produktivitas dan biaya penyaradan dipengaruhi oleh kemiringan lereng, jarak, dan volume kayu yang disarad. Analisis risiko menunjukkan pada kegiatan penyaradan terdapat 1 risiko tinggi, 3 risiko sedang, dan 2 risiko rendah.
One of the important activities in timber harvesting is the activity of moving wood from the logging site to the wood collection point (TPn) or commonly called skidding. Skidding of firewood at KPH Bandung Utara was carried out mechanically using the help of a motor engkrek. The purpose of this study was to determine the productivity, the cost of extracting firewood using a motor engkrek and the effect of slope, skidding distance, and the volume of skidded wood on the cost and productivity and the risk assesment in skidding activities. Primary data obtained from direct observation and secondary data obtained through interviews. Productivity results on sloping topography based on effective and actual time are 0,77 m3/hour and 0,52 m3/hour, while on steep topography are 0,56 m3/hour and 0,37 m3/hour. The cost of dredging on a sloping topography is Rp 16.936/m3, while on a steep topography it is Rp 20.680/m3. The productivity and cost of skidding are affected by the slope, distance, and volume of skidded wood. The risk analysis shows that in the skidding activity there is 1 high risk, 3 moderate risk, and 2 low risk.
id
IPB University
Produktivitas Penyaradan Kayu Bakar Menggunakan Motor Engkrek di KPH Bandung Utara
Productivity of Skidding Firewood Using a Motor Engkrek In KPH Bandung Utara
Undergraduate Thesis
cost
productivity
risk
skidding
oai:repository.ipb.ac.id:123456789/1141872022-08-29T13:02:34Zcom_123456789_7469com_123456789_25com_123456789_9col_123456789_107
Elias
Septiani, Mira
2022-08-29T13:02:31Z
2022-08-29T13:02:31Z
2022
http://repository.ipb.ac.id/handle/123456789/114187
Sistem silvikultur Tanam Rumpang dan Tebang Rumpang (TRTR)
diharapkan dapat meningkatkan produktivitas hutan alam yang mengalami
degradasi. Jabon putih yang ditanam pada areal rumpang merupakan salah satu
jenis yang potensial untuk dikembangkan dalam sistem TRTR karena
pertumbuhannya yang sangat cepat. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis
pertumbuhan jabon putih dalam rumpang dan pengaruh kelerengan terhadap
pertumbuhan jabon putih. Penelitian dilakukan pada bulan Maret hingga Mei 2022.
Kegiatan pengambilan data pertumbuhan jabon putih dilakukan di areal tanam
rumpang dengan topografi datar-curam (0% - 40%). Hasil penelitian menunjukkan
Jabon putih yang ditanam dalam rumpang memiliki rata-rata pertumbuhan diameter
dan tinggi jabon putih yaitu sebesar 3.87 cm/thn dan 215.49 cm/thn. Uji statistik
menunjukkan terdapat perbedaan nyata pengaruh kelerengan terhadap
pertumbuhan diameter pohon jabon putih
The silvicultural system of gap planting and gap clear cutting (TRTR) is
expected to increase the productivity of degraded natural forests. White jabon
which is planted in the gap area is one of the species that potentially developed in
the TRTR system due to its very fast growth characteristics. This study aims to
analyze white jabon growth in the gap area and the effect of slope on it. The study
was conducted from March to June 2022. The data collection was carried out in the
gap planting area with flat to steep topography (0 - 40%). The results showed that
white jabon planted in gap planting area had an average diameter and height growth
of 3.87 cm/year and 215.49 cm/year. Statistical tests showed a significant difference
in the effect of slope on diameter growth of white jabon.
id
IPB University
Pertumbuhan Jabon Putih (Anthocephalus cadamba) pada Areal Penelitian Tanam Rumpang di PT. Sarmiento Parakantja Timber, Kalimantan Tengah
Growth of White Jabon (Anthocephalus cadamba) in The Gap Planting Research Area at PT. Sarmiento Parakantja Timber, Central Kalimantan
Undergraduate Thesis
Anthocephalus cadamba
forest degradation
gap planting
growth
oai:repository.ipb.ac.id:123456789/1122172022-06-30T00:02:55Zcom_123456789_7469com_123456789_25com_123456789_9col_123456789_107
Kuncahyo, Budi
Rosaprana, Wanella
2022-06-30T00:02:53Z
2022-06-30T00:02:53Z
2022
http://repository.ipb.ac.id/handle/123456789/112217
Karbon merupakan salah satu komponen biomassa yang ada pada suatu
tegakan hutan. PT Tirta Investama Plant Ciherang selain memiliki luasan tegakan
hutan (kawasan hijau) yang lebih luas dibandingkan luasan kawasan terbangunnya,
ia juga berkomitmen untuk terus menjaga lingkungan terutama dapat ikut serta
menyerap karbon yang menjadi salah satu unsur penting dalam perubahan iklim.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui nilai besaran potensi dugaan stok karbon,
serapan karbon dioksida (CO2), dan peta sebaran potensi dugaan stok karbon yang
ada di tegakan PT Tirta Investama Plant Ciherang. Metode yang digunakan yaitu
dengan mengidentifikasi dan mengukur secara langsung diameter dan tinggi pohon,
serta menggunakan literatur untuk data pendukung seperti pemilihan persamaan
allometrik. Hasil dari penelitian ini didapatkan bahwa total potensi dugaan stok
karbon sebesar 6842,84 ton/ha, sedangkan serapan CO2 sebesar 25113,22 ton/ha.
Peta potensi pendugaan stok karbon menggambarkan bahwa dari 95 petak terdapat
66 petak potensi dugaan stok karbon dengan kelas rendah (0,00–90,00 ton/ha).
Besar kecilnya nilai dari potensi dugaan stok karbon sangat dipengaruhi dari besar
kecilnya diameter tegakan, sehingga apabila rata-rata diameter tegakan semakin
besar, maka potensi dugaan stok karbon akan semakin tinggi.
PT Tirta Investama Plant Ciherang, Bogor
id
IPB University
Pendugaan Potensi Stok Karbon Areal Taman Kehati, PT Tirta Investama Plant Ciherang, Bogor
Estimation of Potential Carbon Stock Area of Taman Kehati, PT Tirta Investama Plant Ciherang, Bogor
Undergraduate Thesis
allometric
biomass
carbon
carbon distribution map
CO2 absorption
oai:repository.ipb.ac.id:123456789/1153162022-11-22T23:55:33Zcom_123456789_7469com_123456789_25com_123456789_9col_123456789_107
Hardjanto
Anjani, Ni Putu Dewi
2022-11-22T23:55:31Z
2022-11-22T23:55:31Z
2022
http://repository.ipb.ac.id/handle/123456789/115316
Wana wisata Pulau Merah Banyuwangi memiliki potensi dan daya tarik yang mendatangkan dampak positif sosial dan ekonomi bagi masyarakat sekitarnya. Potensi ini perlu pengembangan agar tetap dapat mendatangkan wisatawan di tengah tingginya persaingan antar industri pariwisata. Salah satu cara yang dapat dilakukan adalah menerapkan customer relationship management. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh customer relationship management terhadap kepuasan dan loyalitas wisatawan serta menganalisis pengaruh kepuasan wisatawan terhadap loyalitas wisatawan. Metode penelitian adalah PLS SEM dengan pengumpulan data primer berupa kuesioner dan wawancara serta data sekunder dari pihak KPH Banyuwangi Selatan. Responden diperoleh secara accidental sampling sebanyak 218 responden. Hasil penelitian menunjukkan bahwa customer relationship management berpengaruh nyata terhadap kepuasan wisatawan. Semakin baik penerapan customer relationship management maka semakin tinggi tingkat kepuasan wisatawan. Kepuasan wisatawan berpengaruh nyata terhadap loyalitas wisatawan. Apabila tingkat kepuasan wisatawan tinggi, maka tingkat loyalitas wisatawan juga tinggi. Customer relationship management tidak berpengaruh nyata terhadap loyalitas wisatawan, namun berpengaruh secara tidak langsung melalui kepuasan wisatawan sebagai mediator. Peningkatan kualitas customer relationship management secara tidak langsung akan berpengaruh terhadap meningkatnya loyalitas wisatawan.
Wana Wisata Red Island of Banyuwangi has the potential and attraction that has a positive social and economic impact on the surrounding community. This potential needs to be developed so that it can still bring the tourists in the midst of high competition between the tourism industry. One way that can be done is to implement customer relationship management. This study aims to analyze the effect of customer relationship management on tourist satisfaction and loyalty and analyze the effect of tourist satisfaction on tourist loyalty. The research method is PLS SEM with primary data collection in the form of questionnaires and interviews as well as secondary data from the KPH Banyuwangi Selatan. Respondents obtained by accidental sampling as many as 218 respondents. The results showed that customer relationship management had a significant effect on tourist satisfaction. The better the implementation of customer relationship management, the higher the level of tourist satisfaction. Tourist satisfaction has a significant effect on tourist loyalty. If the level of tourist satisfaction is high, the level of tourist loyalty is also high. Customer relationship management has no significant effect on tourist loyalty, but has an indirect effect through tourist satisfaction as a mediator. Improving the quality of customer relationship management will indirectly affect the increase in tourist loyalty.
id
IPB University
Pengaruh Customer Relationship Management terhadap Kepuasan dan Loyalitas Wisatawan Wana Wisata Pulau Merah Banyuwangi
The Influence of Customer Relationship Management on the Satisfaction and Loyalty of Tourists at Wana Wisata Red Island Banyuwangi
Undergraduate Thesis
Customer Relationship Management,
Loyalty
PLS SEM
Satisfaction
Tourist
oai:repository.ipb.ac.id:123456789/1125062022-07-15T00:40:01Zcom_123456789_7469com_123456789_25com_123456789_9col_123456789_107
Matangaran, Juang R
Hamady, Fahmi
2022-07-15T00:32:01Z
2022-07-15T00:32:01Z
2022-07
http://repository.ipb.ac.id/handle/123456789/112506
BKPH Parung Panjang dan hutan rakyat Gunung Kencana merupakan salah
satu penghasil kayu mangium dan sengon. Kayu mangium biasa dimanfaatkan
sebagai bahan produksi pulp, kertas, papan partikel, krat, kepingan kayu, kayu
gergajian, molding dan mebel. Pengoptimalan kegiatan pemanenan diperlukan
untuk meningkatkan produktivitas. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis
produktivitas penebangan, pembagian batang dan besarnya biaya penebangan kayu
mangium di BKPH parung panjangdan kayu sengon di hutan rakyat Gunung
Kencana. Hasil penelitian ini menunjukan hasil rata-rata produktivitas aktual adalah
7,18m3/jam pada kayu mangium dan 11,47m3/ jam pada kayu sengon. Biaya
penebangan dan pembagian batang menggunakan chainsaw Stihl MS 250 sebesar
Rp 32960,82/m3 dan sebesar Rp 27074,07/m3 menggunakan chainsaw Sthil MS
382. Produktivitas penebangan dan besar biaya yang digunakan di pengaruh oleh
jenis alat yang digunakan, jenis pohon, dan operator chainsaw.
id
IPB University
Produktivitas Penebangan dan Pembagian Batang Mangium di BKPH Parung Panjang dan Sengon di Hutan Rakyat Gunung Kencana Banten
Productivity of Felling and Bucking of Mangium Wood in BKPH Parung Panjang and Sengon in Banten Gunung Kencana Community Forest
Undergraduate Thesis
Mangium
Sengon
Productivity
Chainsaw
Felling Fee
oai:repository.ipb.ac.id:123456789/1130902022-08-02T07:14:52Zcom_123456789_7469com_123456789_25com_123456789_9col_123456789_107
Saleh, Muhammad Buce
Natasya, Nurafni
2022-08-02T07:14:51Z
2022-08-02T07:14:51Z
2022
http://repository.ipb.ac.id/handle/123456789/113090
Kebakaran hutan dan lahan menjadi masalah tahunan yang sering terjadi di Provinsi Riau. Salah satu daerah dengan luasan kebakaran terluas di Provinsi Riau adalah Kabupaten Siak. Kegiatan analisis kebakaran hutan dan lahan perlu dilakukan untuk membantu proses rehabilitasi dan pencegahan kebakaran hutan dan lahan pada tahun-tahun selanjutnya. Tingkat keparahan kebakaran hutan dan lahan dianalisis melalui penginderaan jauh meggunakan Citra Sentinel-2 dengan metode NBR (Normalized Burn Ratio). Tingkat keparahan kebakaran hutan dan lahan diklasifikasikan menjadi tiga kelas yaitu, rendah, sedang dan tinggi. Tingkat keparahan kebakaran rendah tahun 2019 adalah 81939,50 Ha dengan persentase luasan kebakaran 50,40%. Tingkat keparahan kebakaran sedang tahun 2019 adalah 42326,77 Ha dengan persentase luasan kebakaran 26,04% dan tingkat keparahan kebakaran tinggi tahun 2019 adalah 38303,76 Ha dengan persentase luasan kebakaran adalah 23,56%. Sedangkan Tingkat keparahan kebakaran rendah tahun 2020 adalah 34243,76 Ha dengan persentase luasan kebakaran adalah 39,42%. Tingkat keparahan kebakaran sedang adalah 13596,92 Ha dengan persentase luasan kebakaran 15,65% dan tingkat keparahan tinggi adalah 39032,25 Ha dengan persentase luasan kebakaran adalah 44,93%.
Forest and land fires becomes an annual problem which often happens in Riau Province. One of the areas with the largest fire area in Riau Province is Siak Regency.The analysis activity of Forest and land fire need to be done in order to assist the process of rehabilitation and prevention of forest and land fires in the following years. The severity of forest and land fires was analyzed through remote sensing using Sentinel-2 Imagery with the NBR (Normalized Burn Ratio) method. The severity of forest and land fires was classified into three classes, namel; low, medium and high. The low fire severity in 2019 was 81939.50 Ha with severity percentage of 50.40%. The medium fire severity level was 42326.77 Ha with severity persentage of 26.04% and the high fire severity level in 2019 was 38303.76 Ha with severity percentage of 23.56%. While the low fire severity in 2020 was 34243.76 Ha with the severity percentage of 39.42%, the medium fire severity was 13596.92 Ha with severity percentage of 15.65% and the high severity level was 39032.25 Ha with the severity percentage of 44.93%.
id
IPB University
Estimasi Tingkat Keparahan Kebakaran Hutan dan lahan Menggunakan Citra Sentinel-2 di Kabupaten Siak, Riau
Undergraduate Thesis
Forest
Land
Fire
NBR
Sentinel-2 Image
Severity level
oai:repository.ipb.ac.id:123456789/1139162022-08-22T23:45:14Zcom_123456789_7469com_123456789_25com_123456789_9col_123456789_107
Elias
Ingram, Brayon
2022-08-22T23:45:12Z
2022-08-22T23:45:12Z
2022
http://repository.ipb.ac.id/handle/123456789/113916
Pengembangan sistem silvikultur TPTR dan TRTR memerlukan informasi dampak tanam rumpang di areal hutan alam terdegradasi yang nantinya berdampak terhadap tanah hutan, terutama erosi tanah. Tujuan penelitian untuk mendapatkan informasi tingkat erosi tanah akibat kegiatan tanam rumpang di areal hutan alam terdegradasi serta bertopografi datar-landai dan sedang. Penelitian dilaksanakan pada Mei-September 2021 dengan pengambilan data sebanyak delapan kali di enam plot tanam rumpang dan enam plot hutan alam terdegradasi. Hasil uji statistik menunjukkan bahwa terdapat perbedaan nyata perlakuan teknologi tanam rumpang terhadap besar erosi tanah. Besar erosi tanah di rumpang bertopografi datar-landai dan sedang tidak berbeda nyata. Kesimpulan penelitian menunjukkan bahwa besarnya tanah tererosi yang terjadi berturut-turut dari terbesar ke terkecil ialah pada areal hutan alam terdegradasi, jalur tanam di rumpang, dan penyekat erosi di rumpang.
The development of TPTR and TRTR silvicultural systems requires information on the impact of gap planting in degraded natural forest areals that might will have an impact on forest soils, especially soil erosion. The purpose of the research was to obtain information on the level of soil erosion due to the application of gap planting in degraded natural forest areals and with flat to sloping and moderate class topography. The research was carried out in May-September 2021 with data collection eight times in six gap planting plots and six degraded natural forest plots. The results of statistical tests showed that there were noticeable differences in the treatment of gap planting technology to the magnitude of soil erosion. Meanwhile, the magnitude of soil erosion in the gap flat to sloping topography and moderate topography did not show a noticeable difference. It is concluded, that the amount of eroded soil that occurred in order from the largest to the smallest was in the degraded natural forest areal, the planting stripe in the gap, and the erosion barrier in the gap.
Lembaga Pengelola Dana Pendidikan, Kementerian Keuangan Republik Indonesia (LPDP KEMENKEU RI)
id
IPB
Studi Dampak Tanam Rumpang terhadap Erosi Tanah dalam Kegiatan Rehabilitasi Hutan Alam Tidak Berpotensi di Areal PBPH PT SARPATIM
Study of Gap Planting Impact to Soil Erosion on Rehabilitation Activities of Degraded Natural Forests in the PBPH Areal of PT SARPATIM
Undergraduate Thesis
Degraded natural forests
Erosion
Gap planting technology
Rehabilitation
oai:repository.ipb.ac.id:123456789/1119632022-06-06T23:59:44Zcom_123456789_7469com_123456789_25com_123456789_9col_123456789_107
Yovi, Efi Yuliati
Putra, Firyal Dhaifan
2022-06-06T23:59:42Z
2022-06-06T23:59:42Z
2022
http://repository.ipb.ac.id/handle/123456789/111963
Penyadapan kopal adalah salah satu kegiatan pemanfaatan hasil hutan bukan
kayu (HHBK). Kegiatan penyadapan kopal memiliki risiko yang membahayakan
kesehatan dan keselamatan pekerjanya seperti Musculoskeletal Disorders (MSDs).
Tujuan penelitian ini adalah mengidentifikasi level risiko postur kerja
menggunakan Range of Motion (ROM), menghitung gaya tekan lumbal 5 dan
sakrum 1 (L5/S1) menggunakan analisis biomekanik, dan memberikan
rekomendasi perbaikan postur kerja yang sesuai. Postur tubuh pekerja dianalisis
dengan ROM yang kemudian dilanjutkan dengan analisis biomekanik
menggunakan software 3DSSPP (3D Static Strength Prediction Program) serta
beberapa analisis objektif lainnya seperti OWAS (Ovaki Working Posture Analysis
System) dan QEC (Quick Exposure Check). Analisis biomekanik menyajikan hasil
berupa compression force, shear force, strength percent capable, dan standing
balance. Metode analisis data dilakukan pada setia postur kerja yang dihasilkan
dalam kegiatan. Hasil analisis menunjukkan bahwa segmen tubuh yang sangat
berpengaruh terhadap risiko MSDs yang diterima oleh pekerja yaitu leher,
punggung, pergelangan tangan, pinggul, dan lutut.
Copal tapping is one of the non-timber forest product (NTFP) utilization
activities. Copal tapping activities have risks that endanger the health and safety of
their workers, such as Musculoskeletal Disorders (MSDs). The purpose of this
study was to identify the level of risk of working posture using Range of Motion
(ROM), calculate the compressive force of the 5th lumbar and sacrum 1 (L5/S1)
using biomechanical analysis, and provide recommendations for improving the
appropriate working posture. Workers' body postures were analyzed by ROM
which was then followed by biomechanical analysis using 3DSSPP software (3D
Static Strength Prediction Program) as well as several other objective analyzes such
as OWAS (Ovaki Working Posture Analysis System) and QEC (Quick Exposure
Check). Biomechanical analysis presents the results in the form of compression
force, shear force, strength percent capable, and standing balance. The data analysis
method is carried out on each work posture generated in the activity. The results of
the analysis show that the body segments that greatly influence the risk of MSDs
received by workers are the neck, back, wrists, hips, and knees.
id
IPB University
Penilaian Postur Kerja dan Risiko Musculoskeletal Disorders Menggunakan Analisis Biomekanik Pada Kegiatan Penyadapan Kopal di Hutan Pendidikan Gunung Walat
Undergraduate Thesis
3DSSPP
L5/S1
compression force
tapping
risk
oai:repository.ipb.ac.id:123456789/1128132022-07-25T12:54:08Zcom_123456789_7469com_123456789_25com_123456789_9col_123456789_107
Trison, Soni
Nurwansyah
2022-07-25T12:54:05Z
2022-07-25T12:54:05Z
2022
http://repository.ipb.ac.id/handle/123456789/112813
Hutan Kemasyarakatan (HKm) merupakan salah satu model perhutanan sosial yang digunakan oleh masyarakat Nagari Aie Dingin, Kabupaten Solok, Provinsi Sumatera Barat untuk mendapatkan akses kelola lahan atas kegiatan kehutanan dan pertanian. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengelolaan skema HKm dan interaksi masyarakat dengan sumberdaya hutan yang ada di HKm Solok Radjo, Nagari Aie Dingin, Kabupaten Solok, Provinsi Sumatera Barat. Metode yang digunakan adalah analisis deskriptif. Sampel penelitian sebanyak 55 orang. Pengelolaan HKm dilakukan pada hasil hutan yang dipungut dan tanaman yang dibudidayakan pada lahan garapan HKm. Pengelolaan hasil hutan yang dipungut memperhatikan kaidah hutan lestari dimana pemanenan yang dilakukan pada rotan telah menunjukkan masak panen dan pemungutan kayu bakar hanya mengumpulkan ranting yang telah jatuh tanpa melakukan penebangan pohon. Pengelolaan tanaman budidaya meliputi penyiapan lahan, pengadaan bibit, penanaman, pemeliharaan, dan pemasaran. Interaksi responden dengan HKm dapat dilihat dari jenis hasil hutan yang dimanfaatkan sebagai sumber pendapatan yaitu, rotan, kayu bakar, kopi, bawang merah, cabai, kentang, dan tomat. Nilai kontribusi HKm terhadap pendapatan keluarga petani cukup tinggi yaitu 78,99% yang menandakan bahwa petani memiliki ketergantungan yang tinggi dengan HKm.
Community Forest (HKm) is one of the social forestry models used by the people of Nagari Aie Dingin, Solok Regency, West Sumatera Province to gain access to land management for agricultural and forestry businesses. This study aims to determine the management of HKm schemes and community interactions with forest resources in HKm Solok Radjo, Nagari Aie Dingin, Solok Regency, West Sumatera Province. The method used is descriptive analysis. The research sample was 55 people. HKm management is carried out on forest products collected and plants cultivated on HKm arable land. The management of forest products collected takes into account the principles of sustainable forest, where harvesting carried out on rattan has shown maturity and the collection of firewood only collects fallen twigs without cutting trees. Management of cultivated plants includes land preparation, procurement of seeds, planting, maintenance, and marketing. The interaction of respondents with HKm can be seen from the types of forest products used as a source of income, namely, rattan, firewood, coffee, shallots, chilies,
potatoes, and tomatoes. The contribution value of HKm to farmer family income is quite high, namely 78.99% which indicates that farmers have a high dependence on HKm.
id
IPB University
Interaksi Masyarakat Dengan Perhutanan Sosial di HKm Solok Radjo, Nagari Aie Dingin, Kabupaten Solok, Provinsi Sumatera Barat.
Undergraduate Thesis
forest product
Community Forest (HKm)
interactions
social forestry
oai:repository.ipb.ac.id:123456789/1130652022-08-02T00:07:37Zcom_123456789_7469com_123456789_25com_123456789_9col_123456789_107
Yovi, Efi Yuliati
Ramadhanty, Indira Amartya
2022-08-02T00:07:35Z
2022-08-02T00:07:35Z
2022
http://repository.ipb.ac.id/handle/123456789/113065
Kegiatan pengelolaan hutan mempunyai risiko tinggi terkena gangguan Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3), yang dipicu oleh sumber bahaya atau karakteristik pekerjaan kehutanan. Karena itu, perlindungan K3 pada pekerja kehutanan perlu dilakukan yaitu dengan meningkatkan iklim keselamatan kerja. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi hubungan keterikatan antar dimensi iklim keselamatan, mengukur nilai iklim keselamatan pada kegiatan pengelolaan hutan di KPH Bogor, serta merekomendasikan strategi peningkatan iklim keselamatan yang tepat. Instrumen yang digunakan pada penelitian yaitu Nordic Occupational Safety Climate Questionnaire (NOSACQ-50) yang terdiri dari tujuh dimensi iklim keselamatan. Dimensi 1–3 merupakan penilaian terhadap kebijakan, prosedur, dan praktik keselamatan manajemen dan dimensi 4–7 merupakan penilaian terhadap penanganan keselamatan pekerja. Hasil analisis PLS-SEM menunjukkan bahwa dimensi 1, 2, dan 3 berpengaruh terhadap dimensi 4, 5, 6, dan 7. Hasil analisis iklim keselamatan menunjukkan terdapat perbedaan persepsi antara pekerja dan manajerial. Manajerial menganggap dirinya dan pekerja sudah cukup baik, sedangkan pekerja menganggap manajerial dan dirinya sendiri belum cukup baik dan perlu adanya suatu perbaikan. Strategi peningkatan iklim keselamatan dirumuskan berdasarkan hasil analisis PLS-SEM dan nilai iklim keselamatan rendah yaitu dengan memperkuat dimensi 1, 2, dan 3. Strategi ini berfokus pada peran manajerial terhadap perlindungan K3 pekerja.
Forest management activities has a high risk of being affected by Occupational Safety and Health (OSH) disorders, which are triggered by hazard sources or characteristics of forestry work. Therefore, it’s necessary to protect OSH for forestry workers by increasing the work safety climate. This study aims to identify the interrelationships between the dimensions of safety climate, measure the value of the safety climate in forest management activities in KPH Bogor, and recommend appropriate safety climate improvement strategies. The instrument used in this study is the Nordic Occupational Safety Climate Questionnaire (NOSACQ-50) which consists of seven dimensions of safety climate. Dimensions 1–3 are an assessment of management safety policies, procedures and practices and dimensions 4–7 are an assessment of worker’ handling of safety. The results of the PLS-SEM analysis show that dimensions 1, 2, and 3 have an effect on dimensions 4, 5, 6, and 7. The results of the safety climate analysis show that there are differences in perceptions between workers and managers. Managers consider themselves and workers to be quite good, while workers consider managerial and themselves not good enough and need improvement. The safety climate improvement strategy is formulated based on the results of the PLS-SEM analysis and the low safety climate value is by strengthening dimensions 1, 2, and 3. This strategy focuses on managerial roles in protecting workers’ OSH.
id
IPB University
Analisis Iklim Keselamatan Kerja pada Kegiatan Pengelolaan Hutan di KPH Bogor, Jawa Barat
Undergraduate Thesis
iklim keselamatan
keselamatan dan kesehatan kerja
NOSACQ-50
pengelolaan hutan
PLS-SEM
oai:repository.ipb.ac.id:123456789/1156352022-12-21T23:38:45Zcom_123456789_7469com_123456789_25com_123456789_9col_123456789_107
Kuncahyo, Budi
Pribadi, Hendri
2022-12-21T23:38:42Z
2022-12-21T23:38:42Z
2022
http://repository.ipb.ac.id/handle/123456789/115635
Silvopastural merupakan kombinasi pengelolaan pohon dan hewan
peliharaan sebagai sistem saling berkesinambungan dengan hasil panen ganda di
lahan yang sama. Sumber daya Hutan Pendidikan Gunung Walat (HPGW) yang
melimpah dan sektor peternakan yang mengalami peningkatan dari segi permintaan
menjadi potensi yang dapat dikembangkan. Penelitian ini bertujuan untuk
mengidentifikasi potensi silvopastural dan menganalisis kelayakan usaha
berdasarkan aspek ekonomi, sosial, dan ekologi. Metode yang digunakan, yaitu
Analisis Hierarki Proses (AHP), Analisis Finansial dengan kriteria Break Even
Point (BEP), Net Present Value (NPV), Benefit Cost Ratio (BCR), dan Internal
Rate of Return (IRR), serta Analisis Ekologi dengan kriteria kondisi lingkungan dan
senyawa berbahaya limbah ternak. Hasil dari penelitian ini didapatkan bahwa
potensi silvopastural berdasarkan perhitungan AHP, ialah usaha Sapi Brahman
manjadi pilihan pertama, Kambing Etawa pilihan kedua, Domba Garut pilihan
ketiga, dan Sapi Friesien Holstein pilihan keempat. Aspek finansial menunjukkan
bahwa usaha Sapi Brahman, Sapi Friesein Holstein, dan Kambing Etawa layak
untuk dijalankan serta usaha Domba Garut tidak layak untuk dijalankan. Aspek
sosial menunjukkan bahwa usaha silvopastural dapat membuka lapangan pekerjaan
dengan penyerapan tenaga kerja 5–10 orang dan menjadi sumber pendapatan
tambahan sebesar Rp3.064.218,08. Aspek ekologi menunjukkan bahwa Sapi
Brahman dan Sapi Friesein Holstein dapat beradaptasi terhadap kondisi ketinggian
tempat, suhu udara, dan curah hujan di Hutan Pendidikan Gunung Walat, akan
tetapi kelembaban udara di Hutan Pendidikan Gunung Walat relatif lebih tinggi
dibandingkan dengan kelembaban udara optimal pemeliharaan Sapi Brahman dan
Sapi Friesein Holstein. Kambing Etawa dan Domba Garut dapat beradaptasi
terhadap kondisi ketinggian tempat dan suhu udara di Hutan Pendidikan Gunung
Walat, akan tetapi curah hujan dan kelembaban udara di Hutan Pendidikan Gunung
Walat relatif lebih tinggi dibandingkan dengan curah hujan dan kelembaban udara
optimal pemeliharaan Kambing Etawa dan Domba Garut. Senyawa berbahaya yang
dihasilkan dari limbah ternak kegiatan silvopastural, yaitu ammonium, hydrogen
sulfida, CO2, dan CH4.
Silvopastural is a combination of tree and pet management as a mutually
sustainable system with double yields on the same land. The abundant resources of
the Mount Walat Educational Forest (HPGW) and the livestock sector that has
increased in terms of demand are potential that can be developed. This study aims
to identify silvopastural potential and analyze business feasibility based on
economic, social, and ecological aspects. The methods used are Process Hierarchy
Analysis (AHP), Financial Analysis with Break Even Point (BEP), Net Present
Value (NPV), Benefit Cost Ratio (BCR), and Internal Rate of Return (IRR) criteria,
as well as Ecological Analysis with criteria for environmental conditions and
hazardous compounds of livestock waste. The results of this study found that the
silvopastural potential based on AHP calculations, is the business of Brahman
Cattle as the first choice, Etawa Goats the second choice, Garut Sheep the third
choice, and Friesien Holstein Cattle the fourth choice. The financial aspect shows
that the Brahman Cattle, Friesein Holstein Cattle, and Etawa Goats businesses are
viable to run and the Garut Sheep business is not feasible to run. The social aspect
shows that silvopastural businesses can create jobs by absorbing 5-10 people and
become an additional source of income of IDR 3,064,218.08. The ecological aspect
shows that Brahman Cattle and Holstein Friesein Cattle can adapt to the conditions
of place altitude, air temperature, and rainfall in the Mount Walat Education Forest,
but the air humidity in the Mount Walat Education Forest is relatively higher than
the optimal air humidity of the maintenance of Brahman Cattle and Holstein
Friesein Cattle. Etawa Goats and Garut Sheep can adapt to the conditions of altitude
and air temperature in the Gunung Walat Education Forest, but the rainfall and air
humidity in the Gunung Walat Education Forest are relatively higher than the
optimal rainfall and air humidity for the maintenance of Etawa Goats and Garut
Sheep. Hazardous compounds produced from livestock waste silvopastural
activities, namely ammonium, hydrogen sulfide, CO2, and CH4.
id
IPB University
Analisis Potensi Pengembangan Silvopastural (Studi Kasus Hutan Pendidikan Gunung Walat di Kabupaten Sukabumi, Jawa Barat).
ANALYSIS OF SILVOPASTURE DEVELOPMENT POTENTIAL (Case Study of Mount Walat Educational Forest in Sukabumi Regency, West Java)
Undergraduate Thesis
Silvopatural
Aspek Finansial
Aspek Sosial
Aspek Ekologi
Silvopasture
Financial Aspects
Social Aspects
Ecological Aspects
oai:repository.ipb.ac.id:123456789/1131732022-08-04T02:16:15Zcom_123456789_7469com_123456789_25com_123456789_9col_123456789_107
Rusolono, Teddy
Kusumadewi, Dyah Bayu
2022-08-04T02:16:13Z
2022-08-04T02:16:13Z
2022
http://repository.ipb.ac.id/handle/123456789/113173
Perhutani dengan Jati Plus Perhutani (JPP) menjadi salah satu jenis yang diunggulkan karena cepat tumbuh dan sudah banyak ditanam. Penelitian ini bertujuan menyusun persamaan pertumbuhan peninggi tegakan dan indeks tempat tumbuh untuk tegakan JPP di KPH Pemalang dan KPH Balapulang. Adapun pengukuran diambil pada tegakan JPP berumur 1-20 tahun dengan total 200 plot contoh. Dalam praktiknya, plot contoh dibuat proporsional menurut kelas umur dan kondisi tempat tumbuh yang diambil dari setiap petak tegakan JPP. Indeks tempat tumbuh (ITT) diduga dari peninggi tegakan. Model pertumbuhan peninggi dianalisis menggunakan analisis regresi non-linier dengan tiga model, yaitu Schumacher (1939), Lohrey (1987), Chapman-Richards (Chapman 1961 dan Richard 1959). Model Lohrey menjadi model yang digunakan untuk model pertumbuhan peninggi sekaligus model penduga ITT. ITT tumbuh dibuat dalam 3 kelas, yaitu ITT I untuk kualitas tempat tumbuh baik, ITT II untuk kualitas tempat tumbuh sedang, dan ITT III untuk kualitas tempat tumbuh jelek.
Perhutani with Perhutani’s Teak Plus (JPP) is one type that is superior because it grows fast and has been widely planted. The purpose of this study is to compose the equation for the growth of dominan height and growth site index for JPP stands in KPH Pemalang and KPH Balapulang. The measurements were taken on JPP stands aged 1-20 years with a total of 200 sample plots. In practice, sample plots are made proportionally according to age class and site conditions from each JPP stand plot. The ITT is estimated from its dominan height. The growth model was analyzed using non-linear regression analysis using three models, namely Schumacher (1939), Lohrey (1987), Chapman-Richards (Chapman 1961 and Richard 1959). The Lohrey model is the model used for the growth model as well as the site index estimator model. The ITT is made in 3 classes, namely ITT I for good-growing quality, ITT II for moderate growing quality, and ITT III for bad-growing site quality.
id
IPB University
Identifikasi Indeks Tempat Tumbuh Tegakan Jati Plus Perhutani (JPP) di KPH Pemalang dan KPH Balapulang, Perhutani Divisi Regional Jawa Tengah
Site Index Identification Perhutani’s Teak Plus (JPP) Plantation at KPH Pemalang and KPH Balapulang, Regional Division Perhutani Central Java
Undergraduate Thesis
dominan height
estimator model
growth
Perhutani’s teak plus plantation
site index
oai:repository.ipb.ac.id:123456789/1145062022-09-15T14:37:20Zcom_123456789_7469com_123456789_25com_123456789_9col_123456789_107
Sundawati, Leti
Nurlia, Intan Wahda
2022-09-15T14:37:18Z
2022-09-15T14:37:18Z
2022
http://repository.ipb.ac.id/handle/123456789/114506
Berbagai tipe hutan memiliki potensinya masing-masing seperti halnya hutan mangrove yang berpotensi menjadi ekowisata guna memberikan manfaat ekonomi bagi masyarakat sekitar. Penelitian ini bertujuan menganalisis kontribusi Ekowisata Hutan Mangrove Petengoran terhadap pendapatan masyarakat, menganalisis persepsi pengunjung ekowisata serta mengidentifikasi tingkat kesejahteraan rumah tangga masyarakat pengelola ekowisata. Pengumpulan data dilakukan dengan wawancara terhadap 28 responden masyarakat yang menjadi pengelola ekowisata dan 30 pengunjung ekowisata serta studi pustaka. Hasil penelitian menunjukkan kontribusi ekowisata terhadap pendapatan total rata-rata rumah tangga masyarakat sebesar 32,04%, mayoritas pengunjung merasa puas dengan fasilitas, pengelolaan dan harga tiket masuk ekowisata dan kesejahteraan masyarakat pengelola berada pada tingkat cukup hidup layak.
Various types of forests have their own potential, such as mangrove forests which have the potential to become ecotourism in order to provide economic benefits for the surrounding community. Data were collected by interviews to 28 respondents which are ecotourism management communities and 30 visitors as well as literature study. The results showed that the contribution of ecotourism to the average total income of the community's household was 32.04%, and the majority of visitors were satisfied with the facilities, management, and ticket prices for ecotourism and the welfare of the managing community was at a decent level of living.
id
IPB University
Kontribusi Ekowisata Hutan Mangrove Petengoran terhadap Pendapatan Masyarakat Desa Gebang Kabupaten Pesawaran
The Contribution of Ecotourism of Petengoran Mangrove Forest to the Income of the Gebang Village Community
Undergraduate Thesis
Kontribusi
Kesejahteraan
Hutan Mangrove
Ekowisata
oai:repository.ipb.ac.id:123456789/1148922022-10-06T04:24:50Zcom_123456789_7469com_123456789_25com_123456789_9col_123456789_107
Bahruni
Maulida, Liviana
2022-10-06T04:24:47Z
2022-10-06T04:24:47Z
2022
http://repository.ipb.ac.id/handle/123456789/114892
Masyarakat Kalimantan Tengah telah terbiasa memanfaatkan beberapa
Hasil Hutan Bukan Kayu (HHBK) seperti tanaman obat, tanaman hias, buah buahan, getah, madu, dan bahan kerajinan anyaman. Masyarakat Desa Pasir
Panjang juga memanfaatkan beberapa HHBK dari hutan, namun hanya 0,3% dari
total penduduk yang memanfaatkan potensi yang ada terutama sebagai bahan
anyaman. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui nilai hasil hutan bahan
anyaman secara ekonomi dan sosial budaya, sehingga keberadaannya memiliki
manfaat bagi masyarakat. Metode yang digunakan untuk menilai ekonomi adalah
pendekatan Resource Rent (rente ekonomi sumber daya). Secara ekonomi, hasil
hutan bahan anyaman memiliki nilai Resource Rent sebesar Rp4.548.000/tahun
untuk Sendaas atau Pandan Duri (Pandanus tectorius) dan Rp5.456.000/tahun
untuk Resam (Dicranopteris linearis). Secara sosial budaya, Resam
(Dicranopteris linearis) yang digunakan sebagai bahan dasar pembuatan gelang
bruta dianggap sebagai simbol persaudaraan yang erat bagi masyarakat Dayak.
Adanya nilai ekonomi, sosial dan budaya dari hasil hutan bahan anyaman tersebut
dapat mendukung terpeliharanya keberadaan hutan di Kabupaten Kotawaringin
Barat, khususnya Desa Pasir Panjang.
The people of Central Kalimantan have become accustomed to takes
advantage some Non-Timber Forest Products (NTFPs) such as medicinal plants,
ornamental plants, fruits, sap, honey, and wicker materials. The people of Pasir
Panjang Village also use some NTFPs from the forest, but only 0.3% of the total
population takes advantage of the existing potential, especially NTFPs as wicker
materials. This study was conducted to determine the value of wicker NTFPs
economically and socio-culturally, so that their existence has benefits for the
village community. The method that used to assess the economy was the Resource
Rent approach. Economically, wicker NTFPs have a Resource Rent value of IDR
4,548,000 / year for Sendaas (Pandanus tectorius) and IDR 5,456,000 / year for
Resam (Dicranopteris linearis). Socio-culturally, Resam (Dicranopteris linearis)
which is used as the basic material for making bruta bracelets is considered a
symbol of close brotherhood for the Dayak community. The existence of
economic, social, and cultural values from the wicker NTFPs can support the
preservation of the existence of forests in West Kotawaringin Regency, especially
Pasir Panjang Village.
id
IPB University
Potensi Ekonomi Hasil Hutan Bahan Anyaman di Desa Pasir Panjang, Kecamatan Arut Selatan, Kabupaten Kotawaringin Barat
Economic Potential of Forest Product as Wicker Materials in Pasir Panjang Village, South Arut District, West Kotawaringin Regency
Undergraduate Thesis
Economic Value
NTFP
Resource Rent
Socio-Cultural Value
oai:repository.ipb.ac.id:123456789/1119702022-06-07T05:08:51Zcom_123456789_7469com_123456789_25com_123456789_9col_123456789_107
Yovi, Efi Yuliati
Lesmana, Desnu Ramadhan
2022-06-07T05:08:49Z
2022-06-07T05:08:49Z
2022
http://repository.ipb.ac.id/handle/123456789/111970
Kegiatan pengumpulan kopal di Indonesia dilakukan secara manual oleh para pekerja. Beban kerja yang ditanggung pekerja pada saat kegiatan pengumpulan kopal dapat menyebabkan risiko tinggi terjadinya musculoskeletal disorders (MSDs). Identifikasi postur kerja pada kegiatan ini dianalisis menggunakan analisis objektif Rapid Entire Body Assessment (REBA), Rapid Upper Limb Assessment (RULA) dan Range of Motion (ROM) serta analisis subjektif Quick Expossure Check (QEC) dan Standard Nordic Quetionnaire (SNQ). Kelimanya merupakan instrumen pendugaan risiko MSDs. Analisis objektif menunjukkan bahwa risiko paling tinggi pada kegiatan pengumpulan kopal adalah pada saat pekerja melakukan elemen kerja mengangkat getah. Analisis subjektif memberikan hasil bahwa keluhan paling banyak pada bagian tubuh pekerja dari yang paling terdampak, yaitu punggung, pergelangan tangan kanan dan pinggul. Komparasi dilakukan pada kedua analisis tersebut dan memberikan hasil korelasi yang valid. Penyebab utama dari risiko yang tinggi pada kegiatan pengumpulan kopal karena faktor postur tubuh yang janggal, bobot beban berlebih dan fasilitas alat yang kurang memadai.
In Indonesia, employees collect copal manually. The workload that workers face during copal collection tasks can put them at an increased risk of developing musculoskeletal diseases (MSDs). The identification of working postures in these activities is analyzed objectively through the use of the Rapid Entire Body Assessment (REBA), the Rapid Upper Limb Assessment (RULA), and Range of Motion (ROM), as well as subjectively through the use of the Quick Exposure Check (QEC) and the Standard Nordic Questionnaire (SNQ). Each of these five instruments is used to calculate the probability of developing MSDs. According to objective analysis, the greatest risk associated with copal collection activities occurs when workers undertake labor aspects such as lifting kopal, which carries a very high risk of MSDs. Subjective research reveals that the most frequently reported problems are to the back, right wrist, and hip. The comparison of the two analyses yields valid correlation results. The primary reasons for the increased risk in the collection of copal activities are awkward posture elements, excessive load weight, and inadequate tool facilities.
id
IPB University
Identifikasi Postur Kerja dan Risiko Musculoskeletal disorders (MSDs) pada Kegiatan Pengumpulan Kopal di Hutan Pendidikan Gunung Walat
Identification of Work Posture and Musculoskeletal disorders (MSDs) Risk on Kopal Collecting Activities in Gunung Walat Educational Forest
Undergraduate Thesis
kopal
MSDs
postur kerja
Range of Motion
risiko
oai:repository.ipb.ac.id:123456789/1134002022-08-10T07:01:13Zcom_123456789_7469com_123456789_25com_123456789_9col_123456789_107
Puspaningsih, Nining
Ahmad, Hamzah Nur
2022-08-10T07:01:11Z
2022-08-10T07:01:11Z
2022
http://repository.ipb.ac.id/handle/123456789/113400
Penelitian ini mengkaji dampak perubahan tutupan lahan hutan terhadap limpasan permukaan di subDAS Cianten menggunakan metode Soil Conservation Service - Curve Number. Penelitian ini menemukan bahwa pada tahun 2012-2020 terjadi perubahan tutupan lahan. Ditemukan sebelas jenis tutupan lahan yaitu danau, hutan lahan kering primer, hutan lahan kering sekunder, hutan tanaman, pemukiman, perkebunan, pertanian lahan kering, pertanian lahan kering campur, sawah, semak/belukar dan tanah terbuka. Tutupan lahan yang luasannya tidak berubah adalah danau, hutan lahan kering primer, perkebunan dan tanah terbuka. Tutupan lahan yang luasannya menurun adalah hutan tanaman, pertanian lahan kering, sawah dan semak/belukar. Tutupan lahan yang luasannya fluktuatif adalah hutan lahan kering sekunder dan pertanian lahan kering campur. Tutupan lahan yang luasannya meningkat adalah pemukiman. Perubahan tutupan lahan menyebabkan jumlah limpasan permukaan (Q) berubah. Nilai Q meningkat pada tahun 2016 dan menurun pada tahun 2020. Peningkatan nilai Q disebabkan oleh peningkatan luas pemukiman dari pertanian lahan kering dan sawah sedangkan penurunan nilai Q disebabkan oleh peningkatan luas hutan lahan kering sekunder dari hutan tanaman. Kata kunci: Curve Number, limpasan permukaan, Soil Conservation Sercvice Curve Number, tutupan lahan, ABSTRACT HAMZAH NUR AHMAD. Impact of forest land cover changes on surface run-off in the Cianten subbasin Cisadane Watershed. Supervised by NINING PUSPANINGSIH. This study examines the impact of forest land cover changes on surface runoff in the Cianten subbasin using the Soil Conservation Service – Curve Number method. This study found that land cover in 2012-2020 were changed. Eleven types of land cover were found, namely lakes, primary dry land forest, secondary dry land forest, plantation forest, settlements, plantations, dry land agriculture, mixed dry land agriculture, rice fields, shrubs and open land. Area of land cover that didn’t change were lakes, primary dryland forest, plantations and open land. Area of land cover that decreased were plantation forests, dry land agriculture, rice fields and shrubs. Area of land cover that fluctuated were secondary dryland forest and mixed dryland agriculture. Area of land cover that increased was settlements. The amount of surface runoff (Q) changed due to land cover changes. In 2016, Q value was increased while in 2020 Q value was decreased. Increased Q value due to increase of settlement area from dry land agriculture and rice fields. While the decrease Q value was caused by increased area of secondary dryland forest from plantation forest. Keywords: Curve number, land cover, Soil Conservation Service Curve Number surface run-off
id
IPB University
Dampak Perubahan Tutupan Lahan Hutan Terhadap Limpasan Permukaan di SubDAS Cianten DAS Cisadane
Undergraduate Thesis
Curve Number
Surface Runoff
Land Cover
Cianten
Soil Conservation Service
oai:repository.ipb.ac.id:123456789/1125362022-07-16T00:30:10Zcom_123456789_7469com_123456789_25com_123456789_9col_123456789_107
Santosa, Gunawan
Lestari, Firda Milriani
2022-07-16T00:30:08Z
2022-07-16T00:30:08Z
2022-07-15
http://repository.ipb.ac.id/handle/123456789/112536
Pemetikan daun kayu putih adalah salah satu kegiatan pemanfaatan hasil
hutan bukan kayu (HHBK). Kayu putih sebagai salah satu jenis hasil hutan bukan
kayu (HHBK) yang dapat memberikan peningkatan ekonomi wilayah maupun
nasional. Tujuan penelitian ini adalah menganalisis kontribusi penghasilan
pemetikan kayu putih terhadap penghasilan total rumah tangga pemetik dan
mengukur tingkat kesejahteraan pemetik kayu putih. Tingkat kesejahteraan
dianalisis berdasarkan kriteria penghasilan menurut Bank Dunia dan UMK
Kuningan, sedangkan tingkat kesejahteraan menurut Sajogyo berdasarkan tingkat
pengeluaran per kapita per harga setara beras. Kontribusi kayu putih terhadap
penghasilan total rumah tangga sebesar 85,43 %, sedangkan kontribusi non kayu
putih sebesar 14,56 %. Menurut kriteria kesejahteraan Bank Dunia dan UMK
Kuningan sebesar 100% pemetik kayu putih berada diatas garis kemiskinan,
sedangkan berdasarkan kriteria kesejahteraan menurut Sajogyo sebesar 76,67%
pemetik termasuk kategori cukup dan sebesar 23,33 % pemetik termasuk kategori
hidup layak.
Harvesting cajuput leaves is one of the non-timber forest product (NTFP)
utilization activities. Cajuput is one of non-timber forest product that can increase
regional or national economy. The purpose of this study was to analyze the income
contribution form cajuput toward the pickers household income and quantify the
level of pickers prosperity. The level of prosperity analysed based on income
criteria to World Bank and UMK Kuningan, the level of prosperity according to
Sajogyo based on the level expenditure per capita per rice equivalent price. Cajuput
contribution toward the household total income of about 85,443 percent, whereas
non cajuput contribution is about 14,557 percent. According to the prosperity
criteria of the World Bank and UMK Kuningan about 100 percent of cajuput pickers
is on above the proverty line, whereas according to Sajogyo the prosperity of about
76,67 percent cajuput pickers is on sufficiently categories and about 23,3 percent
cajuput pickers is on decent living.
id
IPB University
Kontribusi Pengelolaan Kayu Putih Terhadap Penghasilan Rumah Tangga Pemetik Daun di BKPH Ciledug, KPH Kuningan
Undergraduate Thesis
Household Income
Income Contribution
Prosperity
oai:repository.ipb.ac.id:123456789/1139792022-08-24T06:10:00Zcom_123456789_7469com_123456789_25com_123456789_9col_123456789_107
Tiryana, Tatang
Al-Khansu, Muhammad Husain
2022-08-24T06:09:57Z
2022-08-24T06:09:57Z
2022
http://repository.ipb.ac.id/handle/123456789/113979
Metode tree sampling belum pernah digunakan untuk menduga biomassa tegakan hutan rakyat, sehingga jumlah pohon contoh yang efisien untuk metode tree sampling belum diketahui. Penelitian ini bertujuan untuk menentukan jumlah pohon contoh yang efisien untuk menduga biomassa tegakan, cadangan karbon, dan serapan CO2 pada hutan rakyat Kostajasa. Penelitian ini mengukur 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9, 10, 11, dan 12 pohon contoh yang paling dekat dengan pusat plot contoh dari 81 unit contoh yang tersebar di lapangan dengan metode stratified sampling. Data yang diambil pada setiap unit contoh adalah jenis pohon, diameter pohon, tinggi pohon, dan jarak pohon terjauh. Hasil penelitian menunjukkan bahwa 12 pohon contoh dapat digunakan untuk menduga biomassa tegakan, menghasilkan rata-rata biomassa sebesar 83,41 ton/ha atau total biomassa 27632,88 ton dengan sampling error 14,08%. Nilai tersebut setara dengan cadangan karbon sebesar 39,20 ton/ha dengan total 12987,45 ton atau serapan CO2 sebesar 143,87 ton/ha dengan total 47663,95 ton.
The tree sampling method has never been used to estimate stand biomass of community forests, so that an efficient number of sample tree for the tree sampling method is not known yet. The study aimed to determine an efficient number of sample tree for estimating the stand biomass, carbon stock, and CO2 sequestration of the Kostajasa’s community forests. This study measured 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9, 10, 11, and 12 sample trees closest to the center of 81 sample units, which were established in the field using a stratified sampling method. The data collected in each sample unit were tree species, tree diameter, tree height, and distance to the farthest tree. The results showed that 12 sample trees could be used to estimate the stand biomass, resulting a mean biomass of 83,41 ton/ha or a total biomass of 27632,88 tons with a sampling error of 14,08%. These values equal to the carbon stock of 39,20 ton/ha or 12987,45 tons in total or the CO2 sequestration of 143,87 ton/ha or 47663,95 tons in total.
id
IPB University
Pendugaan Biomassa Tegakan Hutan Rakyat Di Koperasi Taman Wijaya Rasa (Kostajasa) Kabupaten Kebumen Menggunakan Tree Sampling
Estimating the Stand Biomass of Community Forest at the Taman Wijaya Rasa Cooperative (Kostajasa) Kebumen District Using the Tree Sampling
Undergraduate Thesis
biomass
community forest
tree sampling
oai:repository.ipb.ac.id:123456789/1121552022-06-24T01:42:13Zcom_123456789_7469com_123456789_25com_123456789_9col_123456789_107
Jaya, I Nengah Surati
Prihanto, Budi
Abubakar, Zahra Fadhilah
2022-06-24T01:42:11Z
2022-06-24T01:42:11Z
2022
http://repository.ipb.ac.id/handle/123456789/112155
Penelitian ini mengkaji pendugaan biomassa hutan lahan kering menggunakan teknologi penginderaan jarak jauh radar. Pendugaan biomassa menggunakan citra SAR Sentinel-1 dengan polarisasi VH dan VV. Penelitian ini menemukan bahwa model penduga terbaiknya adalah B (biomassa) = 132,4 e37,96 RLee_VH*VV dengan nilai koefisien determinasi sebesar 49,1% dan nilai simpangan baku sebesar 0,24. Secara spasial, penelitian ini memperlihatkan bahwa sediaan biomasa tegakan di areal kerja PT Trisetia Intiga yang didominasi oleh hutan lahan kering sekunder mempunyai biomasa dengan kisaran antara 132 ton/ha dan 200 ton/ha.
The presence of radar image technology with medium spatial resolution has become a reliable source of data that could be utilized for the forestry and environmental sectors. This study develops the estimation model of dryland forest biomass using radar remote sensing technology. The biomass estimation model was developed using Sentinel-1 SAR imagery with VH and VV polarizations. This study found that the best estimator model is B (biomass) = 132,4 e37,96 RLee_VH*VV with a coefficient of determination of 49,1% and a standard deviation of 0,24. This study shows that the standing biomass stock in the PT Trisetia Intiga concession area, which is dominated by secondary dryland forest, has average of biomass stock between 132 tons/ha and 200 tons/ha.
id
IPB University
Pembangunan Model Penduga Biomassa Hutan Berbasis Citra SAR Sentinel-1: Studi Kasus di Areal Kerja PT Trisetia Intiga, Kalimantan Tengah
Development of Forest Biomass Estimation Model Based on Sentinel-1 SAR Imagery: A Case Study in the Work Area of PT Trisetia Intiga, Central Kalimantan
Undergraduate Thesis
Biomass
Estimation model
Radar
Remote Sensing
Sentinel-1
oai:repository.ipb.ac.id:123456789/1125332022-07-16T00:26:44Zcom_123456789_7469com_123456789_25com_123456789_9col_123456789_107
Budiaman, Ahmad
Bangun, Natalia Permata Sari Br
2022-07-16T00:26:42Z
2022-07-16T00:26:42Z
2022-07-15
http://repository.ipb.ac.id/handle/123456789/112533
Pemanenan hutan adalah serangkaian tahapan kegiatan yang
dilaksanakan untuk mengubah pohon dan memindahkannya ke tempat
pengolahan. Hutan skala kecil merupakan hutan dengan luas areal lebih
kurang 100 hektar dan dapat mencapai luasan maksikum 1000 hektar. Tujuan
penelitian ini ialah untuk menghimpun, mengidentifikasi, dan memberikan
informasi gambaran serta informasi hasil-hasil penelitian mengenai sistem
pemanenan hutan skala kecil. Penelitian menggunakan metode Systematic
Review. Jumlah artikel ilmiah yang digunakan sebanyak 33 artikel. Sistem
pemanenan hutan skala kecil di hutan alam Asia dan Afrika berpotensi dapat
diterapkan pada pengelolaan Hutan Rakyat di Indonesia.
Forest harvesting is step of activity to change the trees and then transfer
them to a processing site. Small-scale forests are forests that have
approximately 100 hectares and reach a maximum area of 1000 hectares.
This research aims to collect, identify, and provide descriptive information
as well as the results from various research regarding small-scale forest
harvesting systems. The study used the Systematic Review. The number of
the article used was 33 articles. It is concluded that small-scale forest
harvesting systems in Asian natural forests and Africa are recommended
community-based forest management in Indonesia.
id
IPB University
Review: Pemanenan Hutan Skala Kecil
Undergraduate Thesis
forest harvesting
small-scale forest
harvesting system
oai:repository.ipb.ac.id:123456789/1133882022-08-10T04:34:48Zcom_123456789_7469com_123456789_25com_123456789_9col_123456789_107
Suwarna, Ujang
Jinan, Ariana Amany
2022-08-10T04:34:45Z
2022-08-10T04:34:45Z
2022
http://repository.ipb.ac.id/handle/123456789/113388
Ekosistem hutan berperan penting dalam siklus karbon dunia, khususnya hutan tropis karena memiliki potensi terbesar dalam mitigasi CO2 dengan karbon yang tersimpan dalam biomassa hidup, tanah hutan, hingga kayu mati. Indonesia sangat berpotensi menjadi negara dengan penyerap emisi karbon karena mempunyai hutan tropis yang luas. Tujuan penelitian ini, yakni mengetahui dugaan biomassa dan stok karbon pada berbagai kelas umur tegakan Tectona grandis serta potensinya dalam menyerap karbondioksida (CO2) serta memproduksi oksigen (O2). Metode yang digunakan dalam pengambilan data, yakni menggunakan Stratified Sampling dengan plot persegi berukuran 25 m x 25 m sebanyak 55 plot. Kandungan biomassa diduga menggunakan persamaan alometrik. Hasil penelitian menunjukan simpanan biomassa 44.456,8 ton, stok karbon 22.228,4 ton, serapan CO2 163.156,6 ton, dan produksi O2 59.275,8 ton.
Forest ecosystems play an important role in the world's carbon cycle, especially tropical forests because they have the greatest potential for CO2 mitigation with carbon stored in living biomass, forest soil, and dead wood. Indonesia has the potential to become a country that absorbs carbon emissions because it has extensive tropical forests. This study aims to determine the estimation of biomass and carbon stock in various age classes of stands of Tectona grandis and their potential to absorb carbon dioxide (CO2) and produce oxygen (O2). The data collection is using stratified sampling with 55 square plots (25 x 25 m). The biomass content was estimated using the allometric equation. The results showed that the biomass content of the stands was simpanan biomassa 44.456,8 ton , stok karbon 22.228,4 ton, produksi O2 59.275,8 ton, dan serapan CO2 163.156,6 ton, the carbon stock of the stands was 22.228,4 ton, the CO2 absorption potential of the stands was 163.156,6 ton, and the O2 production potential of the stands was 59.275,8 ton.
id
IPB University
Pendugaan Biomassa, Stok Karbon, dan Serapan CO2 pada Berbagai Kelas Umur Tegakan Jati di RPH Cipeundeuy, KPH Bandung Utara
Estimation of Biomass, Carbon Stock, and CO2 Uptake in Various Age Classes of Teak Stands in RPH Cipeundeuy, KPH North Bandung
Undergraduate Thesis
biomass
carbon
oxygen
Tectona grandis
carbon dioxide
oai:repository.ipb.ac.id:123456789/1138932022-08-22T08:43:26Zcom_123456789_7469com_123456789_25com_123456789_9col_123456789_107
Rusolono, Teddy
Qurrotu'Ain, Hanifah
2022-08-22T08:43:23Z
2022-08-22T08:43:23Z
2022
http://repository.ipb.ac.id/handle/123456789/113893
Jati Plus Perhutani (JPP) is a superior variety of teak that has been widely planted and spread in the Perum Perhutani area. The superior type of JPP is expected to replace the conventional teak, which has a very long rotation. This research aims to develop the yield models, and the yield table of JPP stands according to the quality class in which it was grown. The yield model was built based on sample plots that were spreadly ditributed, representing all growing conditions in KPH Balapulang and KPH Pemalang Perum Perhutani Regional Division of Central Java. Selection of the best yield model using non linear regression analysis. The best yield model for estimating growth in diameter, total height, over height, basal area, volume and stand biomass is the Vanclay model. This stand yield model is useful for determining the rotation and yield regulation and as a consideration in silvicultural actions so that the production of Perhutani’s Teak Plus wood can be optimal.
Jati Plus Perhutani (JPP) merupakan varietas jati unggul yang sudah ditanam secara luas dan tersebar di wilayah Perum Perhutani. Jenis unggulan JPP diharapkan menggantikan jati konvensional yang memiliki daur sangat panjang. Penelitian ini bertujuan menyusun model hasil dan tabel hasil tegakan JPP sesuai dengan kelas kualitas tempat tumbuhnya. Model hasil dibangun pada plot contoh yang tersebar dan mewakili kondisi tempat tumbuh di KPH Balapulang dan KPH Pemalang Perum Perhutani Divisi Regional Jawa Tengah. Pemilihan model hasil terbaik menggunakan analisis regresi non linear. Model hasil terbaik dalam menduga pertumbuhan diameter, tinggi, peninggi, luas bidang dasar, volume dan biomassa tegakan adalah model Vanclay. Model hasil tegakan ini bermanfaat untuk penetapan daur dan pengaturan hasil serta sebagai pertimbangan dalam tindakan silvikultur agar produksi kayu Jati Plus Perhutani dapat optimal.
id
IPB University
Model Hasil Tegakan Jati Plus Perhutani di KPH Balapulang dan KPH Pemalang Divisi Regional Jawa Tengah
Yield Models of Perhutani’s Teak Plus Plantation in KPH Balapulang and KPH Pemalang Regional Division of Central Java.
Undergraduate Thesis
Perhutani’s Teak Plus
rotation
stand yield model
stand yield tabel
oai:repository.ipb.ac.id:123456789/1141882022-08-29T13:04:02Zcom_123456789_7469com_123456789_25com_123456789_9col_123456789_107
Nurrochmat, Dodik Ridho
Syalsyabila, Shyfa
2022-08-29T13:04:00Z
2022-08-29T13:04:00Z
2022
http://repository.ipb.ac.id/handle/123456789/114188
Sentul Eco Edu Tourism Forest (SEETF) adalah kawasan ekowisata di hutan
lindung yang difokuskan untuk keperluan ekonomi, pendidikan, dan pariwisata.
Lokasi ekowisata SEETF berada di dalam wilayah kerja Perum Perhutani KPH
Bogor dan merupakan hasil Kerjasama antara Pemerintah Republik Indonesia
dengan Pemerintah Korea Selatan (Korea-Indonesia Forest Center - KIFC). Tujuan
penelitian ini adalah untuk mengidentifikasi potensi usaha yang ada di objek
ekowisata SEETF dan melakukan analisis investasi yang ditinjau dari aspek
finansial agar dapat menilai kelayakan usaha ekowisata SEETF menggunakan
metode Discounted Cash Flow dengan kriteria Net Present Value (NPV), Benefit
Cost Ratio (BCR), dan Internal Rate of Return (IRR). Analisis finansial
menunjukkan bahwa investasi ekowisata SEETF tidak layak untuk dijalankan.
Analisis potensi usaha forest healing menunjukkan bahwa ekowisata SEETF
memiliki kinerja finansial yang lebih baik dengan pengenaan tarif tiket yang
optimal untuk forest healing. Selain itu berdasarkan wawancara, sebanyak 76,7%
responden menyatakan ingin kembali mengunjungi SEETF apabila fasilitas
tersebut dibangun
Sentul Eco Edu Tourism Forest (SEETF) is a protected forest area focused on
economic, educational, and tourism. It results from cooperation between the
Government of the Republic of Indonesia and South Korea (Korea-Indonesia Forest
Center-KIFC). The location of SEETF ecotourism is within the working area of
Perum Perhutani KPH Bogor. This study aims to identify the potential of the
existing business in the SEETF and make a feasibility study using financial analysis
by employing a discounted cash flow based on the criteria of Net Present Value
(NPV), Benefit-Cost Ratio (BCR), and Internal Rate of Return (IRR). Financial
analysis shows that SEETF’s ecotourism investment is not feasible. The financial
analysis of “forest healing” shows that SEETF’s financial performance could be
better while applying an optimal ticket rate. It is also important to note that 76,7%
of respondents will revisit SEETF for forest healing
id
IPB University
Analisis Investasi Pengembangan Ekowisata Sentul Eco Edu Tourism Forest Perum Perhutani KPH Bogor
Investment Analysis Study of Ecotourism Development in Sentul Eco Edu Tourism Forest (SEETF) Perum Perhutani KPH Bogor
Undergraduate Thesis
feasibility study
financial analysis
investment
forest healing
SEETF
oai:repository.ipb.ac.id:123456789/1119622022-06-06T23:58:44Zcom_123456789_7469com_123456789_25com_123456789_9col_123456789_107
Yovi, Efi Yuliati
Sadewa, Novandi Aldi
2022-06-06T23:58:42Z
2022-06-06T23:58:42Z
2022
http://repository.ipb.ac.id/handle/123456789/111962
Pengumpulan kopal merupakan salah satu kegiatan pemanfaatan hasil hutan bukan kayu (HHBK) yang berisiko menimbulkan gangguan keselamatan dan kesehatan kerja (K3). Kegiatan pengumpulan kopal mencakup berbagai kegiatan manual material handling (MMH) yang dapat menimbulkan musculoskeletal disorders (MSDs). Keluhan rasa sakit pada bagian tubuh pekerja dari yang paling terdampak, yaitu punggung, pergelangan tangan kanan, pinggul, bahu kanan, bahu kiri, dan pergelangan tangan kiri. Postur tubuh pekerja dianalisis dengan Range of Motion (ROM), kemudian dilanjutkan dengan analisis biomekanik menggunakan software 3 Dimension Static Strength Prediction Progam (3DSSPP). Analisis biomekanik menyajikan hasil compression force dan shear force pada lumbar ke-5 sacrum ke-1 (L5/S1), strength percent capable, dan standing balance. Postur kerja yang memiliki compression force >3400 N yaitu postur jongkok dan berdiri membungkuk pada elemen kerja mengangkat getah. Hasil Recommended Weight Limit (RWL) diperoleh sebesar 7,72 kg dan Lifting Index (LI) sebesar 2,59, yang artinya termasuk pekerjaan berisiko sedang.
Copal colleting is one of the non-timber forest product (NTFP) utilization activities that has the risk of causing occupational safety and health (OSH) disturbances. Collecting copal include various manual material handling (MMH) activities that can cause musculoskeletal disorders (MSDs). Pain complaints against the body parts of the worker from the most affected such as the back, right wrist, hip, right shoulder, left shoulder, and left wrist. The body posture is analyzed with Range of Motion (ROM), then followed by biomechanical analysis with 3 Dimension Static Strength Prediction Progam (3DSSPP) software. The biomechanical analysis presents the results in compression force and shear force at 5th lumbar, 1st sacrum (L5/S1), strength percent capable, and standing balance. The working posture that has the highest compression force >3400 N is the squatting dan standing bent posture on the work element lifting latex. The Recommended Weight Limit (RWL) obtained 7.72 kg and the Lifting Index (LI) is 2.59, which means it is classified as a medium-risk job.
id
IPB University
Penilaian Risiko Musculoskeletal Disorders dan Rekomendasi Beban Kerja dengan Pendekatan Biomekanik pada Pengumpulan Kopal di Hutan Pendidikan Gunung Walat
Risk Assessment Musculoskeletal Disorders and Workload Recommendations with Biomechanical Approach of Copal Collection in Gunung Walat Educational Forest
Undergraduate Thesis
biomekanik
L5/S1
MSDs
pengumpulan
RWL/LI
oai:repository.ipb.ac.id:123456789/1139712022-08-24T05:13:40Zcom_123456789_7469com_123456789_25com_123456789_9col_123456789_107
Tiryana, Tatang
Husna, Alifah Mar'atul
2022-08-24T05:13:38Z
2022-08-24T05:13:38Z
2022
http://repository.ipb.ac.id/handle/123456789/113971
Metode inventarisasi hutan yang efisien diperlukan untuk mendukung pengelolaan hutan rakyat. Namun, masih sedikit penelitian tentang ukuran plot contoh lingkaran yang sesuai untuk memperkirakan volume tegakan hutan rakyat. Penelitian ini bertujuan menentukan ukuran plot contoh lingkaran yang optimal untuk menduga volume tegakan hutan rakyat Kostajasa. Pendugaan volume tegakan dilakukan dengan menggunakan 81 plot contoh dengan lima ukuran yaitu 0,01 ha, 0,02 ha, 0,03 ha, 0,04 ha, dan 0,05 ha yang ditempatkan di lapangan dengan menggunakan metode pengambilan contoh acak sederhana. Data yang diukur pada setiap plot contoh adalah jenis pohon, diameter setinggi dada, dan tinggi pohon. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ukuran plot yang paling optimal untuk menduga volume tegakan di hutan rakyat adalah 0,05 ha dengan sampling error 9,24%.
An efficient forest inventory method is required to support community forest management. However, there is still few studies on the appropriate size of a circular sample plot for estimating stand volume of community forests. This study aimed to determine an optimal size of the circular sample plot for estimating the stand volume of Kostajasa’s community forests. The stand volume estimation was carried out using 81 sample plots with five sizes, namely 0,01 ha, 0,02 ha, 0,03 ha, 0,04 ha, and 0,05 ha, which were established in the field using the simple random sampling method. The data measured in each sample plot were tree species, diameter at breast height, and tree height. This study showed that the most optimal plot size for estimating stand volume in community forests is 0,05 ha with a sampling error of 9,24%.
id
IPB University
Pendugaan Volume Tegakan Hutan Rakyat di Koperasi Taman Wijaya Rasa (Kostajasa) Kabupaten Kebumen Menggunakan Plot Sampling
Estimating Stand Volume of the Community Forests at the Taman Wijaya Rasa Cooperative (Kostajasa) Kebumen Regency Using Plot Sampling
Undergraduate Thesis
community forest
sample plot
volume
oai:repository.ipb.ac.id:123456789/1141992022-08-30T05:58:12Zcom_123456789_7469com_123456789_25com_123456789_9col_123456789_107
Hendrayanto
Puspadiani, Ginastri
2022-08-30T05:58:08Z
2022-08-30T05:58:08Z
2022
http://repository.ipb.ac.id/handle/123456789/114199
Informasi laju dan kapasitas infiltrasi suatu tanah dengan berbagai jenis penggunaanya penting untuk diketahui sebagai informasi dasar bagi pengelolaan sumberdaya air. Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan informasi laju dan kapasitas infiltrasi tanah pada kebun sawit, kebun karet dan semak di Kampus IPB Dramaga dan menganalisis model pendugaan infiltrasi terbaik. Laju dan kapasitas infiltrasi diketahui melalui pengukuran penggunaan ring infiltrasi ganda dan menggunakan model infiltrasi Horton dan Kostiakov. Pemilihan model terbaik antara Model Horton dengan Kostiakov menggunakan kriteria uji-t, root mean square error (RMSE) dan mean absolute error (MAE). Hasil pengukuran infiltrasi menunjukkan lahan semak memiliki kapasitas infiltrasi tertinggi (21.62 cm/jam), sedangkan kapasitas infiltrasi di tanah kebun karet dan kebut sawit masing-masing sebesar 5.15 cm/jam dan 3.25 cm/jam. Model Horton dan Model Kostiakov baik digunakan dalam pendugaan laju infiltrasi. Model Kostiakov memberikan hasil dugaan laju infiltrasi tanah dengan penggunaan lahan sebagai kebun sawit, kebun karet dan semak di Kampus IPB Dramaga yang lebih baik daripada Model Horton.
Information on soil infiltration rate capacity with different land uses is essential to knowing basic water resource management information. This study aims to obtain information on soil infiltration rate and capacity with land uses such as oil palm and rubber plantations and shrubs in IPB University, Dramaga Campus, and to analyze the best infiltration estimation, model. Infiltration rate and capacity were measured by using double rings infiltrometer and the Horton and Kostiakov infiltration models. The performance of the infiltration models was based on the result of the t-test, residual mean square error (RMSE), and mean absolute error (MAE). The infiltration measurements show the soil infiltration rate in shrub land use was higher than in rubber plantation and oil palm plantation land uses, with the infiltration capacity of 21.62 cm/hr, 5.15 cm/hr, and 3.25 cm/hr, respectively. Horton dan Kostiakov models are both good for estimating infiltration rate; however, the Kostiakov model estimate infiltration rate better than Horton Model.
id
IPB University
Infiltrasi Tanah dengan Berbagai Penggunaan Lahan di Kampus IPB Dramaga, Kabupaten Bogor, Jawa Barat
Infiltration Rate of Soil with Different Land Uses at IPB University, Bogor Regency, West Java
Undergraduate Thesis
Infiltration
Oil palm plantations
Rubber plantations
Shrubs
oai:repository.ipb.ac.id:123456789/1136342022-08-15T13:13:53Zcom_123456789_7469com_123456789_25com_123456789_9col_123456789_107
Matangaran, Juang Rata
Lubis, Ghina Putri Nabilah
2022-08-15T13:13:50Z
2022-08-15T13:13:50Z
2022-08-15
http://repository.ipb.ac.id/handle/123456789/113634
Pemanfaatan kayu di Indonesia sampai saat ini belum efisien sehingga hanya sebagian pohon yang digunakan. Hal tersebut disebabkan oleh jumlah kayu yang dikeluarkan dari hutan umumnya masih banyak yang termasuk berupa residu atau limbah pemanenan. Penelitian ini dilaksanakan di KPH Kedu Selatan dengan jenis tanaman yang ditebang adalah pinus. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis volume limbah kayu penebangan dan angka faktor eksploitasi dalam kegiatan pemanenan kayu. Penelitian dilakukan dengan menggunakan Metode Pohon Penuh (Whole Tree Method). Limbah dalam penelitian ini berupa tunggak, batang bebas cabang, batang atas, dan cabang dan ranting dengan diameter maksimal 5 cm. Hasil penelitian menunjukkan limbah pemanenan dari 67 pohon contoh yang ditebang dengan bekas sadapan pinus dimanfaatkan yaitu seluruhnya terjadi di petak tebang terdiri atas limbah tunggak 69%, batang bebas cabang 4%, batang atas 23% serta cabang dan ranting 4%. Limbah pemanenan kayu tanpa memanfaatkan bekas sadapan pinus terdiri atas limbah tunggak 14%, batang bebas cabang 81%, batang atas 4%, dahan 1%. Angka faktor eksploitasi berdasarkan pendekatan persen limbah dan pendekatan It, Is, Ia dengan bekas sadapan pinus dimanfaatkan sebesar 0,94. Faktor eksploitasi dengan bekas sadapan getah pinus tidak dimanfaatkan, berdasarkan pendekatan persen limbah dan pendekatan It, Is, Ia sebesar 0,67 dan 0,68. Kata kunci: faktor eksploitasi, KPH Kedu Selatan, limbah pemanenan kayu, pinus
The utilization of wood in Indonesia has not been effective so only some trees are used. This is because most of woods taken out from the forest are in the form of harvesting waste. This study was conducted at KPH South Kedu focusing on pine trees that have been cut down. This study aims to analyse the volume of logging residue and the number of exploitation factors in wood harvesting activities. A research was carried out using the Whole Tree Method. The logging residue was defined on stumps, main stems, upper stems and branches and twigs with diameter minimum 5 cm. The results of the study showed that harvesting waste from the 67 sample trees from the cutting plots with pine leads was used consisting of 69% stump waste, 4% branch-free stems, 23% scion, and 4% branches and twigs. Wood harvesting waste without utilizing pine leads consisting of of 14% stump waste, 81% main stems, 4% upper stems, and 1% branches and twigs. The exploitation factor figures based on the percent waste approach and the It, Is, Ia with pine leads was used approaches are 0,94 respectively. The exploitation factor figures based on the percent waste approach and the It, Is, Ia without utilizing pine leads approaches are 0,67 and 0,68.
id
IPB University
Limbah Pemanenan Kayu Pinus dan Faktor Eksploitasi di KPH Kedu Selatan Perum Perhutani Divisi Regional Jawa Tengah
Harvesting Waste of Pine Wood and Exploitation Factors in KPH Kedu Selatan Perum Perhutani Regional Division of Central Java
Undergraduate Thesis
exploitation factor
KPH Kedu Selatan
logging residue
pine
oai:repository.ipb.ac.id:123456789/1148912022-10-06T04:21:59Zcom_123456789_7469com_123456789_25com_123456789_9col_123456789_107
Bahruni
Tampubolon, Gian Permadi Putra
2022-10-06T04:21:56Z
2022-10-06T04:21:56Z
2022
http://repository.ipb.ac.id/handle/123456789/114891
Areal penggunaan lain (APL) adalah kawasan yang diperuntukkan untuk kegiatan ekonomi. Kabupaten Ketapang masih memiliki wilayah berhutan. APL Berhutan di Kabupaten Ketapang memiliki potensi besar untuk dikonversi demi kepentingan ekonomi masyarakat Kabupaten Ketapang. Pengelolaan APL berhutan harus memperhatikan faktor lingkungan sebagai salah satu syarat pembangunan berkelanjutan. Salah satu peranan hutan dalam menjaga ekosistem adalah dalam mengendalikan erosi. Metode Universal Soil Loss Equation (USLE) digunakan untuk menduga nilai erosi sebagai upaya menilai peranan hutan dalam pengendalian erosi. Hasil erosi kemudian diperkirakan sedimentasi potensialnya menggunakan pendekatan sediment delivery ratio (SDR). Valuasi nilai moneter hutan dalam mengendalikan erosi kemudian dihitung dengan pendekatan biaya penghindaran (avoided cost) menggunakan proxy biaya pengerukan sedimentasi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa hutan di APL berperan besar dalam mengendalikan erosi. Nilai pengendalian erosi hutan APL di Desa Pangkalan Suka berkisar Rp 324.653/ha/tahun, di Desa Sinar Kuri Rp 13,02 juta/ha/tahun, dan di Desa Riam Bunut Rp 22,91 juta/ha/tahun.
Other use areas (APL) are areas designated for economic activities. Ketapang Regency still has forested areas. Forested APL in Ketapang Regency has the potential to be converted for the economic benefit of the people of Ketapang Regency. Management of forested APL must pay attention to environmental factors as one of the requirements for sustainable development. One of the roles of forests in maintaining ecosystems is in controlling erosion. The Universal Soil Loss Equation (USLE) method was used to estimate the value of erosion to assess forests' role in erosion control. The erosion results are then estimated for potential sedimentation using the sediment delivery ratio (SDR) approach. The valuation of the monetary value of the forest in controlling erosion is then calculated using an avoided cost approach using a proxy for the cost of dredging sedimentation. The results showed that the forest in APL played a significant role in controlling erosion. The value of APL forest erosion control in Pangkalan Suka Village is around IDR 324,653/ha/year, in Sinar Kuri Village it is IDR 13.02 million/ha/year, and in Riam Bunut Village, it is IDR 22.91 million/ha/year.
id
IPB University
Ekonomi Pengendalian Erosi Hutan Areal Penggunaan Lain di Tiga Desa Kabupaten Ketapang
Undergraduate Thesis
Avoided Cost
Erosion
Erosion Control
Forests
Valuation
oai:repository.ipb.ac.id:123456789/1155632022-12-15T23:40:42Zcom_123456789_7469com_123456789_25com_123456789_9col_123456789_107
Soedomo, Sudarsono
Nurtifany, Andi
2022-12-15T23:40:40Z
2022-12-15T23:40:40Z
2022
http://repository.ipb.ac.id/handle/123456789/115563
Konflik agraria merupakan perbedaan kepentingan atau pertentangan yang berhubungan dengan penguasaan tanah. Konflik agraria disebabkan oleh beberapa kondisi, seperti penanganan konflik belum efektif, akar dan sumber konflik belum diperbaiki, terjadi pelanggaran Hak Asasi Manusia (HAM) dalam penyelesaian konflik. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui konflik yang terjadi antara masyarakat dengan PT. LONSUM serta cara penyelesaian konflik yang tepat. Metode yang digunakan adalah metode deskriptif kualitatif dengan mewawancarai 4 orang pihak yang terkait secara langsung, seperti karyawan PT. LONSUM, masyarakat asli Kabupaten Bulukumba, pengacara PT. LONSUM, dan masyarakat perangkat desa. Hasil penelitian diperoleh informasi bahwa konflik terjadi di 4 desa yang berbeda, yaitu Desa Bontobiraeng, Bontomangiring, Balleanging, dan Tamatto. Konflik yang terjadi didominasi oleh adanya tumpang tindih kepemilikan lahan antara PT. LONSUM dan masyarakat. Oleh karena itu, diperlukan peninjauan ulang batas wilayah antara lahan PT. LONSUM dan masyarakat.
id
IPB University
Tinjauan Konflik Agraria di PT. London Sumatra Indonesia, Kabupaten Bulukumba, Provinsi Sulawesi Selatan
Overview of Agrarian Conflicts in PT. London Sumatra Indonesia, Bulukumba Regency, Sulawesi Selatan
Undergraduate Thesis
agraria
hak guna usaha
kepemilikan
konflik
masyarakat
oai:repository.ipb.ac.id:123456789/1139402022-08-23T08:48:49Zcom_123456789_7469com_123456789_25com_123456789_9col_123456789_107
Nugroho, Bramasto
Setiajiati, Fitta
Prakoso, Yuda Surya
2022-08-23T08:48:47Z
2022-08-23T08:48:47Z
2022
http://repository.ipb.ac.id/handle/123456789/113940
Desa Sempayau memiliki 9 persen areal berhutan dan berada pada Areal
Penggunaan Lain (APL) yang terancam akan alih fungsi hutan. Ancaman alih
fungsi hutan yang semakin meningkat, menjadi bukti adanya ketimpangan dalam
komitmen melindungi hutan di Desa Sempayau. Sebagai upaya mempertahankan
keberadaan hutan perlu dilakukan penilaian secara fisik, ekonomi maupun sosial,
yang didapatkan melalui data pengamatan lapang, wawancara semi-terstruktur dan
diskusi grup terfokus. Penilaian secara fisik dihitung dengan inventarisasi hutan dan
penilaian ekonomi kayu dihitung dengan pendekatan harga pasar. Kondisi tegakan
hutan menyebar normal dan didominasi oleh kelompok rimba campuran yang
memiliki potensi tertinggi. Kayu ulin (Eusideroxylon zwageri) memiliki nilai
ekonomi paling tinggi dibandingkan kayu lainnya. Nilai fisik dan ekonomi yang
cukup tinggi menunjukkan hutan berperan penting dalam kehidupan masyarakat
dan makhluk hidup lainnya. Namun, sebagian masyarakat hanya melihat fungsi
tangible hutan untuk memenuhi kebutuhan. Salah satu alternatif yang dapat
dilakukan adalah pemanfaatan hutan dengan skema agroforestry, sebagai bentuk
upaya pengelolaan hutan berkelanjutan serta menambah pendapatan masyarakat.
Sempayau Village has 9 percent of the area that is still forested in the nonstate forest (Other Land Use) that is threatened with forest conversion. The
increasing threat of forest conversion indicates a weak commitment to protecting
forests in Sempayau Village. To maintain the forest's existence, it is necessary to
carry out physical, economic, and social assessments, obtained through field
observation data, semi-structured interviews, and focus group discussions. Physical
assessment can be identified through forest inventory activities, while economic
valuation can be estimated using the market price approach. The condition of forest
stands is distributed normally and dominated by mixed tropical hardwood.
Ironwood (Eusideroxylon zwageri) has the highest economic value compared to
other species. The high physical and economic values show that forests play a
significant role in the lives of surrounding communities and other living things.
However, some communities only focus on the tangible function of the forest for
the fulfillment of daily needs. One alternative is forest utilization using agroforestry
schemes, as a form of effort to manage sustainable forests and increase the income
of the surrounding community.
id
IPB University
Nilai Hutan Pada Areal Penggunaan Lain di Desa Sempayau, Kabupaten Kutai Timur, Provinsi Kalimantan Timur
Valuation Forest of Outside State Owned Forest Area in Sempayau Village, Kutai Timur Regency, East Kalimantan Province
Undergraduate Thesis
Other Land Use, Conversion return, Forest value, Sustainable Forest Management, Agroforestry
oai:repository.ipb.ac.id:123456789/1134052022-08-10T08:01:03Zcom_123456789_7469com_123456789_25com_123456789_9col_123456789_107
Suwarna, Ujang
Andi, Intan Caroline
2022-08-10T08:01:01Z
2022-08-10T08:01:01Z
2022
http://repository.ipb.ac.id/handle/123456789/113405
Proses pemanenan hutan merupakan hal penting dalam kegiatan produksi kayu bulat yaitu kegiatan penebangan dan bagi batang. Tujuan penelitian ini adalah mengetahui nilai produktivias, biaya penebangan, dan efisiensi pemanfaatan kayu pada jenis tegakan jati (Tectona grandis L.f) serta faktor volume kayu, waktu kerja, dan kelerengan di RPH Cipeundeuy KPH Bandung Utara. Produktivitas di RPH Cipeundeuy dibedakan atas perbedaan topografi yakni landai dan curam. Hasil penelitian menunjukkan produktivitas efektif lebih besar dibandingkan produktivitas aktual dan standar sebesar 4,07 m3/jam dan 4,06 m3/jam dengan volume rataan setiap topografi yakni landai sebesar 0,64 m3 dan curam 0,61 m3. Biaya penebangan di topografi landai lebih rendah (Rp 12.045/m3) dibandingkan di topografi curam (Rp 12.075/m3) dari hasil produktivitas terbesar. Faktor yang mempengaruhi produktivitas dan biaya penebangan sebesar 48,85% dan 88,49%. Efisiensi pemanfaatan kayu di RPH Cipeundeuy pada topografi landai dan curam memperoleh nilai persentase sebesar 92,35% dan 89,60%. Tingkat efisiensi tertinggi dipengaruhi oleh volume kayu yang telah dihasilkan yakni di topografi landai.
The process of harvesting the forest is an important thing in the production of logs, namely felling and stem sharing. The purpose of this study was to determine the value of productivity, felling costs, and efficiency of wood utilization in teak stands (Tectona grandis L.f) as well as factors of wood volume, working time, and slope at Cipeundeuy RPH KPH North Bandung. Productivity at Cipeundeuy RPH is distinguished by topographic differences, namely sloping and steep. The results showed that the effective productivity was greater than the actual and standard productivity of 4,07 m3/hour and 4,06 m3/hour with an average volume of each topography, namely sloping 0,64 m3 and steep 0,61 m3. Felling costs in the sloping topography are lower (Rp 12.045/m3) than in the steep topography (Rp 12.075/m3) resulting in the highest productivity. Factors that affect productivity and felling costs are 48,85% and 88,49%, respectively. The efficiency of wood utilization in Cipeundeuy RPH on sloping and steep topography obtained percentage values of 92,35% and 89,60%, respectively. The highest level of efficiency is influenced by the volume of wood that has been produced, namely in sloping topography.
id
IPB University
Produktivitas, Analisis Biaya, dan Efisiensi Kegiatan Penebangan Di RPH Cipeundeuy KPH Bandung Utara, Jawa Barat
Productivity, Cost Analysis, and Efficiency of Felling Activities at RPH Cipeundeuy KPH North Bandung, West Java
Undergraduate Thesis
cost
efficiency
felling
productivity
topography
oai:repository.ipb.ac.id:123456789/1150372022-10-20T05:32:22Zcom_123456789_7469com_123456789_25com_123456789_9col_123456789_107
Suwarna, Ujang
Kautsar, Muhammad
2022-10-20T05:32:19Z
2022-10-20T05:32:19Z
2022
http://repository.ipb.ac.id/handle/123456789/115037
Kegiatan utama pembukaan wilayah hutan adalah pembuatan dan
pemeliharaan jalan yang didalamnya memerlukan perencanaan yang tepat sehingga
mampu menjamin kelancaran pengelolaan hutan khususnya pemanenan. Penelitian
ini dilakukan di RPH Wungu, BKPH Dungus, Perum Perhutani KPH Madiun Jawa
Timur yang merupakan kelas perusahaan kayu jati. Karakteristik jaringan jalan
angkutan pada RPH Wungu digambarkan oleh beberapa parameter PWH yaitu
kerapatan jalan (WD), spasi jalan (WA), jarak sarad rata-rata secara teoritis (REo),
jarak sarad rata-rata terpendek di lapangan (REm), jarak rata-rata sebenarnya di
lapangan (REt), kerapatan jalan optimal (Dopt) dan persen pembukaan wilayah (E
%), yang besaran nilainya bergantung dari panjang jalan yang dibuat dan luas
wilayah hutan. Hasil perhitungan karakteristik jaringan jalan pada PWH
mempunyai kerapatan jalan (WD) = 21,61 m ha־ˡ, spasi jalan (WA) = 462,74 m,
jarak sarad rata-rata teoritis (REo) = 115,68 m, jarak sarad rata-rata sebenarnya di
lapangan (REt) = 195,92 m, jarak sarad rata-rata terpendek (REm) = 134,19 m, tebal
lapisan pengerasan jalan minimal = 13,07 cm, persen pembukaan wilayah hutan (E
%) = 86,7 %, dan kerapatan jalan optimal (Dopt) = 20,67 m ha־ˡ. Secara umum
jaringan jalan hutan pada PWH tingkat RPH sudah dapat melayani kegiatan
pengelolaan hutan terutama kegiatan pemanenan.
The main activity of forest opening is a building and maintaining road needed to ensure forest mangement especially for forest harvesting activites. The research is conducted in RPH Wungu, BKPH Dungus, KPH Madiun, Perum Perhutani Regional Division East Java which is forest plantation for producing teakwood. The harvesting road in RPH Wungu is depicted by some parameters forest opening which aare road density (WD), road spacing (WA), the skid distance theoretical average (REo), the shortest average skid distance (REm), the average skid distance (REt), optimum road density (Dopt) and percent clearing forest area (E %) which is the value depends on road lenght built and forest area. The calculation result of the transportation road network characteristics in forest opening is road density (WD) = 21,61 m ha־ˡ , road spacing (WA) = 462,74 m, the skid distance theorical average (REo) = 115,68 m, the average skid distance (REt) = 195,92 m, the shortest average skid distance (REm) = 134,19 m, thickness road pavement = 13,07 cm, percent clearing forest area (E %) = 86,7 % , and optimum road density (Dopt) = 20,67 m ha־ˡ. To sum up, forest road system in forest opening for compartement sample has accomodated all forest management activities mainly for forest harvesting activities
id
IPB University
Evaluasi Jaringan Jalan Angkutan di RPH Wungu Perum Perhutani KPH Madiun Jawa Timur
Evaluation Of Forest Road Network in RPH Wungu Perum Perhutani KPH Madiun East Java
Undergraduate Thesis
forest opening
forest road network
thickness road pavement
oai:repository.ipb.ac.id:123456789/1142482022-09-01T00:02:18Zcom_123456789_7469com_123456789_25com_123456789_9col_123456789_107
Prihanto, Budi
Tiryana, Tatang
Arsyad, Moh Rizal
2022-09-01T00:02:13Z
2022-09-01T00:02:13Z
2022
http://repository.ipb.ac.id/handle/123456789/114248
Hutan memiliki peran penting dalam mitigasi perubahan iklim dan pemanasan global. Hutan menyerap CO2 kemudian menyimpannya dalam bentuk cadangan karbon. Penelitian ini bertujuan untuk mengestimasi kerapatan tegakan, biomassa, cadangan karbon dan serapan CO2 di Taman Hutan Kota Muhammad Sabki (THKMS), Jambi. Parameter tegakan THKMS (yaitu, jenis pohon, diameter, dan tinggi total) diukur dengan membuat 42 petak contoh lingkaran (masing-masing berukuran 0,04 ha) secara sistematis dengan jarak 38 × 38 m. Pendugaan nilai dugaan tegakan dilakukan dengan menggunakan metode stratifikasi dan tanpa stratifikasi berdasarkan zona penggunaan lahan untuk wisata. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pendugaan dengan stratifikasi menghasilkan sampling error (SE) yang lebih kecil. Rata-rata jumlah pohon, lbds, biomassa, cadangan karbon, serapan CO2 tegakan THKMS adalah 706 pohon/ha, 21,65 m2/ha, 145,87 ton/ha, 68,56 ton/ha dan 249,04 ton/ha dengan total 706 pohon. pohon/ha, 21,65 m2/ha, 145,87 ton/ha, 68,56 ton/ha dan 249,04 ton/ha.
Forest has an important role in the mitigation of climate change and global warming. Forest absorbs CO2 then store it in a form of carbon stock. This study aimed to estimate stand density, biomass, carbon stock and CO2 sequestration in Muhammad Sabki Urban Forest Park (MSUFP), Jambi. The MSUFP stand attributes (i.e., tree species, diameter, and total height) were measured by establishing 42 circular sample plots (each measuring 0.04 ha) in a systematic way with a distance of 38 × 38 m. The estimation of stand attributes was conducted by using stratification and without stratification method based on a land usage zone for tourism. The results showed that the estimation with stratification resulted in a smaller sampling error (SE). The average number of trees, basal area, biomass, carbon stock, CO2 absorption of the MSUFP stands were 706 trees/ha, 21.65 m2/ha, 145.87 tons/ha, 68.56 tons/ha and 249.04 tons/ha with a total of 706 trees/ha, 21.65 m2/ha, 145.87 tons/ha, 68.56 tons/ha and 249.04 tons/ha, respectively.
id
IPB University
Pendugaan Cadangan Karbon dan Serapan CO2 pada Tegakan Taman Hutan Kota Muhammad Sabki di Provinsi Jambi
Undergraduate Thesis
kerapatan tegakan
biomassa
karbon
karbon dioksida
THKMS
oai:repository.ipb.ac.id:123456789/1125342022-07-16T00:27:51Zcom_123456789_7469com_123456789_25com_123456789_9col_123456789_107
Gunawan, Santosa
Elystiani, Nokia Mimin
2022-07-16T00:27:49Z
2022-07-16T00:27:49Z
2022-07-15
http://repository.ipb.ac.id/handle/123456789/112534
Produksi getah pinus merupakan produk utama hasil hutan bukan kayu di
KPH Pekalongan Barat. Permasalahan yang dihadapi penyadap kurang aktif,
waktu penyadapan tidak sesuai jadwal, dan ukuran pecok terlalu besar. Tujuan
dari penelitian ini mengetahui pola produksi tahunan getah pinus, menentukan
faktor yang mempengaruhi produksi getah pinus, dan mengukur persen kerusakan
pohon pinus. Tahapan penelitian ini terdiri dari penentuan lokasi penelitian,
penetapan responden, pengumpulan data, dan analisis data. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa di RPH Moga pada tahun 2019 sampai dengan 2021 tidak
mencapai target, sedangkan di RPH Karangsari dari tahun 2017 sampai dengan
2021 mencapai target. Faktor yang mempengaruhi antara lain penyadap di RPH
Moga kurang aktif dan curah hujan yang tinggi. Tingkat persen kerusakan pohon
tertinggi di RPH Karangsari dengan jumlah quare sebanyak 5 quare sebesar
28,50%. Pada RPH Moga tingkat persen kerusakan pohon tertinggi pada quare
yang berjumlah 4 quare sebesar 23,91%. Rata-rata tingkat persen kerusakan
pohon RPH Karangsari lebih besar dibandingkan RPH Moga sebesar 23,33%.
Pine sap production is the main product of non-timber forest products in
FMU West Pekalongan. Problems faced such as the tappers are not active, the
tapping time is not on schedule, and the size of the pecok or the axe is too big. The
aims of this research to determine the annual production pattern of pine resin,
determine the factors that influence the production of pine resin and meazure the
percentage of damage to pine trees. The stages of this research consist of
determining the research location, finding respondents, collecting data, and
analyzing data. The results shows that in 2019 to 2021, Moga Forest Management
Resort did not reach the target, while in Karangsari Forest Management Resort
2017 to 2021 the target was achieved. The factors that cause it to occur are the
less activeness of tappers in Moga Forest Management Resort as well as high
rainfall. The highest percentage of tree damage at Karangsari Forest Management
Resort with a total of 5 quares is 28,50%. While the highest percentage of damage
to the tree at Moga Forest Management Resort in 4 quares is 23,91%. The
average percentage of damage to Karangsari Forest Management Resort (RPH)
trees is greater than Moga Forest Management Resort (RPH) by 23,33%.
id
IPB University
Faktor-Faktor Produksi Dalam Pemenuhan Target Sadapan Getah Pinus di KPH Pekalongan Barat Divisi Regional Jawa Tengah Perum Perhutani
Undergraduate Thesis
Production targets
sap production factors
the percentage of tree damage
oai:repository.ipb.ac.id:123456789/1144532022-09-11T13:05:06Zcom_123456789_7469com_123456789_25com_123456789_9col_123456789_107
Priyanto
Ardhiani, Riska Pratita
2022-09-11T13:05:04Z
2022-09-11T13:05:04Z
2022
http://repository.ipb.ac.id/handle/123456789/114453
Getah pinus memiliki nilai ekonomi yang tinggi dan potensial untuk dibudidayakan. Pengusahaan getah pinus oleh KPH Pati tidak lepas dari informasi yang menunjang peningkatan produktivitas getah. Tujuan penelitian ini mengidentifikasi karakteristik tegakan pinus (Pinus merkusii Jungh. et de Vriese) penghasil getah di KPH Pati. Pemilihan pohon contoh dilakukan dengan metode purposive sampling. Pengamatan kondisi lingkungan dilakukan dengan metode deskriptif berupa observasi dan dokumentasi. Rata-rata produktivitas getah pinus pada anak petak 36E dan 70A sebesar 0,716 kg/bulan/pohon dan 1,320 kg/bulan/pohon. Pohon pinus pada anak petak 36E memiliki diameter batang kecil, sedangkan pohon pinus pada anak petak 70A memiliki diameter batang besar. Peubah diameter setinggi dada, tinggi total, jumlah bidang sadap, tinggi bidang sadap, kedalaman bidang sadap, dan ketinggian tempat tumbuh memiliki tingkat keeratan hubungan sangat lemah terhadap produktivitas getah. Kerapatan tegakan pada anak petak 36E tinggi sedangkan kerapatan tegakan pada anak petak 70A jarang. Getah pinus yang tertampung pada wadah penampung getah terlihat tercampur dengan air dan kotoran.
Pine resin has a high economic value and potential to be cultivated. Pine resin business by KPH Pati cannot be separated from information that supports the increase in resin productivity. The goal of this study to identify the characteristics of pine stands (Pinus merkusii Jungh. et de Vriese) resin producing in KPH Pati. The selection of sample trees was carried out by purposive sampling method. Observation of environmental conditions is carried out by descriptive methods are observation and documentation. The average pine resin productivity in anak petak 36E and 70A was 0,716 kg/month/tree and 1,320 kg/month/tree. The pine trees in anak petak 36E have a small diameter, while the pine trees in anak petak 70A have a large diameter. The diameter, total height, number of tapping fields, height of the tapping field, depth of field of tapping, and height of the growing place have a very weak level of closeness to resin productivity. The density of stands in anak petak 36E is high, while the density of stands in anak petak 70A is rare. Pine resin that is accommodated in a resin-holding container looks mixed with water and dirt.
id
IPB University
Karakteristik Tegakan Pinus (Pinus merkusii Jungh. et de Vriese) Penghasil Getah di KPH Pati
Characteristics of Pine Stands (Pinus merkusii Jungh. et de Vriese) Resin Production in KPH Pati
Undergraduate Thesis
Descriptive
Purposive Sampling
Resin Productivity
oai:repository.ipb.ac.id:123456789/1123312022-07-07T04:24:08Zcom_123456789_7469com_123456789_25com_123456789_9col_123456789_107
Santosa, Gunawan
Pujianti, Ajeng
2022-07-07T04:24:05Z
2022-07-07T04:24:05Z
2022
http://repository.ipb.ac.id/handle/123456789/112331
Permintaan produksi getah pinus terus meningkat, namun produksi getah
pinus menurun. Salah satu penyebabnya yaitu karena tegakan pinus mengalami
jenuh sadap (belum saatnya untuk ditebang namun bidang sadap sudah habis).
Produktivitas getah pinus pascapemulihan yaitu sadapan pinus yang dilakukan pada
bidang sadap yang telah mengalami penutupan luka belum diketahui. Penelitian ini
bertujuan untuk mengukur persentase pemulihan bidang sadapan pinus metode
quarre dan menganalisis produktivitas sadapan pinus pascapemulihan pada kedua
kelas umur pohon. Rancangan percobaan yang digunakan adalah rancangan acak
kelompok terdiri dari dua perlakuan yaitu sadapan pascapemulihan dan kontrol
sedangkan kelompok yaitu tegakan pinus kelas umur (KU) IV dan IX. Hasil
penelitian menunjukkan rata-rata pemulihan bidang sadapan pinus KU IX lebih
tinggi dibandingkan KU IV. Rata-rata produktivitas getah pinus (g/pohon/hari)
perlakuan pascapemulihan lebih rendah dibandingkan kontrol pada kedua kelas
umur yaitu KU IV dan KU IX perlakuan pascapemulihan berturut-turut 8,11
g/pohon/hari dan 9,15 g/pohon/hari sedangkan perlakuan kontrol berturut-turut
11,42 g/pohon/hari dan 10,59 g/pohon/hari. Perlakuan (pascapemulihan dan
kontrol) sadapan getah pinus menghasilkan produktivitas yang berbeda sedangkan
kelas umur menghasilkan produktivitas yang sama.
The demand for pine resin continues to increase along with the declining of
pine resin production. One of the reasons is because the pine trees have become
saturated with tapping (it is not proper yet to cut down, but the tapping fields have
run out). Post-recovery pine resin productivity, namely pine tapping in a tapping
area that had undergone closure of the tapping wound not yet known. This study
aimed to measure the percentage of pine tapping field recovery using the quarre
method and to analyze the productivity of post-recovery pine resin in both age
classes of trees. The experimental design used a randomized block design
consisting of two treatments, namely post-recovery and control, while the group
consisted of pine stands of age class IV and IX. The results showed that the average
recovery of the pine tapping field in age class IX was higher than age class IV. The
average productivity of pine resin (g/tree/day) in post-recovery treatment was lower
than the control in both age classes, namely age class IV and IX in post-recovery
treatment, respectively 8.11 g/tree/day and 9.15 g/tree/day while the control
treatments were 11.42 g/tree/day and 10.59 g/tree/day, respectively. Treatments
(post-recovery and control) on tapped pine resin had a different productivity, while
the groups (age class) had the same productivity.
id
IPB University
Produktivitas Sadapan Pinus Pascapemulihan di KPH Bogor Divisi Regional Jawa Barat dan Banten Perum Perhutani
Post-recovery Pine Tapping Productivity at KPH Bogor Regional Division of West Java and Banten Perum Perhutani
Undergraduate Thesis
post-recovery
pine resin
productivity
tapping field recovery
oai:repository.ipb.ac.id:123456789/1141002022-08-26T03:06:57Zcom_123456789_7469com_123456789_25com_123456789_9col_123456789_107
Purwawangsa, Handian
Abdullah, Novia Damayantie
2022-08-26T03:06:56Z
2022-08-26T03:06:56Z
2022
http://repository.ipb.ac.id/handle/123456789/114100
Bencana longsor dan banjir yang menimpa Desa Pasir Madang
mengakibatkan kerugian ekonomi, sosial, dan lingkungan. Oleh karena itu, upaya
pemulihan lahan berfokus pada pemulihan lingkungan, ekonomi dan sosial
masyarakat. Upaya pemulihan lahan pasca bencana di Desa Pasir Madang,
melibatkan peran berbagai stakeholders. Tujuan penelitian adalah mengetahui proses
pemulihan lahan dengan sistem agroforestry, memetakan stakeholders berdasarkan
tingkat pengaruh dan kepentingan serta jaringan komunikasi yang terbentuk.
Penelitian ini dilakukan dengan melakukan observasi lapang, wawancara, kuesioner,
studi literatur, dan analisis data. Responden dipilih dengan metode purpossive
sampling dengan snowball method. Proses pemulihan lahan pasca bencana di Desa
Pasir Madang dengan pembangunan agroforestry antara lain bimbingan teknis,
penentuan lahan, pemetaan lahan, penyediaan bibit, pengangkutan, penanaman, dan
pengecekan tanaman. Hasil penelitian menunjukkan masyarakat Desa Pasir Madang
memiliki ketergantungan yang tinggi terhadap program pemulihan lahan, sedangkan
pihak BNPB dan Pusat Studi Bencana IPB memiliki pengaruh yang tinggi. Selain itu,
Pusat Studi Bencana IPB memiliki peranan yang besar terhadap arus pertukaran
informasi pada pemulihan lahan di Desa Pasir Madang.
The landslide and flood disaster that hit Pasir Madang Village resulted in
economic, social, and environmental losses. Therefore, land rehabilitation efforts
focus on environmental, economic and social recovery of the community. Efforts to
restore land after the disaster in Pasir Madang Village involve the roles of various
stakeholders. The purpose of the study was to determine the process of land
rehabilitation with an agroforestry system, mapping stakeholders based on the level
of influence and interests as well as the communication network formed. This
research was conducted by conducting field observations, interviews, questionnaires,
literature studies, and data analysis. Respondents were selected by purpossive
sampling with snowball method. The post-disaster land rehabilitation process in Pasir
Madang Village with agroforestry development includes technical guidance, land
determination, land mapping, seed provision, transportation, planting, and crop
checking. The results showed that the people of Pasir Madang Village have a high
dependence on land recovery programs, while BNPB and the IPB Disaster Study
Center have a high influence. In addition, the IPB Disaster Study Center has a large
role in the flow of information exchange in land recovery in Pasir Madang Village.
id
IPB University
Analisis Stakeholders Pada Pemulihan Lahan Pasca Bencana Dengan Sistem Agroforestry (Studi Kasus : Desa Pasir Madang, Kab Bogor)
Stakeholders Analysis On Post Disaster Land Rehabilitation With Agroforestry System (Case Study: Pasir Madang Village, Bogor District)
Undergraduate Thesis
agroforestry
rehabilitation
social network
stakeholders
oai:repository.ipb.ac.id:123456789/1138912022-08-22T08:40:56Zcom_123456789_7469com_123456789_25com_123456789_9col_123456789_107
Suwarna, Ujang
Kusuma, Milenia Putri
2022-08-22T08:40:53Z
2022-08-22T08:40:53Z
2022
http://repository.ipb.ac.id/handle/123456789/113891
The importance of human resources in teak felling activities to determine the productivity produced can be done by analyzing the factors that affect the productivity of teak felling operators. The purpose of this study was to determine the effect of sociodemographic characteristics on the productivity of teak felling operators and to compare the productivity of each operator. The results showed that the sociodemographic characteristics influencing productivity were age, education level, and work experience. Work experience is the dominant factor affecting the productivity of teak felling operators in KPH Madiun. The method used in measuring productivity is the time study method. The results showed that the highest productivity by operator 1 with 22 years of experience was able to produce a productivity of 28,43 m3/hour with an average actual time of 0,11 hours and an average volume of 2,61 m3. The productivity value of this logging activity can be said to be quite high. Logging operators with high work experience are capable of high productivity.
Pentingnya sumber daya manusia pada kegiatan penebangan kayu jati untuk mengetahui produktivitas yang dihasilkan dapat dilakukan dengan menganalisis faktor-faktor yang memengaruhi produktivitas operator penebangan kayu jati. Tujuan penelitian ini mengetahui pengaruh faktor karakteristik sosiodemografi terhadap produktivitas operator penebangan kayu jati serta mengetahui perbandingan hasil produktivitas masing-masing operator. Hasil penelitian menunjukkan bahwa faktor karaktersitik sosiodemografi yang mempengaruhi produktivitas adalah usia, tingkat pendidikan, dan pengalaman kerja. Pengalaman kerja merupakan faktor dominan yang mempengaruhi produktivitas operator penebangan kayu jati di KPH Madiun. Metode yang digunakan dalam pengukuran produktivitas yaitu metode time study. Hasil penelitian menunjukkan bahwa produktivitas tertinggi oleh operator 1 dengan pengalaman 22 tahun mampu menghasilkan produktivitas sebesar 28,43 m3/jam dengan rata-rata waktu aktual 0,11 jam dan volume rata-rata 2,61 m3. Nilai produktivitas kegiatan penebangan ini dapat dikatakan cukup tinggi. Operator penebangan dengan pengalaman kerja yang tinggi mampu menghasilkan produktivitas tinggi.
id
IPB University
Karakteristik Sosiodemografi Operator Chainsaw Terhadap Produktivitas Penebangan Kayu Jati di KPH Madiun
The Sociodemographic Effect of Chainsaw Operators on Teak Felling Productivity in KPH Madiun
Undergraduate Thesis
operator
sociodemography
felling
productivity
oai:repository.ipb.ac.id:123456789/1150862022-10-26T23:44:56Zcom_123456789_7469com_123456789_25com_123456789_9col_123456789_107
Muhdin
Lestari, Ratih Ayu
2022-10-26T23:44:54Z
2022-10-26T23:44:54Z
2022
http://repository.ipb.ac.id/handle/123456789/115086
Hutan rakyat merupakan hutan yang dimiliki oleh masyarakat yang dinyatakan oleh kepemilikan lahan yang memiliki luas minimum sesuai Permenhut 88/2003 sebesar 0.25 ha serta penutupan tajuk dan tanaman lainnya lebih dari 50%. Kelestarian hutan rakyat ditentukan oleh struktur tegakan hutan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui besarnya biomassa, cadangan karbon dan serapan CO2 per pemilik lahan hutan rakyat di desa Gunung Bunder 2 serta mengetahui perbedaan hasil pendugaan perhitungan biomassa dengan metode allometrik dan metode konversi volume menggunakan BEF. Pendugaan potensi biomassa menggunakan metode allometrik dan metode dengan BEF menghasilkan nilai dugaan berbeda nyata. Hasil rata-rata nilai dugaan biomassa dengan menggunakan metode allometrik dan metode BEF secara berturut-turut adalah 6.76 ton/ha dan 8.28 ton/ha. Dugaan cadangan karbon dan serapan CO2 dengan metode allometrik menghasilkan rata-rata nilai sebesar 3.18 ton/ha dan 11.67 ton/ha, sedangkan metode dengan menggunakan BEF sebesar 3.89 ton/ha dan 14.28 ton/ha.
People's forest is a forest owned by the community declared by land ownership that has a minimum area according to Permenhut 88/2003 of 0.25 ha and the closure of timbers and other plants more than 50%. The preservation of people's forests is soothed by the structure of the forest stand. This study aims to find out the amount of biomass, carbon reserves and CO2 uptake per owner of people's forest land in the village of Gunung Bunder 2 and find out the difference in the results of the utilization of biomass calculations with allometric methods by using BEF. The restoration of biomass potential using allometric methods and methods with BEF produces real different conjecture values. The average yield of the alleged value of biomass using allometric methods and methods with BEF is 6.71 tons /ha and 8.28 tons/ha, of allf. Alleged carbon reserves and CO2 uptake by allometric methods produce an average value of 3.18 tons / ha and 11.67 tons / ha, while the method using BEF of 3.89 tons / ha and 14.28 tons / ha.
id
IPB University
Pendugaan Biomassa dan Serapan CO₂ Bagian Atas Tegakan Hutan Rakyat di Desa Gunung Bunder 2 Kecamatan Pamijahan Kabupaten Bogor
Undergraduate Thesis
hutan rakyat
Biomassa
Cadangan Karbon
Serapan CO2
oai:repository.ipb.ac.id:123456789/1138942022-08-22T08:53:51Zcom_123456789_7469com_123456789_25com_123456789_9col_123456789_107
Sundawati, Leti
Simbolon, Dania sauli
2022-08-22T08:53:49Z
2022-08-22T08:53:49Z
2022
http://repository.ipb.ac.id/handle/123456789/113894
Getah pinus merupakan salah satu hasil hutan bukan kayu yang bernilai komersial dan potensial memiliki peluang dan nilai pasar yang tinggi. Hal ini membuat getah pinus dapat dimanfaatkan sebagai sumber pendapatan baru bagi masyarakat yang bertempat tinggal disekitar hutan, sehingga mampu berkontribusi terhadap pendapatan total rumah tangga dan berimplikasi terhadap kesejahteraan. Tujuan penelitian ini adalah menghitung kontribusi penyadapan getah pinus terhadap pendapatan rumah tangga masyarakat sekitar hutan dan menganalisis tingkat kesejahteraan rumah tangga penyadap getah pinus di Desa Ronggur Nihuta Kabupaten Samosir. Penelitian dilakukan menggunakan metode survey dengan pemilihan responden secara purposive berjumlah 49 orang. Data keadaan sosial dan ekonomi penyadap di lokasi penelitian dianalisis secara kualitatif dan kuantitatif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kontribusi hasil penyadapan getah pinus terhadap pendapatan rumah tangga penyadap tergolong besar yaitu 76,05%, akan tetapi berdasarkan kriteria kesejahteraan BPS, UMK Kabupaten Samosir, dan Bank Dunia sebagian besar keluarga penyadap getah pinus di Desa Ronggur Nihuta tergolong tidak sejahtera.
Pine sap is a non-timber forest product that has commercial value and has the potential to have high market opportunities and value. This makes pine resin can be used as a new source of income for people who live around the forest, so that it can contribute to total household income and have implications for welfare. The purpose of this study was to calculate the contribution of tapping pine sap to household incomes of communities around the forest and to analyze the level of welfare of households tapping pine sap in Ronggur Nihuta Village, Samosir Regency. The study was conducted using a survey method with a purposive selection of respondents totaling 49 people. Data on the social and economic conditions of tappers at the research site were analyzed qualitatively and quantitatively. The results showed that the contribution of pine resin tapping to the household income of tappers was large, namely 76.05%, but based on the welfare criteria of BPS, UMK Samosir Regency, and the World Bank, most of the families of pine resin tappers in Ronggur Nihuta Village were classified as not prosperous.
id
IPB University
Kontribusi Penyadapan Getah Pinus Terhadap Kesejahteraan Masyarakat Desa Ronggur Nihuta Kabupaten Samosir.
The Contribution of Tapping Pine Sap to the Welfare of the Community of Ronggur Nihuta Village Samosir Regency.
Undergraduate Thesis
contribution
income
pine resin
tapper
welfare
oai:repository.ipb.ac.id:123456789/1125932022-07-18T15:58:14Zcom_123456789_7469com_123456789_25com_123456789_9col_123456789_107
Suwarna, Ujang
Lindiani, Penza
2022-07-18T15:58:12Z
2022-07-18T15:58:12Z
2022
http://repository.ipb.ac.id/handle/123456789/112593
Penyaradan merupakan proses mengeluarkan kayu dari areal tebangan. Penyaradan dapat dilakukan secara manual, semi mekanis, dan mekanis. Tujuan penelitian diantaranya mengetahui produktivitas dan biaya penyaradan kayu secara manual berdasarkan jumlah belandong yang menyarad di RPH Cipeundeuy, BKPH Padalarang, KPH Bandung Utara serta mengetahui pengaruh jarak sarad, volume kayu yang disarad, dan waktu kerja terhadap produktivitas dan biaya penyaradan. Data penelitian terdiri dari data primer yang didapatkan melalui pengukuran dan wawancara serta data sekunder didapatkan melalui studi literatur. Penyaradan di RPH Cipeundeuy dilakukan oleh dua atau empat belandong. Hasil penelitian menunjukkan produktivitas efektif penyaradan empat belandong lebih besar 0,59 m3/jam (0,35 m3/jam/hm) dari pada penyaradan dua belandong, produktivitas aktualnya lebih besar 0,75 m3/jam (0,40 m3/jam/hm), dan produktivitas standarnya lebih besar 0,45 m3/jam (0,27 m3/jam/hm). Namun, biaya yang dikeluarkan pada penyaradan empat belandong (Rp33.895,00/m3) lebih besar dibandingkan penyaradan dua belandong (Rp22.675,00/m3). Produktivitas dan biaya penyaradan dipengaruhi oleh jarak sarad, waktu kerja, serta volume kayu yang disarad.
Skidding is the process of removing wood from the felled area. Skidding can be done manually, semi-mechanically, and mechanically. The objectives of the study were to determine the productivity and cost of skidding wood manually based on the number of belandongs that skidded at RPH Cipeundeuy, BKPH Padalarang, KPH Bandung Utara and to determine the effect of skidding distance, the volume of skidded wood, and working time on productivity and skidding costs. The research data consisted of primary data obtained through measurements and interviews and secondary data obtained through literature studies. Skidding at the Cipeundeuy RPH is carried out by two or four belandong. The results showed that the effective productivity of four belandongs skidding was 0,59 m3/hr (0,35 m3/hr/hm) than that of two belandongs, the actual productivity was 0,75 m3/hr (0,40 m3/hr/hm), and the standard productivity is 0,45 m3/hr (0,27 m3/hr/hm). However, the costs incurred for skidding four beandongs (Rp33.895,00/m3) were higher than for skidding two bugs (Rp22.675,00/m3). The productivity and cost of skidding are affected by skidding distance, work time, and the volume of skidded wood.
id
IPB University
Produktivitas Penyaradan Kayu Jati Menggunakan Teknik Manual di RPH Cipeundeuy, KPH Bandung Utara
Undergraduate Thesis
cost
manual
productivity
skidding
teak
oai:repository.ipb.ac.id:123456789/1123292022-07-07T04:18:06Zcom_123456789_7469com_123456789_25com_123456789_9col_123456789_107
Kartodihardjo, Hariadi
Sunjaya, Etrin Herabadi
2022-07-07T04:18:04Z
2022-07-07T04:18:04Z
2022
http://repository.ipb.ac.id/handle/123456789/112329
Terbitnya Permen LHK No. 9/2021 tentang Pengelolaan Perhutanan Sosial
pasal 107 menyatakan pada perencanaan perhutanan sosial perlu memerhatikan
aspek pengarusutamaan gender. Penelitian ini bertujuan menganalisis hubungan
faktor peran pendampingan dan karakteristik perempuan dengan pemberdayaan
perempuan pada perhutanan sosial di LMDH Wana Cendana Dago, BKPH Parung
Panjang. Peran pendamping meliputi fasilitator, broker, mediator, pembela, dan
pelindung yang disesuaikan pada Permen LHK No.9/2021 pasal 154-167 bagian
pendampingan. Karakteristik perempuan dibatasi pada usia dan tingkat pendidikan.
Sementara pemberdayaan menggunakan analisis Sara Longwe yang terdiri dari 5
tingkat hierarkis yaitu tingkat kesejahteraan, tingkat akses, tingkat kesadaran kritis,
tingkat partisipasi, dan tingkat kontrol. Pengumpulan data dilakukan menggunakan
metode wawancara terstruktur dengan kuesioner dan pernyataan skala ordinal
dengan analisis uji validitas Pearson, uji reliabilitas Cronbach alfa, dan uji korelasi
Rank Spearman terhadap 18 responden secara purposive sampling. Berdasarkan
hasil penelitian pemberdayaan perempuan ada pada tingkat kesadaran kritis. Peran
pendamping dalam program perhutanan sosial meningkatkan akses, kesadaran
kritis, dan partisipasi perempuan. Karakteristik perempuan berupa tingkat
pendidikan hanya memiliki pengaruh pada tingkat kesejahteraan. Namun, pada
karakteristik usia dan pendidikan yang lain tidak ditemukan hubungan dengan
tingkat pemberdayaan perempuan.
The issuance of the Minister of Environment and Forestry Regulation No.
9/2021 concerning Social Forestry Management article 107 states that social
forestry planning needs to pay attention to gender mainstreaming aspects. This
study aims to analyze the relationship between the role of assistance factors and
women's characteristics with women's empowerment in social forestry at LMDH
Wana Cendana Dago, BKPH Parung Panjang. The accompanying roles include
facilitator, broker, mediator, advocate, and protector which is adjusted to the
Minister of Environment and Forestry Regulation No. 9/2021 articles 154-167
section on mentoring. Characteristics of women are limited by age and level of
education. While empowerment uses Sara Longwe's analysis which consists of 5
hierarchical levels, namely the level of welfare, level of access, level of critical
awareness, level of participation, and level of control. Data was collected using a
structured interview method with questionnaires and ordinal scale statements with
analysis of the Pearson validity test, Cronbach alpha reliability test, and Spearman
Rank correlation test on 18 respondents by purposive sampling. Based on the
results of research, women's empowerment is at a critical awareness level. The role
of facilitators in social forestry programs increases women's access, critical
awareness, and participation. The characteristics of women in the form of
education level only have an influence on the level of welfare. However, on other
characteristics of age and education, no relationship was found with the level of
women's empowerment.
id
IPB University
Tingkat Pemberdayaan Perempuan dalam Skema Kemitraan Perhutanan Sosial di LMDH Wana Cendana Dago, BKPH Parung Panjang
The Level of Women’s Empowerment in Social Forestry Partnership Scheme at LMDH Wana Cendana Dago, BKPH Parung Panjang
Undergraduate Thesis
characteristics of women
companions
level of women’s empowerment
relationships
social forestry
oai:repository.ipb.ac.id:123456789/1148342022-10-03T06:29:55Zcom_123456789_7469com_123456789_25com_123456789_9col_123456789_107
Puspaningsih, Nining
Adrian, Louis Adam
2022-10-03T06:29:53Z
2022-10-03T06:29:53Z
2022
http://repository.ipb.ac.id/handle/123456789/114834
Pertumbuhan penduduk menyebabkan penggunaan lahan untuk permukiman,
perkantoran dan industri di Kecamatan Gunung Putri dan Klapanunggal meningkat
yang berdampak pada perubahan tutupan lahan termasuk luas Ruang Terbuka Hijau
(RTH). Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis perubahan Ruang Terbuka
Hijau menggunakan citra SPOT-7 tahun 2016 dan 2021 dan menganalisis
kesesuaiannya dengan Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Bogor tahun 2016-
2036. Perubahan luasan RTH pada tahun 2016 hingga 2021 di Kecamatan Gunung
Putri dan di Kecamatan Klapanunggal mengalami penurunan. Tetapi luasan RTH tiap
kecamatan masih memenuhi peraturan yang telah ditetapkan oleh pemerintah pada
daerah perkotaan yaitu sebesar 30%. Kesesuaian Ruang Terbuka Hijau (RTH)
dengan Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) di Kecamatan Gunung Putri terjadi
kesesuaian Ruang Terbuka Hijau hanya sebesar 17,28% pada tahun 2016 menurun
pada tahun 2021 menjadi 11,53%, sedangkan di Kecamatan Klapanunggal terjadi
kesesuaian tinggi yaitu sebesar 84,78% pada tahun 2016 dan 79,54% pada tahun
2021.
Population growth causes land use for settlements, offices and industry in
Gunung Putri and Klapanunggal Districts to increase which has an impact on
changes in land cover including the area of Green Open Space (RTH). This study
aims to analyze changes in Green Open Space using SPOT-7 images in 2016 and
2021 and analyze its suitability with the Bogor Regency Spatial Plan 2016-2036.
Changes in the area of green open space from 2016 to 2021 in Gunung Putri District
and in Klapanunggal District have decreased. However, the area of green open
space in each sub-district still meets the regulations set by the government in urban
areas, which is 30%. The suitability of Green Open Space (RTH) with the Regional
Spatial Plan (RTRW) in Gunung Putri District occurred that the suitability of Green
Open Space was only 17.28% in 2016 and decreased in 2021 to 11.53%. Meanwhile,
in Klapanunggal Subdistrict, there was a high suitability of 84.78% in 2016 and
79.54% in 2021.
id
IPB University
Analisis Perubahan Ruang Terbuka Hijau Menggunakan Citra SPOT-7 di Kecamatan Gunung Putri dan Klapanunggal, Kabupaten Bogor
Analysis of Changes in Green Open Space Using SPOT-7 Imagery in Gunung Putri and Klapanunggal Subdistricts, Bogor Regency
Undergraduate Thesis
Green Open Space
Gunung Putri District
Klapanunggal District
Land Cover
The Regional Spatial Plan of Bogor Regency
oai:repository.ipb.ac.id:123456789/1137332022-08-18T02:51:16Zcom_123456789_7469com_123456789_25com_123456789_9col_123456789_107
Hardjanto
Hartawati, Intan
2022-08-18T02:51:14Z
2022-08-18T02:51:14Z
2022-08-18
http://repository.ipb.ac.id/handle/123456789/113733
Hutan rakyat adalah salah satu sumber daya alam memiliki potensi untuk
berperan penting dalam pembangunan sektoral di suatu daerah. Usaha hutan rakyat
terdiri dari empat sub sistem, yaitu sub sistem produksi, sub sistem pengolahan, sub
sistem pemasaran, serta sub sistem kelembagaan. Perubahan pada satu sub sistem
akan mempengaruhi sub sistem yang lain. Penelitian ini bertujuan untuk
mengidentifikasi karakteristik petani hutan rakyat di Kecamatan Tegaldlimo,
menganalisis persepsi petani terhadap usaha hutan rakyat, dan menganalisis
kontribusi usaha hutan rakyat terhadap pendapatan rumah tangga. Metode yang
digunakan adalah analisis deskriptif dengan menggunakan data kualitatif dan
kuantitatif. Sampel yang dipilih sebanyak 32 responden menggunakan metode
convenience sampling. Karakteristik petani hutan rakyat di Kecamatan Tegaldlimo
didominasi dengan umur yang produktif, memiliki pendidikan yang tergolong
sedang, pekerjaan utama didominasi oleh petani, sebagian besar petani tidak
memiliki pekerjaan sampingan, memiliki jumlah tanggungan keluarga yang
tergolong kecil, pengalaman lama bertani dalam kategori baru, sebagian besar
petani memiliki lahan garapan hutan rakyat yang tidak luas, sebagian besar petani
menerapkan pola agroforestri. Persepsi petani terhadap sub sistem produksi
(62,50%), sub sistem pengolahan (78,13%), sub sistem pemasaran (56,25%), sub
sistem kelembagaan (53,13%). Kontribusi pendapatan petani hutan rakyat terhadap
pendapatan rumah tangga rata-rata sebesar 1,28%. Sebagian besar petani (90,63%)
sudah memiliki pendapatan yang layak berdasarkan UMK Banyuwangi 2022.
id
IPB University
Persepsi Petani terhadap Usaha Hutan Rakyat dan Kontribusinya terhadap Pendapatan Rumah Tangga: Studi Kasus Hutan Rakyat di Kecamatan Tegaldlimo, Kabupaten Banyuwangi, Provinsi Jawa Timur
Perceptions of Farmer on the Private Forest Business and the Contributions to Household Income: Case Study Private Forest in Tegaldlimo Sub District, Banyuwangi Regency, Jawa Timur Province
Undergraduate Thesis
private forest
private forest business
sub system
perseption
income contribution
oai:repository.ipb.ac.id:123456789/1127352022-07-22T00:24:51Zcom_123456789_7469com_123456789_25com_123456789_9col_123456789_107
Matangaran, Juang Rata
Nurmajid, Taufiqul Hafizh
2022-07-22T00:24:48Z
2022-07-22T00:24:48Z
2022
http://repository.ipb.ac.id/handle/123456789/112735
Excavator adalah salah satu alat yang digunakan untuk memindahkan kayu
dari tunggak ke tempat pengumpulan kayu di lokasi pemanenan kayu pada Hutan
Tanaman Industri di Sumatera. Penelitian ini dilakukan dalam rangka menganalisis
perhitungan jumlah alat sarad berdasarkan realisasi produksi kayu untuk kegiatan
pemanenan kayu. Tujuan penelitian untuk menganalisis jumlah excavator yang
dibutuhkan perusahaan berdasarkan data realisasi produksi kayu dan menganalisis
pengaruh luas areal HTI terhadap jumlah alat dan realisasi produksi kayu. Metode
penelitian menggunakan rumus kebutuhan jumlah alat dan analisis regresi
sederhana. Hasil penelitian menunjukkan jumlah alat berdasarkan realisasi produksi
kayu didapat PT Sumatera Riang Lestari membutuhkan 56 unit, PT Wira Karya
Sakti 201 unit, PT Toba Pulp Lestari 17 Unit, PT Mitra Kembang Selaras 9 unit,
PT Arara Abadi 148 unit, dan PT Perawang Sukses Perkasa Industri 12 unit. Luas
areal HTI berpengaruh terhadap jumlah alat. Jumlah alat berpengaruh terhadap
realisasi produksi.
id
IPB University
Analisis Kebutuhan Jumlah Alat Sarad Excavator berdasarkan Produksi Kayu dan Produktivitas Alat pada Hutan Tanaman Industri di Sumatera
Undergraduate Thesis
excavator
Industrial Plantation Forest
timber product realization
Sumatra
oai:repository.ipb.ac.id:123456789/1151712022-11-04T02:43:38Zcom_123456789_7469com_123456789_25com_123456789_9col_123456789_107
Elias
Poetra, Rakha Aditya
2022-11-04T02:43:35Z
2022-11-04T02:43:35Z
2022
http://repository.ipb.ac.id/handle/123456789/115171
Tanam Rumpang Tebang Rumpang (TRTR) merupakan sistem silvikultur yang diharapkan menjadi solusi peningkatan produktivitas hutan alam terdegradasi menggunakan teknologi tanam rumpang. Areal rumpang dimanfaatkan dengan menanam jenis pohon komersial setempat yang cepat pertumbuhannya dan berdaur pendek (5-8 tahun). Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh lereng terhadap erosi tanah yang terjadi akibat tanam rumpang. Penelitian dilakukan pada dua kelas lereng yakni kelas datar-landai dan kelas sedang. Hasil penelitian menunjukkan erosi tanah yang terjadi tertinggi pada areal simpukan, diikuti oleh erosi tanah di areal jalur tanam, dan yang terendah di areal hutan alam. Uji statistik menunjukkan bahwa erosi yang terjadi pada kondisi areal hutan alam, jalur simpukan dan jalur tanam tidak berbeda nyata. Pengaruh kelas lereng datar-landai dan kelas lereng sedang terhadap besarnya erosi di areal rumpang tidak berbeda nyata. Demikian pula besarnya erosi yang terjadi di areal rumpang dan di areal hutan alam terdegradasi juga tidak berbeda nyata.
The gap planting and gap clear cutting (TRTR) silviculture system is projected to boost the productivity of damaged natural forests utilizing gap planting technology. The gap area is used by planting a local commercial fast-growing tree species with short-rotation (5-8 years). The goal of this study is to know how slopes affect soil erosion caused by gap planting. The study was conducted in two slope classes, namely the flat to sloping class and the medium class. The results showed that soil erosion occurred the highest in barrier areas, followed by soil erosion in planting path areas, and the lowest in natural forest areas. According to statistical analysis, there were no significant differences in the erosion that took place on planting path areas, barrier paths, and natural forest areas. The amount of erosion in the gap area is not considerably different depending on whether the slope is flat to sloping or medium. Similarly, the amount of erosion that occurs in the gap areas and in the degraded natural forest area is also not significantly different.
Lembaga Pengelola Dana Pendidikan, Kementerian Keuangan Republik Indonesia (LPDP KEMENKEU RI)
id
IPB University
Pengaruh Lereng Terhadap Erosi Tanah di Areal Penelitian Tanam Rumpang PT Sarmiento Parakantja Timber
The Effect of Slopes on Soil Erosion in the Gap Planting Research Area of PT Sarmiento Parakantja Timber
Undergraduate Thesis
Degraded natural forest
Gap planting
Soil erosion
Slopes
oai:repository.ipb.ac.id:123456789/1129102022-07-28T02:17:34Zcom_123456789_7469com_123456789_25com_123456789_9col_123456789_107
Matangaran, Juang Rata
Noerbayti
2022-07-28T02:17:31Z
2022-07-28T02:17:31Z
2022
http://repository.ipb.ac.id/handle/123456789/112910
Jati menjadi bahan baku industri perkayuan yang memiliki kualitas dan nilai
jual tinggi, Perum Perhutani sebagai pemasok kayu jati di Indonesia. Untuk
memenuhi bahan baku industri diperlukan tahapan kegiatan pemanenan meliputi
kegiatan penebangan, penyaradan, muat bongkar, pengangkutan. Penelitian ini
bertujuan menganalisis produktivitas, waktu kerja, biaya kegiatan penebangan dan
pembagian batang, menganalisis hubungan antara diameter dengan waktu kerja.
Penelitian dilaksanakan dengan mengamati waktu kerja penebangan dan
pembagian batang, mengukur diameter (cm), panjang (m) pohon, menghitung
produktivitas serta menghitung analisis biaya. Produktivitas rata-rata penebangan
dan pembagian batang sebesar 2,86 m3
/jam dengan total biaya yang dikeluarkan
berdasarkan analisis biaya yang dihitung jika Perum Perhutani memiliki alat sendiri
sebesar Rp 22.152,33/m3
. Produktivitas kerja dapat ditingkatkan dengan cara
pelatihan bagi operator chainsaw.
Teak is raw materials in the timber industry which has a high quality and high
selling point, Perum Perhutani as a supplier of teak in Indonesia. To meet the needs
of industry requires a harvesting phase like felling, skidding, loading unloading,
transportation. The study aimed to analysis productivity, time study, the cost of
felling and bucking activities, analyzing the correlation between diameter and time
of work. The study was conducted the time of the logging work and the division of
the timber, measured in diameter (cm), length (m) tree, counting productivity and
then calculate cost analysis. The average productivity of felling and bucking is 2,86
m3
/hour with the amount of charges Perum Perhutani issued based on the cost
analysis that was calculated if Perum Perhutani had his own tools is Rp
22.152,33/m3
. Productivity can be improved by training chainsaw operator.
id
IPB University
Produktivitas dan Biaya Penebangan serta Pembagian Batang Kayu Jati di BKPH Brumbun KPH Madiun
Undergraduate Thesis
cost
harvesting
productivity
teak
oai:repository.ipb.ac.id:123456789/1146622022-09-26T06:05:39Zcom_123456789_7469com_123456789_25com_123456789_9col_123456789_107
Hendrayanto
Novitasari, Sukma
2022-09-26T06:05:36Z
2022-09-26T06:05:36Z
2022-09-22
http://repository.ipb.ac.id/handle/123456789/114662
Unsur iklim seperti curah hujan yang merupakan input dari neraca air DAS
dapat mempengaruhi output dari neraca air itu sendiri yaitu evapotranspirarasi,
aliran permukaan dan perkolasi. Neraca air suatu DAS juga dipengaruhi oleh
karakteristik DAS dan penggunaan lahannya. Penelitian ini bertujuan untuk
mengetahui dampak perubahan komponen iklim terhadap neraca air di Sub DAS
Cisadane Hulu dengan karakteristik DAS dan penggunaan lahannya tetap.
Perubahan neraca air dianalisis menggunakan model neraca air Soil Water
Assessment Tool (SWAT). Model neraca air sebelum digunakan untuk menduga
dampak perubahan iklim diuji terlebih dahulu keandalannya menggunakan
parameter koefisien determinasi (R2) dan koefisien Efisiensi Nash – Suchtliffe
(NSE). Hasil yang diperoleh menunjukkan bahwa peningkatan curah hujan dari
3.000,1 mm/th (250 mm/bln) menjadi 4.191,9 mm/th (349,3 mm/bln), serta
peningkatan suhu rata-rata bulanan dari 24,9 °C menjadi 25 °C, peningkatan
kecepatan angin rata-rata bulanan dari 0,8 m/s menjadi 1,1 m/s, dan penurunan
radiasi matahari rata-rata bulanan dari 18,3 MJ/m2 menjadi 16,4 MJ/m2
menyebabkan peningkatan aliran permukaan dari 1.426,6 mm menjadi 1.781,3 mm,
walaupun dari persentase aliran permukaan terhadap hujan terjadi penurunan
sebesar 3,1%). Hal ini juga berlaku pada evapotranspirasi dimana terjadi
peningkatan dari 908,4 mm menjadi 930,8 mm, walaupun bila dilihat dari
presentasenya terhadap hujan terjadi penurunan evapotranspirasi sebesar 6,4%. Di
sisi lain, perubahan iklim ini juga meningkatkan aliran lateral dari 193,3 mm
menjadi 294 mm (atau setara dengan 0,6% terhadap hujan) serta peningkatan
perkolasi dari 597,5 mm menjadi 1.064,3 mm (atau setara 5,9% terhadap hujan).
Hasil kalibrasi antara debit simulasi SWAT dengan debit observasi DAS Cisadane
Hulu dari SPAS Batubeulah menunjukkan nilai R2 dan NSE masing-masing sebesar
0,6 dan -1,9. Meskipun nilai R2 yang diperoleh menunjukkan bahwa model ini dapat
diterima, namun nilai NSE yang diperoleh justru menunjukkan bahwa model ini
tidak memuaskan sehingga perlu dilakukan kalibrasi ulang agar diperoleh nilai NSE
yang lebih memuaskan.
Unsur iklim seperti curah hujan yang merupakan input dari neraca air DAS
dapat mempengaruhi output dari neraca air itu sendiri yaitu evapotranspirarasi,
aliran permukaan dan perkolasi. Neraca air suatu DAS juga dipengaruhi oleh
karakteristik DAS dan penggunaan lahannya. Penelitian ini bertujuan untuk
mengetahui dampak perubahan komponen iklim terhadap neraca air di Sub DAS
Cisadane Hulu dengan karakteristik DAS dan penggunaan lahannya tetap.
Perubahan neraca air dianalisis menggunakan model neraca air Soil Water
Assessment Tool (SWAT). Model neraca air sebelum digunakan untuk menduga
dampak perubahan iklim diuji terlebih dahulu keandalannya menggunakan
parameter koefisien determinasi (R2
) dan koefisien Efisiensi Nash – Suchtliffe
(NSE). Hasil yang diperoleh menunjukkan bahwa peningkatan curah hujan dari
3.000,1 mm/th (250 mm/bln) menjadi 4.191,9 mm/th (349,3 mm/bln), serta
peningkatan suhu rata-rata bulanan dari 24,9 °C menjadi 25 °C, peningkatan
kecepatan angin rata-rata bulanan dari 0,8 m/s menjadi 1,1 m/s, dan penurunan
radiasi matahari rata-rata bulanan dari 18,3 MJ/m2 menjadi 16,4 MJ/m2
menyebabkan peningkatan aliran permukaan dari 1.426,6 mm menjadi 1.781,3 mm,
walaupun dari persentase aliran permukaan terhadap hujan terjadi penurunan
sebesar 3,1%). Hal ini juga berlaku pada evapotranspirasi dimana terjadi
peningkatan dari 908,4 mm menjadi 930,8 mm, walaupun bila dilihat dari
presentasenya terhadap hujan terjadi penurunan evapotranspirasi sebesar 6,4%. Di
sisi lain, perubahan iklim ini juga meningkatkan aliran lateral dari 193,3 mm
menjadi 294 mm (atau setara dengan 0,6% terhadap hujan) serta peningkatan
perkolasi dari 597,5 mm menjadi 1.064,3 mm (atau setara 5,9% terhadap hujan).
Hasil kalibrasi antara debit simulasi SWAT dengan debit observasi DAS Cisadane
Hulu dari SPAS Batubeulah menunjukkan nilai R2
dan NSE masing-masing sebesar
0,6 dan -1,9. Meskipun nilai R2
yang diperoleh menunjukkan bahwa model ini dapat
diterima, namun nilai NSE yang diperoleh justru menunjukkan bahwa model ini
tidak memuaskan sehingga perlu dilakukan kalibrasi ulang agar diperoleh nilai NSE
yang lebih memuaskan.
id
IPB University
Dampak Perubahan Iklim terhadap Neraca Air DAS Cisadane Hulu
Undergraduate Thesis
water balance
watershed
climate change
SWAT
the effect of
oai:repository.ipb.ac.id:123456789/1120802022-06-17T00:09:04Zcom_123456789_7469com_123456789_25com_123456789_9col_123456789_107
Ichwandi, Iin
Sundawati, Leti
Siahaan, Rayhan
2022-06-17T00:09:02Z
2022-06-17T00:09:02Z
2022
http://repository.ipb.ac.id/handle/123456789/112080
Mohon untuk segera ditampilkan untuk tugas akhir saya agar dapat segera menyelesaikan administrasi. Terima kasih
Pengelolaan hutan rakyat yang terjadi sampai saat ini sebagian besar masih
belum dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat dan petani. Hadirnya
kemitraan dalam pengelolaan hutan rakyat dapat mendorong petani berperan lebih
aktif dan mengubah pengelolaan hutan rakyat yang dulunya masih tradisional
menjadi ke arah komersial. Tujuan pada penelitian ini untuk mengetahui sistem
pengelolaan dan menganalisis pola hubungan kemitraan yang diselenggarakan oleh
PT Insan Prima Berdikari (PT IPB) dengan para mitranya. Pengambilan data
menggunakan metode survey dengan pemilihan responden secara purposive
sebanyak 32 orang terdiri dari penggarap lahan, pemilik lahan, dan PT. IPB. Hasil
penelitian menunjukan bahwa hutan rakyat dikembangkan dengan pola tanam
agroforestri antara pohon sengon dengan tanaman pisang dan talas. Pola hubungan
kemitraan antara PT IPB dengan para mitranya merupakan Kerjasama Operasional
Agribisnis (KOA) dengan sistem bagi hasil penjualan sengon sebagai berikut: PT
IPB mendapat 25%, penggarap lahan 10%, penyedia dana 35%, lembaga desa, dan
pendamping desa yang masing-masing pihak tersebut 2,5%.
Most of the community forest management that has occurred so far has not
been able to improve the welfare of the community and farmers. The presence of
partnerships in community forest management can encourage farmers to play a
more active role and change community forest management from traditional to
commercial ones. The purpose of this study is to determine the management system
and analyze the pattern of partnership relationships held by PT Insan Prima
Berdikari (PT IPB) with its partners. Data were collected using a survey method
with a purposive selection of 32 respondents consisting of land cultivators, land
owners, and PT. IPB. The results showed that community forests were developed
with an agroforestry cropping pattern between sengon trees and banana and taro
plants. The pattern of the partnership relationship between PT IPB and its partners
is the Agribusiness Operational Cooperation (KOA) with a profit-sharing system
from the sale of sengon as follows: PT IPB gets 25%, land cultivators 10%, fund
providers 35%, village institutions, and village assistants each each party is 2.5%.
id
IPB University
Pola Kemitraan dalam Pembangunan Hutan Rakyat Oleh PT Insan Prima Berdikari di Kabupaten Pandeglang Banten
Undergraduate Thesis
community forest
partnership
profit sharing
agroforestry
oai:repository.ipb.ac.id:123456789/1133102022-08-08T13:08:32Zcom_123456789_7469com_123456789_25com_123456789_9col_123456789_107
Purnomo, Herry
Puspitaloka, Dyah
Khalidah, Nifa Nabilia
2022-08-08T13:08:30Z
2022-08-08T13:08:30Z
2022
http://repository.ipb.ac.id/handle/123456789/113310
Kebakaran hutan dan lahan (karhutla) menimbulkan dampak yang besar segi lingkungan, pendidikan, ekonomi, politik, kesehatan, dan sosial. Salah satu penyebab karhutla adalah penggunakan api dalam proses persiapan lahan. Penelitian ini dilakukan di Kabupaten Siak, Provinsi Riau dengan mengumpulkan data primer melalui observasi, Focus Group Discussion, dan wawancara; dan diperkaya dengan data sekunder. Analisis konten, Business Model Canvas, analisis biaya manfaat, analisis SWOT, dan analisis sensitivitas dilakukan untuk mengidentifikasi penyebab karhutla di gambut dan upaya terkait restorasi gambut; mengidentifikasi komoditas yang cocok diterapkan di lahan gambut; mengkaji pengembangan komoditas terpilih dan menghitung kelayakan bisnisnya. Model bisnis agroforestry karet, kopi, dan gaharu yang dipilih karena cocok secara ekologi dan layak secara finansial untuk diusahakan. Model ini memiliki NPV Rp 260.430.088, BCR 2,14, IRR 24%, dan Payback Period 2,37 tahun. Disamping memberikan manfaat ekonomi bagi masyarakat, pola pemanfaatan lahan dengan sistem agroforestry ini dapat meningkatkan jumlah serapan karbon dan merestorasi gambut, sehingga dapat berkontribusi pada agenda restorasi gambut dan capaian komitmen NDC. Kata kunci : Agroforestry, analisis biaya manfaat, karhutla, restorasi gambut, Kanvas Model Bisnis
Land and forest fires have caused a major impact on the environment, education, economy, politics, health, and social aspects. Forest and land fires is driven by the use of fire in land preparation process. This study was conducted in Siak District, Riau Province. Primary data were collected through observation, Focus Group Discussion, and interviews; and enriched with secondary data. Content analysis, Business Model Canvas, cost-benefit analysis, SWOT analysis, and sensitivity analysis were performed to identify the causes of forest and land fires in peatland; identify efforts in peatland restoration; identify suitable commodities on peatlands; and assess the development of selected commodities and calculate their business feasibility. Rubber, coffee, and agarwood agroforestry business model was selected because of its ecological suitability and financial feasibility. This model has an NPV value of Rp 260.430.088, BCR value of 2,14, IRR value of 24%, and a 2,37-year payback period. Besides providing economic benefits for the community, agroforestry system can improve carbon absorption and restore peatland. Hence, it can contribute to the peatland restoration agenda and the achievement of NDC commitments.
CIFOR (Center for International Forestry Research)
id
IPB University
Pengembangan Bisnis Berkelanjutan dalam Rangka Restorasi Gambut di Kabupaten Siak, Provinsi Riau
Undergraduate Thesis
Restorasi Gambut
agroforestry
Business Model Canvas
Analisis biaya manfaat
Karhutla
Agroforestry
forest and land fires
peatland restoration
Business Model Canvas
cost-benefit analysis
oai:repository.ipb.ac.id:123456789/1148592022-10-04T04:07:03Zcom_123456789_7469com_123456789_25com_123456789_9col_123456789_107
Elias
Taryudi, Ade
2022-10-04T04:07:00Z
2022-10-04T04:07:00Z
2022-10-04
http://repository.ipb.ac.id/handle/123456789/114859
Tanam rumpang merupakan salah satu teknologi untuk merehabilitasi hutan. Tujuan dari penelitian ini adalah menganalisis biaya kegiatan pemeliharaan jabon putih dalam rumpang pada areal penelitian di PBPH PT. Sarmiento Parakantja Timber. Metode yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari metode time study, analisis biaya, dan uji statisik dengan Uji Independent sample t-test. Hasil penelitian menunjukkan bahwa untuk menyelesaikan pemeliharaan rumpang seluas 3,2 ha membutuhkan waktu 12–13 hari dengan jumlah pekerja sebanyak 3–4 orang. Tenaga kerja yang diperlukan untuk menyelesaikan pemeliharaan rumpang ini sebesar 8,5 HOK per ha. Rata-rata biaya aktual pemeliharaan tanaman dalam rumpang yaitu sebesar Rp3.188.301,61/ha, sedangkan biaya standarnya yaitu sebesar Rp3.360.602,96/ha. Proporsi biaya per tahapan yaitu pemupukan 74 %, Penyiangan 19%, dan Pendangiran 7%. Rumpang dengan topografi datar–landai dengan sedang mempengaruhi biaya total pemeliharaan standar, sedangkan biaya total pemeliharaan aktual tidak dipengaruhi kondisi topografi datar–landai maupun sedang.
Gap planting is one of technology used in rehabilitation of degraded forest. The objective of this research was to analyze the costs of maintaining white jabon in gaps in the research area at PBPH PT. Sarmiento Parakantja Timber. The method used in this research consists of time study method, cost analysis, and statistical test with Independent sample t-test. The results showed that to complete the maintenance of a 3.2 ha gaps area, it took 12–13 days with a total of 3–4 workers. The labor required to complete the maintenance of these gaps is 8.5 HOK per ha. The average actual cost of plants maintenance in the gap area is Rp3.188.301,61/ha, while the standard cost is Rp3.360.602,96/ha. The proportion of costs per stage of plants maintenance are 74% fertilization, 19%, weeding and 7% post planting soil tillage. Gap planting in flat sloping topography and moderately area affects the total cost of standard maintenance, while the actual total cost of maintenance is not affected by flat or moderate topography.
id
IPB University
Analisis Biaya Pemeliharaan Jabon Putih (Anthocephalus cadamba) pada Areal Penelitian Tanam Rumpang di PT Sarmiento Parakantja Timber Kalimantan Tengah
Undergraduate Thesis
cost
maintenance
forest rehabilitation
gap planting