Show simple item record

dc.contributor.advisorSyartinilia
dc.contributor.advisorMunandar, Aris
dc.contributor.authorPermata, Nike Dyah
dc.date.accessioned2019-09-12T07:58:06Z
dc.date.available2019-09-12T07:58:06Z
dc.date.issued2019
dc.identifier.urihttp://repository.ipb.ac.id/handle/123456789/98666
dc.description.abstractJabodetabek merupakan kawasan megapolitan Jakarta dengan jumlah penduduk yang tinggi. Tingginya jumlah penduduk tersebut berdampak pada penambahan fasilitas, seperti permukiman, jalan, trasportasi dan lain sebagainya. Tak jarang hal tersebut mengorbankan kawasan ruang terbuka hijau (RTH) sehingga kota menjadi tidak nyaman. Kota yang tidak nyaman tersebut sangat rentan untuk membuat masyarakat stress sekaligus kualitas hidup mereka rendah. Oleh karena itu perlu adanya suatu sarana rekreasi yang murah dan mudah untuk dijangkau oleh masyarakat. Salah satu kawasan ruang terbuka hijau yang dapat dijadikan sebagai kawasan rekreasi adalah hutan kota. Hutan kota merupakan RTH yang berada di tengah kota dan berpotensi untuk dijadikan sebagai kawasan rekreasi masyarakat kota, khususnya di kawasan Jabodetabek. Secara keseluruhan terdapat 20 hutan kota yang tersebar di kawasan Jabodetabek, diantaranya adalah kota Jakarta memiliki 15 hutan kota, kota Bogor memiliki 3 hutan kota, kota Tangerang memiliki 1 hutan kota, dan kota Bekasi memiliki 1 hutan kota. Langkah awal yang dilakukan adalah mengidentifikasi kondisi hutan kota, kemudian menganalisis pemanfaatan hutan kota oleh masyarakat Jabodetabek, menganalisis kriteria hutan kota sebagai fungsi rekreasi masyarakat, mengevaluasi kondisi hutan kota sebagai fungsi rekreasi masyarakat Jabodetabek. Untuk memperoleh kriteria evaluasi hutan kota digunakanlah metode Analytical Hierarchy Process (AHP). Pada metode tersebut dipilih beberapa pakar hutan kota untuk mengisi kuisioner yang kemudian dilihat konsistensi masingmasing pakar tersebut. Seluruh analisis yang telah dilakukan tersebut kemudian menjadi bahan untuk digunakan dalam membuat rekomendasi pengelolaan hutan kota sebagai kawasan rekreasi masyarakat perkotaan. Hasil studi menunjukkan bahwa 80% hutan kota dikunjungi oleh masyarakat dari area cakupan buffer hutan kota, dan 55% hutan kota telah dikunjungi oleh masyarakat luar area cakupan buffer hutan kota, dan sebanyak 50% hutan kota telah dikunjungi oleh masyarakat baik dari luar maupun dari area cakupan buffer hutan kota. Faktor utama yang mempengaruhi pengunjung untuk berkunjung ke hutan kota adalah objek yang menjadi atraksi yang terdapat di hutan kota, seperti danau, masjid, taman bermain, dan kolam pemancingan. Nilai R2=0.904, hal ini berarti hubungan antara jumlah objek hutan kota dengan jumlah pengunjung adalah positif, dengan nilai signifikasi 0.000. Kriteria komponen evaluasi hutan kota sebagai kawasan rekreasi diantaranya adalah pengelola (33.3%), objek atau atraksi (18.1%), pengunjung (15.3%), aksesibilitas (11.9%), aktivitas pengunjung (11.7%), dan sarana dan prasarana (0.097). Hasil evaluasi hutan kota fungsi rekreasi menunjukkan bahwa sebanyak 50% hutan kota masih termasuk pada kategori belum optimal, 30% hutan kota termasuk pada kategori sub-optimal, dan 20% hutan kota termasuk pada kategori optimal. Hutan kota yang termasuk dalam kategori belum optimal memiliki point rendah pada komponen objek, aktivitas pengunjung, dan sarana dan prasarana. Hutan kota yang termasuk dalam kategori sub-optimal memiliki point rendah pada komponen objek, aksesibilitas, dan sarana dan prasarana, dan memiliki point tinggi pada komponen pengunjung. Sedangkan hutan kota yang termasuk dalam kategori optimal memiliki point tinggi hampir disemua komponen penilaian. Rekomendasi hutan kota dibuat berdasarkan pada hasil evaluasi hutan kota yang telah dilakukan. Rekomendasi berdasarkan pada hasil evaluasi hutan kota terdiri dari kategori hutan kota belum optimal, sub optimal, dan optimal. Pada hutan kota kategori belum optimal perlu menambahkan pos keamanan di dalam hutan kota, penambahan ragam jenis, bentuk, ukuran, dan warna tanaman, penambahan objek yang menjadi atraksi hutan kota seperti wahana air, tempat pemancingan, flying fox, panahan, dan panjat tebing, serta perbaikan sarana dan prasana. Hutan kota kategori sub optimal perlu penambahan ragam jenis, bentuk, ukuran, dan warna tanaman, pemeliharaan secara terjadwal, serta menata ruang di dalam hutan kota sebagai area piknik dan non piknik. Pada hutan kota kategori optimal secara keseluruhan sudah baik, namun ada beberapa komponen yang perlu diperbaiki diantaranya adalah penambahan objek yang unik, seperti wahana air, tempat pemancingan, flying fox, panahan, dan panjat tebing, serta meminimalisir biaya masuk atau membebaskan biaya masuk untuk pengunjung.id
dc.language.isoidid
dc.publisherIPB Universityid
dc.subject.ddcLandscape Architectureid
dc.subject.ddcUrban Forestid
dc.subject.ddc2017id
dc.subject.ddcJABODETABEKid
dc.titleEvaluasi Fungsi Pemanfaatan Hutan Kota Sebagai Kawasan Rekreasi Masyarakat Jabodetabekid
dc.typeThesisid
dc.subject.keywordAnalytical Hierarchy Process (AHP)id
dc.subject.keywordArea rekreasiid
dc.subject.keywordHutan Kotaid
dc.subject.keywordJabodetabekid
dc.subject.keywordMasyarakat kotaid


Files in this item

Thumbnail

This item appears in the following Collection(s)

Show simple item record