Analisis Wilayah dan Arahan Rencana Pengembangan Wilayah Kabupaten Garut
View/ Open
Date
2019Author
Setianti, Sinta
Sitorus, Santun R.P.
Soma, Soekmana
Metadata
Show full item recordAbstract
Kabupaten Garut baru saja terlepas dari status daerah tertinggal di Jawa
Barat, tetapi masih memiliki peringkat IPM pada posisi ke-25. Pemerintah
Kabupaten Garut terus bekerja keras dalam meningkatkan pertumbuhan ekonomi
dan peningkatan sarana prasarana dengan memperhatikan aspek-aspek yang
menjadi pusat pertumbuhan di masing-masing wilayah pengembangan. Dengan
jumlah kecamatan yang cukup banyak yaitu 42 kecamatan, membuat
ketimpangan wilayah di Kabupaten Garut masih belum mampu dikendalikan,
khususnya di wilayah bagian Selatan. Keterbatasan jumlah sarana prasarana yang
masih rendah dan jarak yang sulit dijangkau oleh Pemerintah Kabupaten Garut,
menjadikan wilayah bagian Selatan ingin mengembangkan wilayahnya dengan
sendiri yaitu dengan membentuk Daerah Otonom Baru (DOB), sehingga
diperlukan penelitian sebagaimana untuk membuat arahan dan strategi dalam
menyempurnakan kebijakan dan program pembangunan untuk memeratakan
pertumbuhan perkembangan di wilayah Kabupaten Garut.
Penelitian ini bertujuan (a) menganalisis tingkat perkembangan wilayah di
Kabupaten Garut, (b) menganalisis tingkat ketimpangan wilayah di Kabupaten
Garut, (c) mengidentifikasi komoditas unggulan utama di Kabupaten Garut, (d)
menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi perkembangan wilayah di
Kabupaten Garut dan (e) menyusun arahan rencana pengembangan wilayah di
Kabupaten Garut. Tingkat perkembangan wilayah dianalisis dengan menggunakan
metode skalogram dimodifikasi sedangkan untuk tingkat ketimpangan wilayahnya
menggunakan metode theil entropy. Metode LQ dan SSA digunakan untuk
mengidentifikasi komoditas unggulan utama, sedangkan faktor – faktor yang
mempengaruhi perkembangan Kabupaten Garut dianalisis dengan menggunakan
metode regresi data panel statis dan Geographically Weighted Regression (GWR).
Arahan rencana pengembangan wilayah sebagai implikasi kebijakan disusun
secara deskriptif.
Perkembangan wilayah di Kabupaten Garut ditandai dengan penurunan
nilai rataan IPK dari 42,82 (2005) menjadi 35,73 (2014). Jumlah kecamatan yang
memiliki hierarki I dari 3 kecamatan (2005) menjadi 6 kecamatan (2014). Secara
keseluruhan, kecamatan di Kabupaten Garut masih berhierarki III, namun bagian
besar kecamatan yang memiliki hierarki III berada di wilayah Selatan. Tingkat
ketimpangan di Kabupaten Garut cenderung menurun dari 0,081 pada tahun 2005
menjadi 0,025 pada tahun 2014. Selama kurun waktu tersebut nilai tertinggi
sumber ketimpangannya berada di wilayah bagian Selatan. Komoditas unggulan
utama (a) tanaman pangan yaitu padi sawah, padi ladang dan jagung (b)
hortikultur yaitu cabai, kubis, bawang merah, kentang dan petsai/sawi (c) buahbuahan
yaitu mangga, durian, jeruk, pisang, pepaya dan alpukat (d) perkebunan
yaitu kopi, aren, cengkeh, teh dan tembakau (e) peternakan yaitu sapi perah, sapi
potong, dan domba. Hasil estimasi faktor-faktor yang mempengaruhi
perkembangan Kabupaten Garut menujukan variabel indeks kesehatan sebesar
1,084427. Sementara variabel indeks pendidikan sebesar 0,572288 dan variabel
indeks ekonomi sebesar 0,403233. Arahan kebijakan pengembangan wilayah
Kabupaten Garut difokuskan dalam mewujudkan pemerataan pembangunan
dengan mendorong Wilayah Pengembangan (WP) Selatan menjadi lebih
berkembang yaitu dengan mengembangkan pusat pertumbuhan ekonomi,
menurunkan tingkat ketimpangan, meningkatkan kualitas dan kuantitas sarana
prasarana serta mengembangkan sektor pertanian.
Collections
- MT - Agriculture [3683]