Pewarisan Bentuk dan Warna Biji pada Jagung Manis dengan Pendekatan Kualitatif dan Kuantitatif
View/ Open
Date
2018Author
Nugroho, Rizki Anjal Puji
Syukur, Muhamad
Suwarno, Willy Bayuardi
Metadata
Show full item recordAbstract
Jagung manis merupakan produk hortikultura yang penting di dunia
terutama di negara-negara Asia dan Amerika. Jagung manis dapat dikonsumsi
sebagai sayuran segar atau non-segar. Jagung manis mengandung komponen gizi
yang penting untuk diet manusia seperti mineral dan vitamin. Peningkatan
kandungan nutrisi seperti tingkat antioksidan pada biji jagung manis telah menjadi
perspektif baru dalam pemuliaan komoditi itu. Jagung manis memiliki dua warna
biji yaitu putih atau kuning. Merah dan ungu adalah warna penting yang terkait
dengan kandungan antosianin yang tinggi. Antosianin telah dilaporkan memiliki
efek positif dalam mengurangi resiko penyakit kardiovaskular dan kanker, antiinflam
asi, diabetes tipe 2 dan sifat chemoprotective.
Pendekatan kualitatif dan kuantitatif digunakan untuk mempelajari
pewarisan bentuk dan warna biji termasuk uji chi-square untuk menguji
kemungkinan interaksi alelik. Pendekatan kuantitatif pada bentuk biji dilakukan
berdasarkan pengukuran luas permukaan dan bobot biji. Pendekatan kuantitatif
dapat digunakan untuk memprediksi parameter genetik dan mengkonfirmasi hasil
analisis kualitatif. Pendekatan kuantitatif pada awalnya digunakan untuk
mengetahui keterkaitan antara tetua dan turunannya. Pendekatan kuantiatif pada
awaly a digunakan untuk mengetahui keterkaitan antara tetua dengan turunannya.
Hasil dari pola pewarnaan menunjukan bahwa warna ungu, merah, dan
emas terdapat pada lapisan aleuron. Warna kuning dan putih terdapat pada bagian
endosperma. Kedua warna pada endosperma terekspresi karena lapisan aleuron
yang tidak berwarna. Gen pengendali pada lapisan aleuron terdiri dari pr1, r, dan c
sedangkan pada endosperma adalah y1. Gen r dan c mempunyai fungsi secara
bersam aan sebagai pembentuk warna pada lapisan aleuron.
Efek maternal terdapat pada pola pewarisan warna biji sedangkan pada
bentuk biji tidak ditemui efek tersebut. Efek maternal warna biji disebabkan oleh
gen pada lapisan aleuron yang terdapat pada sitoplasma sehingga akan terbawa
oleh tetua betina. Efek tersebut pada bentuk biji tidak ditemui karena adanya efek
epistas is gen sh2 pada keadaan dominan sehingga bentuk pipil akan terekspresi.
Pendekatan kualitatif pada warna biji menunjukan perbedaan gen yang
bersegregasi pada penelitian I dan II. Penelitian I menunjukan gen yang
bersegregasi adalah pr1 dan r. Gen r hanya bersegregasi pada populasi F3 JM8 X
Red dan JM17 X Red dengan proporsi 1:2:1 dan interaksi gen kodominan. Gen
pr1 dan r bersegregasi pada populasi JM8 X Purple dan JM17 X Purple dengan
aksi gen epistasis dominan dan resesif. Gen yang bersegregasi pada penelitian II
dengan tetua JM2 dan JM4 adalah pr1, c, dan y1. Gen c hanya bersegregasi pada
populasi JM2 X Red dengan proporsi 1:2:1 dan aksi gen kodominan. Gen pr1 dan
c bersegregasi pada populasi JM2 X Purple dengan aksi gen epistasis resesif. Gen
c dan y1 bersegregasi pada populasi JM4 X Red dengan aksi gen epistasis
dominan. Gen pr1, c, dan y1 bersegregasi pada populasi JM4 X Purple dengan
aksi gen epistasis resesif. Pendekatan kualitatif bentuk biji menunjukan segregasi
v
hanya pada gen sh2 dan su1. Gen sh2 bersegregasi pada populasi dengan Purple
sebagai P2 dan menghasilkan aksi gen dominan (3:1). Gen sh2 dan su1
bersegregasi pada populasi dengan Red sebagai P2 dan menghasilkan aksi gen
epistas is.
Peubah kuantitatif warna dan bentuk biji memiliki perbedaan antar warna
atau bentuk dari seluruh populasi. Hal tersebut menunjukan bahwa seluruh peubah
kuantitatif dapat digunakan dalam pendekatan kuantitatif. Nilai heritabilitas arti
luas pada seluruh peubah kuantitatif yang diamati menunjukan nilai yang tinggi.
Hal tersebut mengindikasikan bahwa efek genetik lebih besar dari lingkungan dan
sifat yang diuji dikendalikan oleh sedikit gen.
Collections
- MT - Agriculture [3683]