Studi Odonata pada Berbagai Habitat Basah di Wilayah Bogor: Keanekaragaman, Struktur Komunitas, dan Deskripsi Kehidupan
Abstract
Odonata atau capung yang terdiri dari capung biasa (Anisoptera) dan capung jarum (Zygoptera) merupakan bagian dari komponen keanekaragaman hayati Indonesia. Dalam beberapa dasawarsa belakangan ini dilaporkan telah terjadi penurunan jumlah spesies capung di Pulau Jawa, sebagai akibat dari berkurangnya habitat capung. Penelitian bertujuan menentukan keanekaragaman dan kekayaan spesies capung, menganalisis hubungan antara beberapa peubah habitat dengan komunitas capung, dan menyusun deskripsi singkat tentang kehidupan berbagai jenis capung yang terdapat di wilayah Bogor.
Penelitian dilakukan sejak Oktober 2016 hingga Agustus 2017 dan dilanjutkan hingga Mei 2018 di berbagai habitat basah yang meliputi curug, situ, sungai dan sawah. Pengamatan capung di sungai, curug dan sawah dilakukan melalui penelusuran transek sepanjang 1 km, sedangkan di situ dengan cara mengelilinginya. Keanekaragaman spesies capung pada setiap tipe habitat diukur dengan indeks Shannon Weiner (H’), indeks Simpson (1-D), indeks Pielou (J), indeks Margalef (DMg), dan indeks Berger-Parker (d). Keanekaragaman spesies pada berbagai habitat dibandingkan dengan profil keanekaragaman Renyi (Hα). Banyaknya spesies capung yang ditemukan di setiap habitat dibandingkan melalui kurva rarefaksi (rarefaction curve). Pola kemiripan komposisi spesies antara berbagai habitat diperiksa dengan non-metric multidimensional scaling (NMDS), analisis klaster (cluster analysis), dan analysis of similarities (ANOSIM); ketiganya menggunakan indeks kemiripan Bray-Curtis. Pemeriksaan hubungan antara komunitas capung dengan berbagai peubah lingkungan menggunakan canonical correspondence analysis. Seluruh analisis tersebut dilakukan dengan program PAST 3. Estimasi kekayaan spesies dihitung menggunakan tujuh penduga non-parametrik (ACE, ICE, Chao 1, Chao 2, Jackknife 1, Jackknife 2, dan Bootstrap) yang tersedia pada program Estimates 9.1. Ketuntasan inventarisasi dihitung sebagai rataan persentase dari banyaknya spesies yang dijumpai terhadap setiap penduga kekayaan spesies. Selain itu, berdasarkan hasil pengamatan lapangan dan studi pustaka disusun deskripsi singkat tentang kehidupan berbagai jenis capung yang terdapat di wilayah Bogor.
Hasil penelitian menunjukkan terdapat 59 spesies capung di Bogor, dengan perincian 40 spesies merupakan capung dan 19 spesies capung jarum. Spesies-spesies tersebut tergolong dalam dua subordo dan 10 famili, yaitu subordo Anisoptera meliputi Aeshnidae, Gomphidae, Macromiidae, dan Libellulidae, serta subrodo Zygoptera yang meliputi Platystictidae, Calopterygidae, Chlorocyphidae, Euphaeidae, Platycnemididae, dan Coenagrionidae. Setiap spesies capung yang dijumpai tersebut memiliki perilaku dan ekologi yang berbeda meskipun tergolong dalam subordo atau bahkan dalam famili yang sama. Secara umum spesies capung yang dijumpai merupakan jenis aktif pada siang hari, namun dijumpai juga spesies yang aktif pada malam hari dan atau sore hari, seperti Zyxomma obtusum Albarda, Z. petiolatum Rambur, Tholymis tillarga (Fabricius)
(Libellulidae), Gynacantha subinterrupta Rambur, dan Amphiaeschna ampla (Rambur) (Aeshnidae).
Sebagian besar spesies capung umum dijumpai pada habitat perairan yaitu situ, sungai, curug, dan sawah. Namun demikian, beberapa spesies dijumpai pada habitat tertentu seperti Drepanosticta gazella Lieftinck (Platystictidae) yang hanya dijumpai sekali di Curug Cikaracak. Secara umum, keanekaragaman dan kekayaan spesies capung dan capung jarum lebih tinggi di situ, sungai, dan curug daripada di sawah. Tatanan komposisi spesies pada berbagai habitat tampak dari hasil analisis NMDS. Komposisi spesies tiap habitat membentuk bidang yang terpisah dan berbeda nyata melalui uji ANOSIM. Pola tatanan komposisi spesies tersebut tampak lebih jelas pada hasil analisis kluster. Habitat yang memiliki komposisi spesies yang mirip terletak berdekatan satu sama lain. Analisis lebih lanjut dengan CCA menunjukkan bahwa kehadiran dan kelimpahan beberapa spesies capung dan capung jarum dipengaruhi oleh elevasi, suhu, dan kelembapan relatif.
Berdasarkan berbagai penduga nonparametrik, diperkirakan terdapat 64 spesies capung dan capung jarum di Bogor. Sebanyak 92% spesies capung di wilayah Bogor telah dijumpai pada penelitian. Terdapat enam spesies terkategori endemik di Jawa yang teramati selama penelitian, yaitu Rhinocypha fenestrata (Burmeister), R. heterostigma Rambur (Chlorocyphidae), D. gazella, Drepanosticta sundana (Kruger) (Platystictidae), Agriocnemis minima Selys (Coenagrionidae) dan Amphiaeschna ampla. Dari segi kelimpahan individu, jenis yang paling banyak ditemukan adalah capung Orthetrum sabina (Drury), Brachythemis contaminata (Fabricius), Pantala flavescens (Fabricius) (Libellulidae), dan Vestalis luctuosa (Burmeister) (Calopterygidae). Namun Libellulidae menjadi satu-satunya famili dengan anggota spesies yang mampu menempati semua tipe habitat, yaitu Diplacodes trivialis (Rambur), Neurothemis fluctuans (Fabricius), Neurothemis ramburii (Brauer), N. terminata (Ris), Orthetrum chrysis (Selys), O. pruinosum (Burmeister), O. sabina, O. testaceum (Burmeister) dan P. flavescens. Sebaliknya, terdapat spesies yang hanya dijumpai pada kondisi habitat tertentu seperti, D. gazella dan D. sundana dijumpai pada habitat perairan bersih, bervegetasi, dan pada ketinggian lebih dari 700 m dpl, V. luctuosa dan Euphaea variegata (Rambur) (Euphaeidae) dijumpai pada perairan bersih, mengalir, dan bervegetasi, R. heterostigma dijumpai pada ketinggian lebih dari 700 m dpl, dan Epophthalmia vittata Burmeister (Macromiidae) dijumpai pada perairan menggenang.
Keseluruhan hasil penelitian menunjukkan pentingnya disusun strategi konservasi dan preservasi berbagai habitat perairan tawar. Tanpa upaya konservasi diperkirakan kelangsungan hidup sebagian spesies capung akan terus terancam karena hilangnya habitat capung, sebagai akibat alih fungsi lahan dan pencemaran lingkungan perairan tawar.
Collections
- MT - Agriculture [3677]