Analisis Penggunaan Lahan dan Arahan Pengelolaan di Taman Nasional Gunung Maras dan Area Penyangganya
View/ Open
Date
2018Author
Handoyoseputro, Kurniawan
Sutandi, Atang
Pribadi, Didit Okta
Metadata
Show full item recordAbstract
Taman Nasional Gunung Maras (TNGM) merupakan salah satu taman
nasional yang berada di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung yang ditetapkan pada
tahun 2016 oleh Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan. Kawasan TNGM
terdiri dari ekosistem hutan hujan tropika pegunungan rendah dan ekosistem
mangrove dengan keragaman flora endemik khas Bangka serta satwa Mentilin
(Tarsius bancanus) yang merupakan maskot Bangka Belitung. Dinamika
perubahan penggunaan/penutupan lahan terjadi di dalam TNGM dan di daerah
penyangganya disebabkan oleh peningkatan jumlah penduduk dan aktivitas
ekonomi berupa pertanian, perkebunan dan pembangunan pemukiman memberikan
tekanan pada eksistensi kawasan Taman Nasional Gunung Maras.
Penelitian ini bertujuan untuk (a) menganalisis perubahan
penggunaan/penutupan lahan di Taman Nasional Gunung Maras (b) menganalisis
tingkat perkembangan desa di sekitar wilayah Taman Nasional Gunung Maras (c)
menyusun model perubahan penggunaan lahan dan (d) merumuskan Arahan
kebijakan pengelolaan daerah penyangga Taman Nasional Gunung Maras.
Penggunaan lahan diidentifikasi dengan penafsiran citra satelit Landsat pada 3 titik
tahun yaitu tahun 2002, 2009 dan 2016 dan tingkat perkembangan wilayah
dianalisis menggunakan skalogram. Pemodelan penggunaan lahan pada penelitian
ini menggunakan Artificial Neural Network (ANN) dan CA Markov yang diolah
dengan Land Change Modeler (LCM) yang dikembangkan oleh IDRISI. Tahapan
analisis untuk membuat model menggunakan software IDRISI terdiri dari analisis
perubahan, pemodelan perubahan penggunaan lahan, dan proyeksi penggunaan
lahan.Sintesis penelitian ini berupa arahan kebijakan pengelolaan disusun secara
deskriptif berdasarkan skenario model.
Berdasarkan intepretasi citra satelit terdapat 13 kelas penggunaan/penutupan
lahan di Taman Nasional Gunung Maras menurut klasifikasi penutupan lahan
Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (Perdirjen Planologi Kehutanan
Nomor: P.1/VII-IPSDH/2015 tentang Pedoman Pemantauan Penutupan Lahan).
Hasil interpretasi citra tiga titik tahun pada TNGM dan daerah penyangganya
menunjukkan bahwa secara umum penggunaan/penutupan lahan didominasi oleh
tujuh jenis penggunaan yaitu pertanian lahan kering campur semak, perkebunan,
semak belukar, pertambangan, hutan mangrove sekunder, semak belukar rawa,
hutan lahan kering sekunder, tanah terbuka, pertanian yang mencapai 97,60%.
Perkembangan wilayah di kawasan TNGM ini ditandai dengan peningkatan nilai
IPD rata-rata dari 14.15 (2003) menjadi 16.60 (2011) kemudian menjadi 24.46
(2014). Terdapat dua desa yang termasuk dalam hirarki I pada tahun 2003 dan
tahun 2011, kemudian terjadi peningkatan hirarki menjadi 3 desa berhirarki I di
tahun 2014. Pemodelan menggunakan IDRISI menunjukkan bahwa terdapat 28
kelas perubahan penggunaan lahan dengan faktor pendorong yang memiliki
pengaruh perubahan berupa kepadatan penduduk, jarak ke jalan dan jarak ke hutan.
Hasil validasi mendapatkan nilai Kappa 0.82 dimana nilai ini menunjukkan bahwa
prediksi penggunaan lahan tahun 2016 mempunyai kesesuaian yang sangat baik
terhadap peta penggunaan lahan tahun 2016. Arahan rekomendasi kebijakan
pengelolaan adalah pada bagian selatan TNGM dengan pemanfaatan jasa
lingkungan terutama wisata alam gunung Maras, tindakan penegakan hukum jika
diperlukan untuk perambahan kawasan yaitu aktivitas pertambangan di sebelah
utara TNGM, serta mengeluarkan area pemukiman (enclave) dari kawasan hutan
dan dilakukan tata batas.
Collections
- MT - Agriculture [3682]