Show simple item record

dc.contributor.advisorPurwanto, Yanuar
dc.contributor.advisorSutjahyo, Surjono
dc.contributor.advisorPramudya, Bambang
dc.contributor.authorRosadi
dc.date.accessioned2018-07-30T01:27:11Z
dc.date.available2018-07-30T01:27:11Z
dc.date.issued2018
dc.identifier.urihttp://repository.ipb.ac.id/handle/123456789/92536
dc.description.abstractPembangunan merupakan memanfaatkan sumber daya alam dan lingkungan dengan menggunakan teknologi yang relevan dan bertujuan meningkatkan kualitas hidup masyarakat yang bersangkutan. Berkaitan dengan hal tersebut, maka dalam pembangunan lebih ditekankan untuk mengenali sektor potensial yang perlu dikembangkan di suatu wilayah tersebut. Kabupaten Cianjur merupakan salah satu sentra produksi padi di Jawa Barat. Produksi padi di Kabupaten Cianjur pada tahun 2015 mencapai 772 706 ton dengan produktivitas 5.77 ton/ha, dan menyumbang sebesar 7.12% terhadap produksi padi Jawa Barat (BPS 2016). Potensi pengembangan produksi padi di Kabupaten Cianjur sangat besar karena didukung dengan sumber daya air dan lahan. Daerah irigasi yang ada di Kabupaten Cianjur sebanyak 22 daerah irigasi dengan luas areal 23 685 ha (DPSDAP 2014). Penggunaan lahan pada masing-masing Daerah Irigasi di Kabupaten Cianjur hampir semuanya digunakan untuk pertanian. Menurut Dewi (2014), khusus penggunaan lahan di Daerah Irigasi Cihea Kabupaten Cianjur sebesar 50.62% pertanian. Potensi sumberdaya alam yang dimiliki Kabupaten Cianjur seharusnya dikembangkan, tetapi berdasarkan pola ruang yang tertuang pada RTRW Kabupaten Cianjur Tahun 2011 – 2031 Daerah irigasi Cihea akan diprioritaskan menjadi kawasan industri. Hal tersebut akan berdampak pada pengurangan lahan yang sebagian besar adalah lahan pertanian yang sudah mempunyai jaringan irigasi teknis. Implikasinya akan menurunkan tingkat kesejahteraan petani. Kebijakan yang dilakukan pemerintah Kabupaten Cianjur belum mengarah pada kebijakan pembangunan berdasarkan potensi sumberdaya yang dimiliki, sehingga tujuan pembangunan yaitu meningkatkan kesejahteraan petani belum bisa tercapai. Pembangunan pertanian berbasis pengembangan agroindustri dalam hal ini, merupakan alternatif yang dapat digunakan dalam pembangunan. Agroindustri merupakan kegiatan yang dapat menciptakan kegiatan lain yang mempunyai nilai tambah. Pengembangan agroindustri diharapkan menghasilkan berbagai produk, bahkan dari produk yang tidak bernilai sama sekali menjadi suatu produk bernilai ekonomi tinggi. Penelitian ini dilakukan dengan tujuan utama merancang model pembangunan pertanian berkelanjutan berbasis pengembangan agroindustri. Metode yang digunakan adalah analisis Location Quotient (LQ) dan Differential Shift (DS) untuk mengidentifikasi komoditas unggulan, analisis multidimensional scaling (MDS) untuk melihat status keberlanjutan pembangunan pertanian, analisis Interpretative Structural Modelling (ISM) untuk menstrukturkan kelembagaan pembanguanan pertanian, dan untuk membangun model pertanian berkelanjutan berbasis pengembanan agroindustri menggunakan sistem dinamik. Subsektor tanaman pangan merupakan basis pembangunan pertanian di Daerah Irigasi Cihea dengan komoditas unggulan yaitu komoditas padi. Apabila dilihat status keberlanjutan pembangunan pertanian berbasis pengembangan agroindustri di Daerah Irigasi Cihea masuk pada katagori kurang berkelanjutan dengan nilai indeks keberlanjutan sebesar 40.96. Sedangkan faktor yang dapat meningkatkan tingkat keberlanjutan pada Daerah Irigasi Cihea adalah alih fungsi lahan, penggunaan pupuk, pemanfaatan hasil samping padi, penguasaan lahan sawah, mekanisme bagi hasil tanah garapan, status kepemilikan lahan sawah, pola pengelolaan sawah, partisipasi anggota keluarga, frekuensi pelatihan, ketersediaan industri pengolahan, peran kelompok tani, dan kesesuaian bantuan pemerintah. Tujuan pengembangan agroindustri adalah meningkatnya pendapatan petani dan terbentuknya kelompok usaha bersama. Untuk terciptanya tujuan pengembangan agroindustri tersebut dibutuhkan pelaku yang mempunyai daya gerak yang besar yang dapat mendorong pelaku-pelaku yang lainnya ikut terlibat dalam pengembangan agroindustri, yaitu: petani, kelompok usaha bersama, dan pemerintah desa. Sedangkan kendala dalam pengembangan agroindustri yaitu masih lemahnya kelembagaan usaha bersama dan kepemilikan lahan sawah yang sempit. Agar pengembangan agroindustri berjalan, kebutuhan yang diperlukan yaitu pendampingan usaha bersama dan adanya jaminan pasar terhadap produk yang dihasilkan agroindustri. Perubahan yang dimungkinkan supaya pengembangan agroindustri berhasil adalah perubahan keterampilan petani. Hasil simulasi sistem dinamik model pengembangan agroindustri berbasis pertanian padi menunjukkan bahwa sawah akan dikonversi menjadi jumlah yang relatif kecil yaitu 1.19%. Pembangunan pertanian berkelanjutan berbasis pengembangan agroindustri akan memberikan nilai tambah bagi petani sebesar 2 kali lipat dari pendapatan petani sebelumnya. Bertambahnya pendapatan petani diharapkan dapat mengurangi keinginan petani untuk menjual lahan sawahnya sehingga dapat mengurangi lahan sawah yang terkonversi.id
dc.language.isoidid
dc.publisherIPB (Bogor Agricultural University)id
dc.subject.ddcEnvironmental Sciencesid
dc.subject.ddcSustainabe Developmentid
dc.subject.ddc2016id
dc.subject.ddcCianjur, Jawa Baratid
dc.titleModel Pembangunan Pertanian Berkelanjutan Berbasis Pengembangan Agroindustri di Daerah Irigasi Cihea Kabupaten Cianjurid
dc.typeDissertationid
dc.subject.keywordAgroindustriid
dc.subject.keywordDSid
dc.subject.keywordISMid
dc.subject.keywordLQid
dc.subject.keywordMDSid
dc.subject.keywordSistem Dinamikid


Files in this item

Thumbnail

This item appears in the following Collection(s)

Show simple item record