Pemberian Ransum Tempe dalam Meningkatkan Status Antioksidan dan Memperbaiki Profil Sel Beta Pankreas Tikus Diabetes Melitus
View/ Open
Date
2018Author
Nurwati
Astawan, Made
Palupi, Nurheni Sri
Wresdiyati, Tutik
Metadata
Show full item recordAbstract
Diabetes merupakan jenis penyakit degeneratif yang jumlahnya terus meningkat dari tahun ke tahun. Penderita DM di dunia meningkat dari 171 juta pada tahun 2000 menjadi 366 juta pada tahun 2030 (Bilous dan Donelly 2014). Jumlah diabetes melitus di Indonesia usia diatas 15 tahun hasil Riskesdas tahun 2013 sebesar 6,9% (sekitar 12 juta jiwa), toleransi glukosa terganggu 29,9% (sekitar 52 juta jiwa), dan glukosa darah puasa terganggu 36,6% (sekitar 64 juta jiwa). Hasil ini lebih tinggi dua kali lipat dibanding tahun 2007 dan ternyata proporsi di pedesaan tidak lagi lebih rendah dibanding perkotaan (Kemenkes RI 2014). Tempe merupakan bahan pangan berasal dari olahan kedelai yang memiliki protein hingga 40-44% dan Isoflavon 0.25% dan memiliki efek hipoglikemik serta mengurangi resiko diabetes melitus (Astawan et al. 2013). Isoflavon aglikon memiliki bioaksesibilitas hingga mencapai 100% dan jumlahnya lebih tinggi dibanding produk tahu (Mo et al. 2013). Pemberian isoflavon dapat mengatasi penurunan superoksida dismutase dan mencegah peningkatan kadar malonaldehida (MDA) jaringan hati tikus pada kondisi stres oksdiatif (Suarsana 2013).
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh pemberian ransum tepung tempe kedelai (TK) dan tempe kecambah kedelai (TKK) pada tikus diabetes terhadap profil sel beta pankreas dan status antioksidan. Tahapan penelitian ini adalah pembuatan tempe dan tepung tempe dari kedelai dan kecambah kedelai, uji in vivo, uji biokimia dan uji histologi. Penelitian ini menggunakan uji in vivo 28 tikus putih Sparague Dawley usia dua bulan dengan empat kelompok perlakuan yakni kelompok tikus kontrol ransum standar (K-), tikus diabetes dengan ransum standar (K+), tikus diabetes ransum tempe kedelai (TK), dan tikus diabetes dengan ransum tempe kecambah kedelai (TKK). Pengamatan yang dilakukan adalah penghitungan jumlah ransum yang dikonsumsi setiap hari, pengukuran berat badan setiap 2 hari, dan pengukuran glukosa darah setiap 4 hari. Uji biokimia dilakukan dengan uji malonaldehida (MDA) dan superoksida dismutase (SOD) hati, serta uji histologi pada organ pankreas tikus. Hasil penelitian ini duji statistik menggunakan RAL (Rancangan Acak Lengkap) di uji dengan ANOVA menggunakan software SPSS16/Microsoft excel, dan jika terdapat perbedaan akan diuji lanjut dengan uji Duncan.
Tepung tempe kedelai (TK) dan tepung tempe kecambah kedelai (TKK) memiliki potensi antidiabetes. Tempe Kedelai (TK) berpotensi lebih baik dalam menurunkan glukosa darah, MDA, meningkatkan enzim SOD, dan memperbaiki kerusakan sel beta pankreas dibanding TKK dan K+. Tepung tempe kecambah kedelai (TKK) lebih baik dalam menurunkan MDA, meningkatkan SOD, dan memperbaiki kerusakan sel beta pankreas pada tikus diabetes dibanding kelompok ransum dari kasein (K+).
Collections
- MT - Agriculture Technology [2207]