Show simple item record

dc.contributor.advisorMachfud
dc.contributor.advisorSuryani, Ani
dc.contributor.advisorSutrisno
dc.contributor.authorAnujuprana, Anggara Hayun
dc.date.accessioned2018-04-11T03:25:50Z
dc.date.available2018-04-11T03:25:50Z
dc.date.issued2013
dc.identifier.urihttp://repository.ipb.ac.id/handle/123456789/91270
dc.description.abstractSektor pertanian memiliki kerentanan terhadap perubahan iklim. Umumnya, para ilmuwan iklim menyimpulkan kerentanan terhadap perubahan iklim mempengaruhi produksi pangan. Produksi pangan kemungkinan akan menurun di negara-negara berkembang, sedangkan negara maju dapat mengambil manfaat dengan adanya perubahan iklim. Dampak yang berbeda terjadi karena faktor fisik, faktor sosial ekonomi dan letak lintang. Negara yang terletak pada lintang yang lebih tinggi (zona sedang) sehingga pertanian dapat mengambil manfaat dari iklim yang lebih hangat. Negara yang terletak di lintang rendah (tropis), dimana sebagian besar tanaman telah mencapai ambang batas iklim sehingga hasil panen kemungkinan akan terpengaruh bahkan dengan perubahan kecil dalam iklim. Sedangkan faktor sosial ekonomi terkait dengan dukungan sumber daya ekonomi untuk meredam dampak negatif dari perubahan iklim. Perubahan iklim merupakan kondisi beberapa unsur iklim yang magnitude dan/atau intensitasnya cenderung berubah atau menyimpang dari dinamika dan kondisi rata-ratanya menuju ke arah tertentu (meningkat/menurun). Perubahan pola curah hujan merupakan indikator yang paling penting untuk melihat apakah suatu daerah telah terjadi perubahan iklim atau tidak. Perubahan pola curah hujan ditandai dengan terlambatnya awal musim hujan dan akhir musim hujan yang terjadi lebih cepat. Musim hujan terjadi lebih singkat dengan intensitas curah hujan yang tinggi. Pola curah hujan bervariasi menurut skala ruang dan waktu, sehingga curah hujan di suatu wilayah tertentu akan memiliki karakteristik yang berbeda dengan wilayah lainnya. Kabupaten Karawang sebagai daerah penelitian terletak pada Zona Musim 60, 64, 65, dan 66. Zona Musim 60 adalah Karawang Utara Bagian Barat, Zona Musim 64 adalah Karawang bagian utara, Zona Musim 65 adalah Karawang bagian tengah, dan Zona Musim 66 adalah Karawang Bagian Selatan. Berdasarkan data curah hujan dasarian periode 1981-2010 di Kabupaten Karawang dari Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG), awal musim hujan di seluruh Zona Musim Kabupaten Karawang cenderung lebih cepat dan panjang musim hujan di hampir keseluruhan Zona Musim (kecuali Zona Musim 60) semakin pendek dengan intensitas curah hujan cenderung lebih tinggi. Perubahan awal musim hujan dan semakin pendeknya musim hujan dengan intensitas cenderung lebih tinggi menandakan bahwa di Kabupaten Karawang telah terjadi perubahan iklim. Dampak perubahan iklim adalah penurunan kualitas gabah dan/atau rendemen beras dan meningkatnya frekwensi gagal panen akibat kondisi iklim yang ekstrim. Kemampuan teknologi pascapanen petani padi diuji apakah mampu atau tidak dalam menghadapi kondisi iklim ekstrim. Beberapa ahli berpendapat bahwa para petani dan lembaga pendukungnya akan merespon kondisi iklim ekstrim melalui inovasi teknologi untuk meminimalkan kehilangan hasil dari iklim ekstrim yang merusak atau memanfaatkan iklim ekstrim tersebut sehingga lebih menguntungkan. Dukungan kebijakan teknologi pascapanen petani padi diperlukan untuk meningkatkan kemampuan teknologi petani padi dan memperkuat lembaga pendukung petani sehingga mampu menghadapi kondisi iklim ekstrim. Dengan kebijakan teknologi, upaya untuk meningkatkan dan mengembangkan kemampuan teknologi secara menyeluruh dan terpadu menuju arah pembangunan industri, ekonomi, dan sosial kepada tujuan yang diinginkan dapat dicapai. Penelitian ini dilatarbelakangi oleh upaya untuk menjawab permasalahan yang dihadapi oleh petani dan industri penggilingan padi dalam menghadapi kondisi iklim ekstrim, yaitu bagaimana kesiapan kebijakan-kebijakan pemerintah yang ada dalam mendukung petani dan industri penggilingan padi untuk menghadapi kondisi iklim ekstrim; sudah sejauhmana kemampuan teknologi pada petani dan industri penggilingan padi dapat menghadapi kondisi iklim ekstrim; dan kebijakan teknologi apa saja yang diperlukan untuk meningkatkan kemampuan teknologi pada petani dan industri penggilingan padi sehingga dapat menjaga kontinuitas produksi beras dengan kualitas dan kuantitas yang baik meskipun terjadi kondisi iklim ekstrim. Tujuan umum dari penelitian ini adalah menghasilkan model untuk kebijakan teknologi dalam menghadapi kondisi iklim ekstrim pada agroindustri beras. Secara khusus, penelitian ini bertujuan memperoleh hasil evaluasi kebijakan pemerintah terkait dengan dukungan kebijakan terhadap agroindustri beras pada saat terjadi kondisi iklim ekstrim; mengetahui tingkat kemampuan teknologi pada agroindustri beras saat ini terutama dalam menghadapi kondisi iklim ekstrim; dan menghasilkan formulasi kebijakan teknologi yang dapat meningkatkan kemampuan teknologi pada agroindustri beras, sehingga dapat menghadapi kondisi iklim ekstrim. Kerangka pikir dari model kebijakan teknologi dalam menghadapi kondisi iklim ekstrim ini merupakan hasil integrasi dari beberapa model yang dikembangkan oleh para ahli, yaitu model evaluasi kebijakan yang dikembangkan oleh Dunn (1994) dan model pengukuran tingkat kemampuan teknologi yang dikembangkan oleh Ernst et al (1998). Hasil integrasi kedua model tersebut ditambahkan dengan formulasi kebijakan teknologi dan penentuan kategori perubahan iklim akan menghasilkan model kebijakan teknologi dalam menghadapi kondisi iklim ekstrim. Verifikasi dan validasi model dilakukan terhadap kemampuan teknologi dan dukungan kebijakan teknologi petani dan industri penggilingan padi di Kabupaten Karawang, Provinsi Jawa Barat sebagai salah satu sentra beras di Indonesia. Hasil verifikasi untuk kemampuan teknologi pascapanen padi pada petani diperoleh sebagian besar tingkat kemampuan teknologi pascapanen pada petani adalah sedang, kecuali pada aktivitas kerjasama pemasaran dan membina hubungan dengan industri penggilingan padi dan pedagang pengumpul, sedangkan untuk kemampuan teknologi pascapanen padi pada industri penggilingan padi sebagian besar adalah sedang, kecuali pada aktivitas kerjasama pemasaran dengan pedagang beras di pasar lokal dan membina hubungan dengan petani dan industri penggilingan padi lainnya adalah tinggi, serta membina hubungan dengan BMKG adalah rendah. Hasil verifikasi untuk evaluasi kebijakan teknologi pascapanen padi pada petani dan industri penggilingan padi secara keseluruhan aktivitas pascapanen adalah sedang. Hasil verifikasi untuk formulasi kebijakan teknologi adalah kebijakan teknologi pascapanen padi di Kabupaten Karawang sesuai dengan salah satu skenario kebijakan yang telah disusun. Validasi dilakukan terhadap 4 (empat) hal yaitu validasi aspek pengukuran kemampuan teknologi dan kriteria evaluasi kebijakan, validasi hasil pengukuran kemampuan teknologi berupa tingkat kemampuan teknologi, validasi hasil evaluasi kebijakan teknologi berupa tingkat dukungan kebijakan teknologi, dan validasi terhadap formulasi kebijakan teknologi. Proses validasi diawali dengan validasi pakar mengenai aspek dan sub aspek yang digunakan untuk menentukan ukuran dalam menilai kemampuan teknologi aktivitas pascapanen pada petani dan industri penggilingan padi. Hasil validasi menunjukkan bahwa empat hal yang divalidasi adalah valid.id
dc.language.isoidid
dc.publisherIPB (Bogor Agricultural University)id
dc.subject.ddcFarm managementid
dc.subject.ddcFarm technologyid
dc.titleModel Engineering for Technology Policy in Dealing with Extreme Climate for Rice Agroindustry.id
dc.typeDissertationid
dc.subject.keywordkebijakan teknologiid
dc.subject.keywordkemampuan teknologiid
dc.subject.keyworddukungan kebijakan teknologiid
dc.subject.keywordiklim ekstrimid


Files in this item

Thumbnail

This item appears in the following Collection(s)

Show simple item record