dc.description.abstract | Peraturan pemerintah menetapkan jarak penyangga selebar 15 meter pada
sempadan sungai di perkotaan yang mengharuskan adanya ruang terbuka hijau dan
tidak memperbolehkan pendirian bangunan. Namun, pengetahuan dan pemahaman
dasar mengenai pentingnya hal tersebut tidak diketahui, sehingga masyarakat tidak
peduli pada jasa lanskap kanopi pohon dan menyebabkan okupasi lahan yang tidak
terkontrol pada tepi sungai. Beton dan sistem dinding tanah lainnya telah dibangun
untuk mencegah banjir dan erosi pada permukiman yang menempel pada sungai.
Lahan terbangun merupakan gangguan dari manusia yang dapat menyebabkan
perubahan kekayaan spesies pada vegetasi lantai di tepi Sungai Ciliwung di Kota
Bogor. Hal ini butuh dipelajari agar pemerintah dan masyarakat memiliki perhatian
pentingnya pengelolaan riparian sungai. Tujuan penelitian ini yaitu untuk menilai
kondisi ekologis, biologis dan fisik lanskap riparian Sungai Ciliwung di Kota
Bogor, menentukan model desain rekayasa ekologis yang dapat meningkatkan
kualitas lanskap riparian dan menyusun rekomendasi pengelolaan riparian pada
lanskap riparian Sungai Ciliwung di Kota Bogor. Penelitian ini menyurvei tutupan
pohon, rumput, bangunan, jalan dan sungai pada 4 sampel lokasi, panjang 250
meter dengan 15 meter lebar penyangga sungai dari tepi sungai dengan
menggunakan foto udara. Sampel ini merepresentasikan 14.43 km panjang Sungai
Ciliwung di Kota Bogor, Jawa Barat, Indonesia. Lima ratus titik survey secara acak
diidentifikasi ke dalam berbagai tipe tutupan lahan pada setiap lokasi sampel
dengan menggunakan i-Tree Canopy. Kemudian, i-Tree Canopy mengolah estimasi
jasa lanskap dari kanopi pohon. Point method dan sampling dengan fotografi
digunakan untuk penelitian vegetasi lantai. Lima replikasi dengan plot satu meter
persegi pada tiga transek ditempatkan pada empat lokasi sampel sepanjang 250
meter sungai di tiga tepi sungai yang berbeda. Foto dari plot tersebut diidentifikasi
dengan bantuan SamplePoint untuk mengatasi kesulitan dalam observasi dan
analisis vegetasi. Wawancara dan studi pustaka dibutuhkan dalam sintesis hasil
yang didapatkan.
Hasil menunjukkan bahwa tutupan lahan terbangun di riparian di sepanjang
riparian Kota Bogor pada lebar 15 meter yaitu masih ada sebanyak 27% atau 129
874±9 691.41 m2 dan tutupan vegetasi berkanopi sebanyak 62% atau 300 443±1
733.96 m2. Jasa lanskap total penyerapan CO, NO2, O3, SO2, CO2 dan penghilangan
debu dari tutupan vegetasi berkanopi sepanjang lanskap riparian Kota Bogor saat
ini bernilai USD 13 179.15 per tahun atau Rp 178 272 333 per tahun dan tambahan
penyimpanan CO2 pada pohon bernilai USD 11 327.04 atau Rp 153 220 329.
Kemudian, hasil analisis vegetasi lantai membuktikan bahwa keragaman spesies
pada riparian alami berbeda nyata dengan vegetasi lantai di tepi sungai semi-alami
dan buatan. Konstruksi pada tepi sungai sangat mempengaruhi keanekaragaman
spesies vegetasi lantai. Pengelolaan pada tepi sungai alami di riparian perkotaan
yaitu berupa konservasi dan proteksi. Kemudian, pengelolaan tepi sungai semialami
dengan peningkatan kondisi ekologis, pengevaluasian konstruksi bangunan
dan rehabilitasi dengan pendekatan rekayasa ekologis. Pada tepi sungai terbangun,
pengelolaan dengan sistem Bio-retaining wall dapat diaplikasikan sebagai alternatif
konstruksi masa depan untuk meningkatkan fungsi ekologis pada riparian
perkotaan yang terbangun.
Keywords: Ciliwung, rekayasa ekologis, riparian, tepi sungai perkotaan | id |