Show simple item record

dc.contributor.advisorHidayat, Yayat
dc.contributor.advisorMurtilaksono, Kukuh
dc.contributor.authorKusumawardani, Mawar
dc.date.accessioned2018-03-08T06:30:23Z
dc.date.available2018-03-08T06:30:23Z
dc.date.issued2017
dc.identifier.urihttp://repository.ipb.ac.id/handle/123456789/91169
dc.description.abstractDaerah aliran sungai (DAS) Cisangkuy memiliki fungsi sebagai penyangga lingkungan dan penyedia kebutuhan air bagi Kota dan Kabupaten Bandung. Penurunan kondisi hidrologi akan mengancam fungsi DAS tersebut. Fluktuasi debit pada DAS Cisangkuy ditunjukkan dengan adanya kejadian banjir pada musim hujan dan kekeringan pada musim kemarau. Debit tinggi Sungai Cisangkuy menjadi bagian dari kejadian banjir yang rutin terjadi setiap tahun di wilayah Dayeuhkolot, Baleendah, Soreang, Bojong Soang, dan Banjaran, Kabupaten Bandung. Kualitas air Sungai Cisangkuy perlu untuk diperhatikan. Hal ini terkait dengan fungsi DAS Cisangkuy sebagai penyangga kebutuhan air bersih. Kegiatan pertanian dan peternakan di wilayah DAS Cisangkuy akan mempengarui kualitas air Sungai Cisangkuy. Kedua kegiatan tersebut berpotensi mencemari tanah dan air di sekitarnya jika limbah kegiatan tidak diolah dengan baik. Berbagai upaya dan program dilakukan untuk mengelola kuantitas dan kualitas air. Upaya tersebut diantaranya penetapan kawasan hutan, Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW), dan rehabilitasi hutan dan lahan. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis kinerja model SWAT untuk memprediksi respon hidrologi dan kualitas air DAS Cisangkuy dan menganalisis respon hidrologi dan kualitas air terhadap penerapan skenario upaya pengendalian debit dan perbaikan kualitas air di DAS Cisangkuy. Hasil analisis respon hidrologi dan kualitas air DAS dapat digunakan untuk menentukan pengelolaan lahan terbaik. Model hidrologi SWAT (Soil and Water Assessment Tools) digunakan untuk mengkaji respon hidrologi dan kandungan unsur hara (N, NO3 dan NH4) pada berbagai skenario. Skenario yang diujikan berupa: (1) pemulihan kawasan hutan sesuai Peta Peruntukkan Kawasan Hutan SK No. 195 tahun 2003, (2) Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kabupaten Bandung, (3) Rencana Teknik Rehabilitasi Hutan dan Lahan (RTk-RHL) DAS Cisangkuy, dan (4) Agroforestri berbasis kopi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa model dapat digunakan untuk menduga respon hidrologi DAS Cisangkuy dengan nilai NSE kalibrasi sebesar 0.38 (memuaskan) dan nilai NSE validasi sebesar 0.43 (memuaskan). Penerapan skenario-skenario menghasilkan respon hidrologi yang beragam. Penggunaan lahan eksisting DAS Cisangkuy menghasilkan aliran permukaan sebesar 115.41 mm, aliran lateral sebesar 566.62 mm dan aliran dasar sebesar 369.09 mm. Penerapan skenario pertama menunjukkan penurunan aliran permukaan sebesar 17.89 mm (15.50%), kenaikan aliran lateral sebesar 20.36 mm (3.59%) dan penurunan aliran dasar sebesar 1.54 mm (0.42 %). Respon hidrologi skenario kedua menunjukkan kenaikan aliran langsung sebesar 40.46 mm (35.06%) dan penurunan aliran lateral serta aliran dasar masing-masing sebesar 43.38 mm (7.66%) dan 83.35mm (22.58%). Kenaikan aliran permukaan pada respon hidrologi skenario kedua berkaitan dengan peningkatan areal urban pada penggunaan lahan skenario kedua. Pada penggunaan lahan eksisting, areal urban seluas 1 344.39 ha sedangkan pada skenario kedua, luas areal urban menjadi 2 550.39 ha. Skenario ketiga dan keempat menunjukkan hasil penurunan aliran permukaan dan kenaikan aliran lateral serta aliran dasar. Pada skenario ketiga, aliran permukaan menurun sebesar 6.71 mm (5.81%), dan menaikkan aliran lateral sebesar 5.71 mm (1.01%) serta aliran dasar sebesar 0.42 mm (0.11 %). Skenario keempat menghasilkan penurunan aliran permukaan sebesar 32.89 mm (28.50%) dan menaikkan aliran lateral sebesar 16.72 mm (2.95%) serta aliran dasar sebesar 14.19 mm (3.84%). Kedua skenario menunjukkan hasil yang baik dari penurunan luas areal pertanian pada kemiringan lereng 15 – 25 % dan 25 -40 %. Nilai KAT hasil simulasi tidak menunjukkan perubahan. Simulasi penggunaan lahan eksisting, kawasan hutan, RTRW, dan menghasilkan nilai KAT sebesar 0.39. Skenario 4 menghasilkan nilai KAT sebesar 0.38. Keseluruhan simulasi menghasilkan nilai KAT dengan kategori Sedang. Penurunan kandungan organik N, NO3, dan NH4 terhadap hasil penggunaan lahan eksisting yang terbesar dihasilkan dari Skenario 2. Kandungan organik N, NO3, dan NH4 masing-masing mengalami penurunan sebesar 42.41 %, 43.07 %, dan 1.99 %. Hal ini berkaitan dengan penurunan luas areal pertanian pada skenario tersebut. Luas areal pertanian yang menurun, meski dengan input cemaran point source yang sama akan menghasilkan kandungan cemaran yang lebih sedikit. Penurunan luas areal pertanian menyebabkan input cemaran non-point source berkurang. Skenario 1 dan Skenario 4 menghasilkan penurunan kandungan organik N dan NO3. Penurunan kandungan organik N masing-masing skenario sebesar 2 066.37 kg (1.25 %) dan 682.27 kg (0.41%). Hasil penurunan NO3 Skenario 1 lebih besar daripada Skenario 4. Skenario 1 berhasil menurunkan kandungan NO3 sebesar 34 666.87 kg (21.05 %). Penurunan kandungan NO3 dari penerapan Skenario 4 hanya sebesar 0.37 kg (0.0002 %). Penurunan aliran permukaan dihasilkan oleh Skenario 1, 3 dan 4. Skenario 2 berhasil menurunkan kadar kandungan cemaran dan meningkatkan kualitas air. Dengan demikian, keempat skenario perlu diterapkan untuk mencapai respon hidrologi dan kualitas air terbaik.id
dc.language.isoidid
dc.publisherIPB (Bogor Agricultural University)id
dc.subject.ddcWater Sheds Managementid
dc.subject.ddcWatershedid
dc.subject.ddc2017id
dc.subject.ddcBandung, Jawa Baratid
dc.titleAnalisis Respon Hidrologi dan Kualitas Air DAS Cisangkuy.id
dc.typeThesisid
dc.subject.keywordmodel SWATid
dc.subject.keywordpengelolaan lahanid
dc.subject.keywordkalibrasiid
dc.subject.keywordvalidasiid


Files in this item

Thumbnail

This item appears in the following Collection(s)

Show simple item record