Show simple item record

dc.contributor.advisorPurwanto, Bagus Priyo
dc.contributor.advisorGhulamahdi, Munif
dc.contributor.advisorFuah, Asnah M
dc.contributor.advisorSalundik
dc.contributor.advisorRidwan, Wonny Ahmad
dc.contributor.authorTani, Sri Arnita Abu
dc.date.accessioned2018-02-22T01:56:28Z
dc.date.available2018-02-22T01:56:28Z
dc.date.issued2017
dc.identifier.urihttp://repository.ipb.ac.id/handle/123456789/90892
dc.description.abstractPenelitian ini secara umum bertujuan untuk mengkaji penerapan integrasi sapi potong dan tanaman pangan di lahan pasang surut. Secara khusus tujuan penelitian (1) menguji dampak pemberian bio-slury, kompos kotoran sapi dan kapur terhadap produktivitas dan limbah tanaman pangan serta pendapatan petani melalui implementasi integrasi sapi potong dan tanaman pangan di lahan pasang surut (2) menguji pengaruh pemberian Silase Probiotik Molasses (SIPROMO) limbah tanaman pangan sebagai pakan suplemen terhadap produktivitas sapi potong (3) mengevaluasi emisi gas rumah kaca (CH4,N2O dan CO2) hasil integrasi sapi potong dan tanaman pangan di lahan pasang surut tipe C. Penelitian dilaksanakan di desa Simpang Kecamatan Berbak Kabupaten Tanjung Jabung Timur di lahan pasang surut tipe C dengan kedalam pirit < 50 cm. Waktu pengamatan dimulai dari bulan April 2014 sampai dengan Agustus 2015. Penelitian dilakukan dalam 3 tahap yakni sapi potong dengan tanaman kedelai, sapi potong dengan tanaman jagung dan sapi potong dengan tanaman padi dengan mengimplementasikan model pertanian tekno-ekologis melalui adopsi teknologi budidaya jenuh air (BJA) dan jajar legowo serta silase Probiotik Molasses (SIPROMO). Hasil pengujian menunjukkan bahwa aplikasi kapur, kompos kotoran sapi dan bioslury (LA,CA,SA) dengan input produksi yang sama terhadap produktivitas kedelai menghasilkan produksi kedelai ha-1 2.62, 260, 2.68 ton lebih tinggi dari pada produktivitas kedelai pada lahan tanpa aplikasi amelioran (NA) yakni 1.89 ton. Produksi jagung diperoleh ha-1 6.30,6.59,7.29 ton pada lahan yang diapilikasi kapur, kompos dan bio-slury dibandingkan produksi jagung pada lahan tanpa aplikasi amelioran (NA) dengan produksi ha-1 4.86 ton. Pada tanaman padi implementasi budidaya jenuh air (BJA) dan jajar legowo dengan aplikasi kapur, kompos dan bio-slury diperoleh produksi ha-1 4.43 , 5.53, 5.72 ton lebih tinggi dari produksi padi pada lahan tanpa aplikasi amelioran (NA) ha-1 yakni 4.04 ton. Produksi limbah tanaman pangan erat hubungannya dengan produksi tanaman pangan, semakin tinggi produksi tanaman pangan, limbah yang dihasilkan semakin tinggi pula. Limbah tanaman pangan yang diperoleh dari lahan yang di aplikasikan kapur, kompos dan bio-slury (LA, CA,dan SA) pada tanaman kedelai menghasilkan limbah ha-1 5.41, 5.45, 5.59 ton, tanaman jagung 12.73,12.92 dan 12.64 ton dan tanaman padi 6.65, 8.29 dan 8.59 ton, produksi limbah tanaman pangan ini lebih tinggi dari produksi limbah tanaman pangan pada lahan tanpa aplikasi amelioran ha-1 yakni 4.32 ton,11.40 ton dan 6.06 ton. Tingginya produksi tanaman pangan beserta limbah tanaman pangan disebabkan adanya kombinasi implementasi teknologi budidaya jenuh air (BJA) dan aplikasi berbagai amelioran (kapur, kompos dan bio-slury) yang dapat mencegah terjadinya oksidasi pirit di lahan pasang surut sebagai akibat meningkatnya pH tanah. Limbah tanaman pangan yang diperoleh dapat dijadikan sebagai bahan pakan ternak sapi. Daya dukung limbah tanaman pangan sebagai pakan sapi potong dalam bahan kering (BK ha-1) ini dapat menampung 7-8 ST dalam 3 musim tanam (MT). Limbah tanaman pangan yang diolah menjadi silase probiotik molasses (SIPROMO) sebagai feed suplemen dapat meningkatkan konsumsi bahan kering (BK) 5.04-7.93 kg e-1hr-1 dan konsumsi protein ransum 406.72- 635.0 gr e-1hr -1. Pertambahan bobot badan harian (PBBH) pada sapi yang diberi silase probiotik molasses (SIPROMO) limbah tanaman pangan mencapai 0.30- 0.32 kg e-1hr-1. Pemberian silase probiotik molasses (SIPROMO) limbah tanaman pangan sebagai feed suplemen cukup palatabel walaupun pencapaian pertambahan bobot badan harian (PBBH) belum optimal. Evaluasi emisi gas rumah kaca (GRK) hasil dari integrasi sapi potong dan tanaman pangan menunjukkan bahwa aplikasi kapur pada lahan meningkatkan emisi gas rumah kaca (GRK). Aplikasi bio-slury pada lahan menurunkan emisi gas rumah kaca (GRK). Jika dibandingkan dengan emisi gas rumah kaca (GRK) dari lahan tanpa aplikasi amelioran, penurunan emisi gas rumah kaca (GRK) pada aplikasi bio-slurry sebesar 20.76 % (kedelai), 15.04% (jagung) dan 72.30% (padi). Aplikasi kapur meningkatkan emisi gas rumah kaca (GRK) dikarenakan kapur yang diaplikasikan pada tanah akan menghasilkan suatu reaksi melepaskan CO2, dimana gas CO2 merupakan salah satu gas yang berkontribusi terjadinya emisi gas rumah kaca (GRK ). Penurunan emisi gas rumah kaca (GRK) pada aplikasi bioslury diperkirakan gas metan (CH4) yang dihasilkan dari kotoran sapi telah digunakan untuk pembakaran dan menghasilkan energi, sehingga bio-slury yang dihasilkan menjadi stabil dan bisa langsung dijadikan sumber pupuk tanpa terjadinya reaksi dalam tanah, menghasilkan nutrisi bagi tanah sehingga bisa diserap oleh tanah. Penumpukan kotoran sapi dalam jangka panjang tanpa dimanfaatkan sebagai sumber pupuk organik secara optimal, akan berkontribusi terhadap emisi CH4 dan CO2 yang besar perannya dalam menghasilkan emisi gas rumah kaca (GRK). Oleh karena itu perlu dilakukan manajemen pengolahan limbah ternak sapi untuk menjadi kompos ataupun biogas (bioslury) sebagai sumber amelioran ataupun pupuk. Kajian tentang pendapatan petani dari dari usahatani terintegrasi (sapi dan tanaman pangan) melalui model pertanian tekno-ekologis di lahan pasang surut akan menghasil pendapatan lebih tinggi, dibandingkan dengan usahatani non integrasi. Pendapatan tertinggi diperoleh, jika petani mengimplementasikan usahatani terintegrasi (sapi dan tanaman pangana) melalui pemanfaatan seluruh limbah dari ternak sapi dan tanaman pangan secara menyeluruh. Pemanfaatan kotoran sapi tidak hanya sebagai kompos tapi juga sumber biogas, sehingga terjadinya efisiensi biaya rumah tangga, dan sumber pupuk . Pola usaha tani terintegrasi (sapi dan tanaman pangan) ini akan mengefisienkan biaya produksi dalam budidaya tanaman pangan. Kesimpulan, pemanfaatan bio-slurry dalam integrasi sapi potong dan tanaman pangan melalui model pertanian tekno-ekologis di lahan pasang surut meningkatkan produktifitas tanamanan pangan, limbah tanaman pangan, menurunkan emisi gas rumah kaca (GRK), serta meningkatnya pendapatan petani.id
dc.language.isoidid
dc.publisherIPB (Bogor Agricultural University)id
dc.subject.ddcAnimal Productionid
dc.subject.ddcCattleid
dc.subject.ddc2017id
dc.subject.ddcTanjung Jabung, Jambiid
dc.titleIntegrasi Sapi Potong dan Tanaman Pangan Di Lahan Pasang Surut Tipe C Kabupaten Tanjung Timur Provinsi Jambi (Model Pertanian Techno-Ekologis).id
dc.typeDissertationid
dc.subject.keywordlahan pasang surutid
dc.subject.keywordkomposid
dc.subject.keywordbios-sluryid
dc.subject.keywordgas rumah kacaid
dc.subject.keywordpendapatanid


Files in this item

Thumbnail

This item appears in the following Collection(s)

Show simple item record