Show simple item record

dc.contributor.authorKurniadi, Drajad
dc.date.accessioned2010-04-28T01:59:28Z
dc.date.available2010-04-28T01:59:28Z
dc.date.issued2006
dc.identifier.urihttp://repository.ipb.ac.id/handle/123456789/9035
dc.description.abstractSektor Kehutanan sedang menghadapi berbagai masalah, diantaranya : illegal logging, peredaran hasil hutan ilegal, kerusakan hutan, kebakaran hutan, banyaknya industri penggergajian tanpa izin, dan kawasan hutan mengalami tekanan yang luar biasa beratnya sekarang ini. Laju deforestasi periode 1985-1997 sebesar 1.6 juta ha/tahun dan meningkat menjadi 2.8 juta ha/tahun pada periode 1997-2000. Penerapan kebijakan soft landing atau pengurangan secara bertahap produksi kayu yang berasal dari hutan alam dan hutan produksi, telah menyebabkan kesenjangan antara supply dan demand bahan baku kayu untuk industri. Di sisi lain, kebijakan tersebut secara bertahap akan menekan para pengusaha kayu yang ”nakal”, sehingga hanya industri-industri yang efisien yang dapat tetap bertahan (Departemen Kehutanan 2003). Penelitian ini bertujuan : mengidentifikasi asal dan tujuan peredaran kayu bulat, jenis kayu bulat, volume kayu bulat, dan alat angkut yang digunakan dalam peredaran kayu bulat tiap kabupaten/kota di Provinsi Jambi; dan mengkaji kebutuhan kayu bulat industri untuk mengetahui kemampuan Provinsi Jambi dalam supply bahan baku kayu bulat untuk industri di Provinsi Jambi. Metode yang digunakan, yaitu : query database hasil hutan untuk mendapatkan data peredaran hasil hutan; analisis data spasial dengan pendekatan GIS dengan metode overlay beberapa peta; perhitungan kebutuhan kayu bulat berdasarkan perhitungan kapasitas izin dikalikan dengan 1/rendemen, dan kebutuhan riil kayu bulat berdasarkan perhitungan volume peredaran kayu olahan dikalikan dengan 1/rendemen; dan arahan deskriptif kuantitatif. Peredaran kayu bulat di Provinsi Jambi tahun 2004 berasal dari 8 kabupaten, kecuali Kota Jambi dan Kabupaten Kerinci. Tujuan peredaran kayu bulat ke Provinsi Jambi bertujuan ke 9 kabupaten/kota, kecuali Kabupaten Kerinci, karena tidak terdapat izin usaha Industri Primer Hasil Hutan Kayu (IPHHK). Volume peredaran kayu bulat di Provinsi Jambi sebesar 2.407.237 m3, yang terdiri dari : peredaran kayu jenis campuran sebesar 2.271.481 m3 (94.36%), kayu jenis meranti sebesar 135.435 m3 5.63%), dan kayu jenis indah sebesar 321 m3 (0.01%). Peredaran melalui jalur darat sebesar 2.126.793 m3 (88.3%) dan melalui sungai/laut sebesar 280.444 m3 (11.7%). Volume tujuan peredaran kayu bulat ke Provinsi Jambi tahun 2004 sebesar 2.351.363 m3. Berdasarkan kapasitas izin industri aktif sebesar 3.114.032 m3, maka kebutuhan kayu bulat pada tahun 2004 sebesar 6.120.588 m3. Supply kayu bulat dari Provinsi Jambi sebesar 2.351.363 m3 (38.4%), sehingga kebutuhan kayu bulat sebesar 3.769.225 m3 (61.6%) dipenuhi dari luar Provinsi Jambi. Dengan perkataan lain, kemampuan Provinsi Jambi dalam supply bahan baku kayu bulat pada tahun 2004 hanya sebesar 38.4%. Selain itu, berdasarkan peredaran kayu olahan sebesar 2.068.772 m3, maka kebutuhan riil kayu bulat sebesar 4.597.271 m3. Supply kayu bulat dari Provinsi Jambi sebesar 2.351.363 m3 (51.1%), sehingga kebutuhan sebesar 2.245.908 m3 (48.9%) dari luar Provinsi Jambi. Dengan demikian kemampuan Provinsi Jambi dalam supply riil bahan baku kayu bulat hanya sebesar 51.1%.id
dc.publisherIPB (Bogor Agricultural University)
dc.subjectBogor Agricultural University (IPB)id
dc.subjecthutanid
dc.subjectillegal loggingid
dc.subjectsoft landingid
dc.subjectoverlayid
dc.titlePemantauan peredaran hasil hutan di provinsi jambiid


Files in this item

Thumbnail
Thumbnail
Thumbnail
Thumbnail
Thumbnail
Thumbnail
Thumbnail
Thumbnail
Thumbnail
Thumbnail
Thumbnail

This item appears in the following Collection(s)

Show simple item record