Show simple item record

dc.contributor.advisorWiryawan, Komang Gede
dc.contributor.advisorAstuti, Dewi Apri
dc.contributor.advisorArman, Chairussyuhur
dc.contributor.advisorSuharti, Sri
dc.contributor.authorBain, Ali
dc.date.accessioned2017-11-03T07:47:27Z
dc.date.available2017-11-03T07:47:27Z
dc.date.issued2017
dc.identifier.urihttp://repository.ipb.ac.id/handle/123456789/88322
dc.description.abstractPenggunaan minyak nabati pada ternak ruminansia berkembang pesat karena tidak hanya mengandung densitas energi tetapi juga mengandung asam lemak tak jenuh majemuk (PUFA) yang tinggi. Kadar PUFA yang tinggi dalam minyak nabati dapat digunakan untuk meningkatkan kualitas lemak daging dan susu ternak ruminansia. Meskipun demikian, penggunaan PUFA perlu dikontrol karena menimbulkan dampak negatif dan mengalami proses biohidrogenasi menjadi asam lemak jenuh dalam pencernaan rumen. Sejumlah penelitian menunjukkan, proteksi PUFA dengan teknologi sabun kalsium (SCa) dapat menekan dampak negatif dan biohidrogenasi PUFA di dalam rumen. Penggunaan senyawa tanin juga dapat digunakan menekan proses biohidrogenasi PUFA dalam rumen. Buah semu jambu mete (BSJM) merupakan bahan pakan yang mengandung tanin dan mempunyai biomassa dan kandungan nutrien yang baik sebagai bahan pakan sumber energi dalam ransum ternak ruminansia. Rangkaian penelitian ini dilakukan bertujuan : (1) menyeleksi jenis minyak nabati dengan bentuk suplementasi tidak terproteksi dan terproteksi sabun kalsium, (2) mengoptimalisasi penggunaan level minyak nabati terproteksi sabun kalsium, (3) mengevaluasi efek kombinasi penggunaan SCa minyak nabati dan tepung BSJM, (4) mengevaluasi penggunaan konsentrat yang mengandung SCa minyak nabati dan TBSJM terhadap produktivitas dan kualitas lemak daging sapi Bali. Penelitian ini terdiri atas tiga tahap penelitian in vitro dan satu tahap penelitian in vivo. Sumber inokulum mikroba penelitian in vitro adalah cairan rumen sapi Bali. Peubah yang diukur pada seluruh tahapan penelitian in vitro terdiri atas kadar pH, N-NH3, produksi total volatile fatty acid (total VFA), produksi total gas, populasi total bakteri dan protozoa, kecernaan bahan kering (KcBK) dan kecernaan bahan organik (KcBO). Komposisi ransum penelitian adalah campuran 40% rumput lapang (RL) dan 60% konsentrat (K) dengan kandungan nutrien disesuaikan dengan kebutuhan sapi Bali bobot badan 250 kg dan pertambahan bobot badan 0.75 kg hari-1. Penelitian in vitro pertama dilaksanakan menggunakan rancangan acak kelompok pola faktorial 3 x 2 yaitu 3 jenis minyak nabati (minyak kedelai, minyak sawit dan minyak bunga matahari) dan 2 bentuk suplementasi (tidak terproteksi dan terproteksi SCa). Ransum perlakuan terdiri atas, R1 (40% RL + 60% K, mengandung 5% minyak kedelai), R2 (40% RL + 60% K, mengandung 5% minyak sawit), R3 (40% RL + 60% K, mengandung 5% minyak bunga matahari), R4 (40% RL + 60% K, mengandung 5% SCa-kedelai), R5 (40% RL + 60% K, mengandung 5% SCa-sawit) dan R6 (40% RL + 60% K, mengandung 5% SCa-matahari). Kombinasi ransum perlakuan dilaksanakan dalam 3 ulangan (berdasarkan periode pengambilan cairan rumen). Hasil penelitian menunjukkan, interaksi faktor perlakuan tidak mempengaruhi seluruh peubah penelitian. Suplementasi SCa-kedelai dalam konsentrat secara mandiri menghasilkan produksi total VFA terbaik sehingga dipilih sebagai bahan perlakuan dalam penelitian in vitro kedua. Penelitian in vitro kedua menggunakan rancangan acak kelompok 4 x 3, untuk menguji empat jenis ransum perlakuan (konsentrat yang mengandung SCakedelai pada level yang berbeda yang dilaksanakan dalam tiga ulangan (periode pengambilan cairan rumen sapi Bali). Jenis ransum perlakuan terdiri atas : R1 (40% RL + 60% K), R2 (40% RL + 60% K, mengandung 2.5% SCa-kedelai), R3 (40% RL + 60% K, mengandung 5% SCa-kedelai), dan R4 (40% RL + 60% K, mengandung 7.5% SCa-kedelai). Hasil penelitian menunjukkan, penggunaan SCa-kedelai pada level yang berbeda tidak mempengaruhi pH, konsentrasi N-NH3, populasi mikroba, nilai KcBK dan KcBO tetapi sangat nyata (P<0.01) mempengaruhi produksi total VFA. Produksi total VFA tertinggi diperoleh pada perlakuan R4. Produksi total VFA terendah pada ransum perlakuan R1 (kontrol). Meskipun suplementasi 7.5% SCakedelai menghasilkan produksi total VFA terbaik namun level tersebut mulai menekan populasi total bakteri. Oleh karena itu, konsentrat mengandung 5% SCakedelai dipilih sebagai level SCa-kedelai untuk dikombinasikan dengan TBSJM (level 10% dan 20%) dalam penelitian in vitro ketiga. Penelitian in vitro ketiga dilaksanakan menggunakan rancangan acak kelompok 4 x 3 untuk mengevaluasi 4 jenis jenis ransum perlakuan yaitu : R1 (40% RL + 60% K), R2 (40% RL + 60% K, mengandung 5% SCa-kedelai, R3 (40% RL + 60% K, mengandung 5% SCa-kedelai dan 10% TBSJM) dan R4 (40% RL + 60% K, mengandung 5% SCa-kedelai dan 20% TBSJM). Seluruh perlakuan dilaksanakan dalam 3 ulangan (berdasarkan periode pengambilan cairan rumen sapi Bali). Hasil penelitian menunjukkan, penggunaan konsentrat mengandung 5% SCa-kedelai dan 20% TBSJM (R4) menghasil konsentrasi N-NH3 dan produksi total VFA yang paling rendah. Berdasarkan hasil dari seluruh peubah penelitian, ransum perlakuan R2 dan R3 dipilih sebagai ransum perlakuan untuk diaplikasikan pada penelitian in vivo. Penelitian in vivo dilakukan untuk mengaplikasikan dan mengevaluasi efek penambahan 5% SCa-kedelai dan kombinasi 5% SCa-kedelai +10% TBSJM dalam kosentrat sapi Bali jantan. Sapi Bali jantan yang digunakan berumur 1.5 - 2 tahun sebanyak 12 ekor, dengan rataan bobot badan 226.00  13.17 kg. Penelitian menggunakan rancangan acak kelompok 3 x 4 untuk menguji tiga jenis ransum perlakuan yang menggunakan 4 ekor sapi Bali sebagai ulangan. Ransum perlakuan terdiri atas : R1 (40% RL+ 60% K), R2 (40% RL + 60% K, mengandung 5% SCakedelai), R3 (40% RL + 60% K, mengandung 5% SCa-kedelai dan 10% TBSJM). Peubah penelitian yang diukur terdiri atas performa produksi, karakteristik fermentasi dan populasi mikroba rumen, kecernaan nutrien, komposisi tubuh, profil metabolit plasma darah dan profil lemak daging sapi Bali. Hasil penelitian menunjukkan, ransum perlakuan tidak mempengaruhi konsumsi ransum, performa produksi, karakteristik fermentasi rumen, kecernaan serat kasar, kecernaan ADF dan kecernaan NDF, komposisi tubuh, profil metabolit plasma darah dan profil lemak daging sapi Bali. Suplementasi 5% SCa-kedelai dan 10% TBSJM dalam konsentrat menghasilkan kecernaan bahan organik dan kecernaan lemak tertinggi namun menghasilkan kecernaan protein kasar lebih rendah dibanding kontrol. Disimpulkan bahwa suplementasi SCa minyak nabati tidak berdampak negatif terhadap proses fermentasi tetapi menghasilkan karakteristik fermentasi yang kondusif bagi kelangsungan proses fermentasi secara in vitro dan in vivo. Suplementasi 5% SCa-kedelai dan 10% TBSJM dalam konsentrat dapat digunakan sebagai sumber PUFA dan energi pada ransum penggemukan sapi Bali.id
dc.language.isoidid
dc.publisherIPB (Bogor Agricultural University)id
dc.subject.ddcAnimal Husbandryid
dc.subject.ddcCattleid
dc.subject.ddc2013id
dc.subject.ddcBogor, Jawa Baratid
dc.titleProduktivitas dan Kualitas Lemak Daging Sapi Bali yang Diberi Ransum Mengandung Sabun Kalsium Minyak Nabati dan Tepung Buah Semu Jambu Meteid
dc.typeDissertationid
dc.subject.keywordasam lemak tak jenuh rantai majemukid
dc.subject.keywordbiohidrogenasiid
dc.subject.keywordbuah semu jambu meteid
dc.subject.keywordsabun kalsiumid
dc.subject.keywordsapi Bali jantanid


Files in this item

Thumbnail

This item appears in the following Collection(s)

Show simple item record