dc.description.abstract | Perkembangan peternakan kerbau di Indonesia masih tergolong rendah
dibandingkan hewan ternak lain. Populasi kerbau rendah karena performa
produksi menurun, keterbatasan bibit unggul, mutu pakan yang rendah, tingkat
pertumbuhan lambat, dan inbreeding tinggi. Faktor lingkungan khususnya suhu
dan kelembaban juga dapat mempengaruhi produktivitas dan kondisi fisiologis
kerbau. Tujuan penelitian ini adalah menganalisis pengaruh perbedaan kondisi
lingkungan dan umur terhadap respon fisiologis serta performa produksi kerbau
betina. Lokasi penelitian dilakukan di Kecamatan Pacet, Kecamatan Sukaresmi,
dan Kecamatan Sindangbarang, Kabupaten Cianjur, Jawa Barat. Variabel yang
diamati adalah performa produksi kerbau yaitu nilai morfologis, dan respon
fisiologis yang dinilai berdasarkan suhu rektal dan frekuensi pernafasan. Data
yang diperoleh dianalisis menggunakan Rancangan Acak Lengkap Pola Faktorial
(2x2). Hasil penelitian menunjukkan frekuensi pernafasan dan suhu rektal kerbau
betina pada siang hari nyata lebih tinggi dibandingkan pada pagi dan sore hari
(P<0.05). Morfometrik lebar dada dan BCS pada kerbau betina dipengaruhi
(P<0.05) oleh ketinggian tempat yang berbeda. Respon fisiologis dan performa
kerbau betina di dataran tinggi lebih baik dibandingkan di dataran rendah. | id |