Show simple item record

dc.contributor.advisorWiyono, Eko Sri
dc.contributor.advisorMustaruddin
dc.contributor.authorNababan, Benardo
dc.date.accessioned2017-08-07T04:23:49Z
dc.date.available2017-08-07T04:23:49Z
dc.date.issued2017
dc.identifier.urihttp://repository.ipb.ac.id/handle/123456789/87677
dc.description.abstractProgram pemerintah dalam pengelolaan perikanan tangkap yang berkelanjutan belum sepenuhnya mendapat respon yang baik dari nelayan. Nelayan banyak yang tidak mematuhi aturan yang berlaku, seperti; penggunaan alat tangkap yang dilarang, tidak memiliki dokumen perizinan, dan tidak melaporkan hasil tangkapan. Evaluasi terhadap kepatuhan nelayan sangat diperlukan karena manajemen perikanan merupakan kegiatan yang berfokus pada sumber daya manusia dan aktivitasnya di bidang perikanan. Pengelola harus benar-benar memahami bagaimana nelayan atau stakeholder perikanan merespon segala peraturan yang dibuat. Evaluasi terhadap kepatuhan nelayan dapat dikaji dari aspek karakteristik sosial-ekonomi dan persepsi nelayan. Penelitian telah dilakukan di Tanjungbalai Asahan, Sumatera Utara pada bulan Agustus - September 2016. Penelitian bertujuan untuk: 1) memetakan karakteristik sosial-ekonomi nelayan, persepsi terhadap kriteria alat penangkap ikan yang ramah lingkungan, persepsi terhadap keberadaan sumber daya ikan, dan kepatuhan terhadap aturan; 2) membandingkan persepsi dan kepatuhan antar nelayan berdasarkan alat tangkap yang digunakan; dan 3) menentukan faktor-faktor yang mempengaruhi kepatuhan nelayan dilihat dari aspek karakteristik sosialekonomi dan persepsi. Metode penelitian yang digunakan adalah metode survei dengan mewawancarai 150 orang responden. Analisis yang digunakan ada 3 (tiga), yaitu 1) analisis distribusi proporsi untuk memetakan karakteristik sosial-ekonomi, persepsi, dan kepatuhan nelayan; 2) analisis komparasi untuk mengetahui adakah perbedaan persepsi dan kepatuhan antar nelayan berdasarkan alat tangkap yang digunakan; dan 3) analisis Structural Equation Modeling (SEM) untuk mengetahui faktorfaktor yang mempengaruhi kepatuhan nelayan dilihat dari aspek persepsi dan karakteristik sosial ekonomi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa nelayan kecil di Tanjungbalai Asahan sebagian besar masih pada usia yang produktif, memiliki pengalaman yang relatif lama, dan memiliki pendapatan dengan rata-rata di atas upah minimum propinsi. Pada sisi lain, nelayan pada umumnya memiliki pendidikan yang rendah, memiliki tangggungan keluarga yang banyak, dan investasi yang dimiliki masih sangat rendah dimana sebagian besar nelayan menggunkan kapal berukuran kurang dari 5 GT. Nelayan kecil sangat sedikit yang terlibat dalam organisasi kenelayanan dan sosialisasi terkait perikanan. Pada umumnya nelayan menilai sangat baik terhadap kriteria alat tangkap yang ramah lingkungan. Seluruh responden menilai “sangat baik” untuk 7 (tujuh) dari 9 (sembilan) kriteria alat tangkap yang ramah lingkungan, yaitu: alat tidak merusak habitat, menghasilkan ikan yang berkualitas, tidak membahayakan nelayan, hasil tangkapan tidak membahayakan konsumen, dampak ke biodiversity rendah, tidak menangkap ikan yang dilindungi, dan diterima secara sosial. Perbedaan persepsi hanya terdapat pada kriteria selektivitas yang tinggi dan bycatch (hasil tangkapan sampingan) yang rendah. Persepsi nelayan terhadap keberadaan sumber daya ikan terpusat pada kategori 2 (sedikit/menurun) dan kategori 3 (tetap). Kepatuhan nelayan dalam mendukung perikanan yang berkelanjutan masih kurang karena banyak nelayan mengoperasikan alat tangkap yang dilarang, tidak memiliki dokumen, melanggar jalur penangkapan, menangkap ikan pada semua ukuran, dan tidak melaporkan hasil tangkapan. Nelayan yang menggunakan alat tangkap yang lebih selektif, seperti bubu, dredge, dan pukat apung menilai kriteria alat penangkap ikan ramah lingkungan lebih baik daripada nelayan yang menggunakan alat tangkap yang kurang selektif seperti: pukat tarik dan pukat dorong. Keberadaan sumber daya ikan dinilai lebih menurun oleh nelayan yang menggunakan jaring insang. Nelayan yang menggunakan alat tangkap dengan ukuran kapal lebih besar, seperti bubu dan tank kerang memiliki kepatuhan yang lebih baik. Faktor-faktor yang mempengaruhi kepatuhan nelayan dalam mendukung perikanan yang berkelanjutan yaitu karakteristik sosial-ekonomi nelayan, persepsi terhadap kriteria alat penangkapan ikan yang ramah lingkungan, dan persepsi terhadap keberadaan sumber daya ikan. Karakteristik sosial-ekonomi yang paling berperan ialah investasi (ukuran kapal), sedangkan persepsi yang paling berperan yaitu persepsi terhadap selektivitas alat tangkap dan persepsi terhadap laju produksi perikanan. Berdasarkan hasil penelitian, saran yang diberikan untuk pengelolaan perikanan berkelanjutan, yaitu: 1) perlu dilakukan pembinaan atau penyuluhan (seperti sosialisasi dan pelatihan) kepada nelayan dalam rangka meningkatkan pemahaman nelayan terhadap pengelolaan perikanan yang berkelanjutan; dan 2) untuk meningkatkan kepatuhan nelayan dalam mendukung perikanan yang berkelanjutan dapat dilakukan upaya peningkatan karakteristik sosial ekonomi nelayan, seperti mendorong dan memfasilitasi nelayan untuk terlibat dalam organisasi kenelayanan, memberikan sosialisasi terkait pengelolaan perikanan berkelanjutan, meningkatkan ukuran kapal yang digunakan nelayan, dan melakukan pendampingan atau penyuluhan tentang efisiensi usaha dan manajemen keuangan nelayan yang diharapkan dapat meningkatkan pendapatan nelayan.id
dc.language.isoidid
dc.publisherBogor Agricultural University (IPB)id
dc.subject.ddcFisheries and Marine Sciencesid
dc.subject.ddcFishingid
dc.subject.ddc2016id
dc.subject.ddcSumatera Utaraid
dc.titlePersepsi dan Kepatuhan Nelayan Tanjungbalai Asahan Sumatera Utara dalam Mendukung Perikanan Tangkap yang Berkelanjutanid
dc.typeThesisid
dc.subject.keywordberkelanjutanid
dc.subject.keywordkepatuhan nelayanid
dc.subject.keywordmodel persamaan strukturalid
dc.subject.keywordpersepsiid
dc.subject.keywordTanjungbalai Asahanid


Files in this item

Thumbnail

This item appears in the following Collection(s)

Show simple item record