Show simple item record

dc.contributor.advisorBarus, Baba
dc.contributor.advisorBaskoro, Dwi Putro Tejo
dc.contributor.authorAbdullah, Nuryahya
dc.date.accessioned2017-08-02T02:08:30Z
dc.date.available2017-08-02T02:08:30Z
dc.date.issued2017
dc.identifier.urihttp://repository.ipb.ac.id/handle/123456789/87585
dc.description.abstractKabupaten Mamasa diindikasikan mengalami kebocoran wilayah pada sektor perkebunan, yakni komoditas kopi. Kebocoran yang dimaksud disini adalah terjadinya kehilangan nilai tambah (lost economic cost) pada proses pasca panen khususnya di tingkat pengolahan sebelum menuju ke daerah industri yang mengakibatkan Mamasa tidak mendapatkan keuntungan yang optimal. Selain itu, secara popularitas kopi Mamasa hanya dikenal sebagai brand kopi Toraja yang menjadi wilayah tujuan industrinya sehingga petani kopi Mamasa dalam hal ini sebagai produsen bahan mentah hanya memenuhi kebutuhan pasar industri di Kabupaten Toraja. Hal yang mendasar selain aspek pemasaran adalah besarnya biaya transportasi yang dikeluarkan oleh petani kopi menuju pasar di setiap wilayah sehingga fenomena ini yang mencerminkan terjadinya ketidakberimbangan penawaran. Dominan pengetahuan petani kopi di Mamasa belum sampai pada penciptaan brand produk sehingga daerah-daerah industri melihat peluang ini dan menyerap nilai tambah yang lebih besar pada proses pengolahan sampai pengemasan produk. Hal ini yang menjadi indikasi penyebab Kabupaten Mamasa terus-menerus mengalami kehilangan nilai tambah ekonomi pada sektor kopi. Tujuan penelitian ini adalah membuat peta hirarki penunjang kopi di Kabupaten Mamasa, menganalisis aliran aktual dan potensial pemasaran kopi Mamasa dalam konteks nilai tambah, membuat rekomendasi pengembangan kopi yang menciptakan nilai tambah ekonomi yang besar untuk Kabupaten Mamasa. Analisis data menggunakan beberapa metode antara lain analisis skalogram, regresi sederhana, analisis nilai tambah dan analisis SWOT. Analisis regresi sederhana dilakukan untuk melihat hubungan jarak dan biaya transportasi yang menyebabkan tidak optimalnya keuntungan yang diperoleh petani. Analisis nilai tambah menggunakan rumus Hayami et al. (1987) untuk mengetahui nilai keuntungan dari tiap perubahan bentuk kopi sedangkan analisis SWOT digunakan untuk memberikan rekomendasi terkait masalah internal dan eksternal pengembangan komoditas kopi dari Kabupaten Mamasa. Hasil analisis ini kemudian dirumuskan dalam bentuk spasial sehingga terlihat bahwa arahan yang ditawarkan sesuai dengan potensi nilai tambah ekonomi Kabupaten Mamasa berdasarkan prioritas pengembangan kopi secara optimal. Hasil penelitian ini menunjukkan ketersediaan fasilitas penunjang kopi di Kabupaten Mamasa dominan berada di hirarki 3 sebesar 88% sedangkan hirarki 2 hanya 9% dan hirarki 1 sebesar 3%. Saat ini terdapat dua tipe proses pemasaran kopi Mamasa yang dicirikan dengan perbedaan varietas kopi. Varietas Arabica dijual dalam bentuk kopi gabah sedangkan varietas Robusta dijual sudah dalam bentuk greenbean (kopi beras). Selain itu, jarak dari kebun kopi ke pasar dan kondisi jalan sangat berpengaruh terhadap besarnya biaya transportasi yang dikeluarkan oleh petani sehingga keuntungan yang diperoleh tidak optimal. Kontribusi biaya angkutan kopi dominan mencapai 15% terhadap total harga kopi yang diperoleh petani. Jika dilakukan perbaikan jalan maka biaya transportasi akan turun sebesar 25%. Adanya perubahan nilai dari perubahan bentuk mengakibatkan hilangnya nilai tambah yang diperoleh petani dan pemerintah. Potensi nilai tambah dari perubahan bentuk produk kopi Mamasa yang dipasarkan dapat memberikan kontribusi nilai tambah yang berasal dari keuntungan petani kopi dari total harga yang diperoleh. Secara berturut-turut kenaikan keuntungan rata-rata untuk perubahan Arabica bentuk greenbean (non brand) menjadi greenbean (brand) 38,6%, roastbean 78,8%, dan speciallity 134% sedangkan keuntungan rata-rata perubahan Robusta bentuk greenbean (non brand) menjadi greenbean brand 95,5%, roastbean 112,7%, dan speciallity 260,3%. Selain itu, kontribusi yang diperoleh Pemerintah Mamasa dari retribusi pajak pertambahan nilai komoditi kopi dari perubahan bentuk greenbean (non brand) menjadi greenbean brand 3,8%, roastbean 15,3%, dan Speciallity 19,9%. Rekomendasi untuk meningkatkan nilai tambah kopi Mamasa berdasarkan prioritas yakni melakukan pengembangan industri packaging kopi di setiap wilayah produsen dengan mengoptimalkan PLTMH (Prioritas 1) diharapkan mampu mengakomodasi petani dalam menciptakan nilai tambah yang besar untuk kesejahteraan petani kopi Mamasa. Prioritas 2 dilakukan dengan pembuatan demplot percontohan di Kecamatan Tanduk Kalua melalui pertimbangan dekat dengan jalan, sungai dan kebun kopi. Hal ini diperlukan untuk memberikan edukasi petani terhadap penguasaan teknik budidaya konservasi. Prioritas 3 dilakukan dengan perbaikan infrastruktur diharapkan mampu meningkatkan keuntungan petani dengan menekan besarnya biaya transportasi akibat jalan rusak. Prioritas 4 yakni melakukan promosi kopi Mamasa yang ditempatkan di Kecamatan Mamasa (promosi kopi Mamasa 1) karena merupakan ibukota kabupaten dan dekat dengan beberapa kecamatan penghasil kopi sedangkan sarana promosi kopi Mamasa 2 ditempatkan di Kecamatan Sumarorong karena aspek kedekatan dengan Kecamatan Nosu dan Kecamatan Mambi sebagai pusat penghasil kopi Arabica dan Robusta. Selain itu, Kecamatan Sumarorong juga mempunyai destinasi wisata air terjun sehingga dapat menunjang promosi kopi.id
dc.language.isoidid
dc.publisherIPB (Bogor Agricultural University)id
dc.subject.ddcRegional Planningid
dc.subject.ddcRegional Economicsid
dc.subject.ddc2016id
dc.subject.ddcMamasa, Sulawesi Baratid
dc.titleStrategi Pengembangan Kopi Secara Optimal Untuk Meningkatkan Nilai Tambah Ekonomi Wilayah di Kabupaten Mamasa Sulawesi Barat.id
dc.typeThesisid
dc.subject.keywordKebocoranid
dc.subject.keywordnilai tambahid
dc.subject.keywordinfrastrukturid
dc.subject.keywordMamasa, kopiid


Files in this item

Thumbnail

This item appears in the following Collection(s)

Show simple item record