dc.description.abstract | Banjir Terjadi Akibat Melampaui Kapasitas Tampung Sungai Sehingga Air
Meluap. Data Debit Puncak Diperlukan Dalam Pengelolaan Banjir. Penggunaan Data
Curah Hujan Dalam Interval Satu Jam Dapat Memberikan Nilai Dugaan Debit Puncak
Yang Lebih Akurat. Soil And Water Assessment Tool (Swat) Sebagai Model
Hidrologi Digunakan Untuk Menganalisis Kondisi Neraca Air Dan Pendugaan Debit
Puncak Berbasis Data Curah Hujan Interval Jam Di Sub Das Cikadu. Metode Yang
Digunakan Dimulai Dari Pengumpulan Data Input Swat, Deliniasi Sub Das,
Pembentukan Hru, Input Data Iklim (Curah Hujan Harian), Simulasi Swat (Harian),
Modifikasi Data Input Swat (Variable File.Cio, Bsn Dan Format Input Curah
Hujan Per Jam), Simulasi Swat Dan Kalibrasi. Hasil Kalibrasi Menunjukan Bahwa
Kalibrasi Model Swat Masuk Dalam Kategori Memuaskan Dengan Nilai R2 Dan Nse
Sebesar 0.71 Dan 0.41. Hasil Analisis Model Swat Menunjukan Bahwa Input Neraca
Air Yaitu Curah Hujan Selama 4 Bulan (1 April - 31 Juli 2014) Sebesar
653.90 Mm. Output Neraca Air Yaitu Evapotranspirasi Sebesar 385.60 Mm Atau
58.96% Dari Curah Hujan Total, Limpasan Permukaan Sebesar 2.51 Mm Atau 0.38%
Dari Curah Hujan Total, Aliran Lateral Sebesar 283.55 Mm Atau 43.36% Dari Curah
Hujan Total, Perkolasi Sebesar 3.29 Mm Atau 0.50% Dari Curah Hujan Total Dan Aliran
Bawah Tanah Sebesar 3.11 Mm Atau 0.47% Dari Curah Hujan Total. Tingginya Aliran
Lateral Disebabkan Topografi Pada Areal Sub Das Cikadu Didominasi Kelas
Kelerengan Sangat Curam. Hasil Analisis Output Swat Sub-Daily Menunjukan Debit
Puncak Terjadi Pada Kejadian 118 (16:00) Atau Pada Tanggal 28 April 2014 Pukul
16:00 Dengan Nilai Water Yield Sebesar 8.19 Mm. Data Debit Dalam Interval Per Jam
Membantu Dalam Perencanaan Pengelolaan Das Yang Lebih Baik. | id |