Show simple item record

dc.contributor.advisorZuhud, Ervizal Am
dc.contributor.advisorHikmat, Agus
dc.contributor.authorMetananda, Arya Arismaya
dc.date.accessioned2017-02-24T02:48:52Z
dc.date.available2017-02-24T02:48:52Z
dc.date.issued2016
dc.identifier.urihttp://repository.ipb.ac.id/handle/123456789/83110
dc.description.abstractKepuh merupakan tumbuhan multiguna yang mulai terancam punah. Informasi tentang kondisi populasi dan pemanfaatan spesies ini belum banyak tersedia. Penelitian ini disusun dengan tujuan menganalisis potensi populasi kepuh dan karakteristik habitatnya di Kabupaten Sumbawa. Selain itu, mengidentifikasi kearifan lokal masyarakat dalam memanfaatkan kepuh serta merumuskan strategi konservasi kepuh di Kabupaten Sumbawa. Analisis potensi populasi kepuh meliputi klasifikasi dan morfologi, proses pertumbuhan dan perkembangan, populasi aktual, penyebaran dan pola sebaran serta asosiasi interspesifik. Adapun data karakteristik habitat yaitu ketinggian, kelerengan, curah hujan dan kelembaban, tutupan lahan, status kepemilikan lahan, jenis tanah serta komposisi dan dominansi spesies lain. Data kearifan lokal masyarakat terdiri dari demografi responden, berbagai bentuk pemanfaatan kepuh serta kearifan lainnya tentang kepuh. Selain itu juga dirumuskan strategi konservasi kepuh di Kabupaten Sumbawa menggunakan analisis SWOT. Pengumpulan data potensi populasi dan karakteristik habitat kepuh dilakukan dengan mengeksplorasi keberadaan kepuh di 12 kecamatan serta pembuatan petak tunggal di tiga kecamatannya yaitu Kec. Empang, Kec. Lenangguar dan Kec. Moyo Utara, dengan luas masing-masing 1 ha yang setiap petaknya terdiri dari 25 plot berukuran 20 m X 20 m. Pemilihan lokasi penempatan petak didasarkan atas keterwakilan (representasi) kompleksitas tutupan lahan alami di hutan. Adapun pemilihan lokasi awal dimulainya analisis vegetasi didasarkan atas penemuan pohon kepuh (sebagai poros tengah petak) berdasarkan hasil eksplorasi atau keterangan masyarakat. Guna menguji bahwa luasan petak cukup mewakili areal yang di survey juga dianalisis menggunakan kurva spesies area (KSA), yang hasilnya menunjukkan bahwa luasan 1 ha di setiap kecamatan lebih dari cukup mewakili vegetasi sekitar kepuh. Data kearifan lokal masyarakat tentang kepuh diperoleh dari hasil wawancara dengan teknik snowball sampling di tiga kecamatan yaitu di Kec. Empang, Kec. Lenangguar dan Kec. Moyo Utara. Rata-rata responden yang diwawancarai pada tahap ini berjumlah 26 orang (sebanyak 27 orang di Kec. Empang, 25 orang di Kec. Lenangguar dan 26 orang di Kec. Moyo Utara). Selain itu beberapa warga di tiga kecamatan tersebut secara acak juga diminta mengisi kuisioner berkaitan tentang sikap masyarakat terhadap upaya konservasi kepuh. Adapun jumlah responden pada tahap ini mengikuti rumus Slovin dengan galat sebesar 15% yaitu 45 KK di Kec. Empang, 44 KK di Kec. Lenangguar dan 44 KK di Kec. Moyo Utara. Berdasarkan hasil eksplorasi, pembuatan petak tunggal, wawancara, overlay peta dan kajian pustaka diperoleh bahwa kepuh memiliki laju pertumbuhan yang cepat di awal pertumbuhan namun semakin melambat saat dewasa. Kepuh merupakan salah satu spesies dengan penyebaran yang cukup luas, menyebar merata di Indonesia. Spesies ini juga mendapat tekanan yang cukup besar, mulai dari aksi illegal logging sampai alih fungsi lahan dataran rendah yang merupakan habitat kepuh menjadi pemukiman, perkantoran dan lain-lain. Hasil eksplorasi dan pembuatan petak tunggal, menemukan 169 individu kepuh (65 semai, 5 pancang, 14 tiang, 85 pohon) di 12 kecamatan. Kepuh ditemukan dengan pola sebaran mengelompok dan cenderung tidak berasosiasi dengan spesies manapun. Berdasarkan karakteristik habitat, kepuh banyak ditemukan pada habitat dataran rendah dan pantai di ketinggian 0 - 400 mdpl. Kepuh tidak memiliki preferensi kelerengan tertentu untuk tumbuh, namun karena membutuhkan cukup air sehingga kepuh lebih mudah tumbuh di areal yang datar dan landai. Kepuh juga dapat tumbuh di areal dengan kelembaban yang sedang dan tinggi. Beragamnya habitat serta kondisi abiotik tempat tumbuh, menjadikan kepuh terkadang ditemukan dengan bentuk yang berbeda, baik ukuran daun, jumlah biji serta warna pada cangkang kepuh. Sebagian besar kepuh yang ditemukan di Kabupaten Sumbawa merupakan individu yang tumbuh di lahan milik pribadi. Kondisi ini disatu sisi menjadikan kepuh lebih aman dari aksi illegal logging namun disisi lain akibat kurangnya perhatian atau minat terhadap konservasi kepuh bisa jadi kepuh menjadi tidak terurus. Berdasarkan jenis tanah, kepuh di Kabupaten Sumbawa lebih banyak ditemukan di tanah berkapur dengan kelembaban yang rendah. Salah satu spesies pohon yang banyak tumbuh di sekitar kepuh ialah Lagerstroemia speciosa. Kearifan lokal masyarakat Sumbawa saat ini mulai banyak bergeser. Bila dulu masyarakat terbiasa menggunakan kepuh sebagai bumbu masak, kini menjadi ketidaklaziman di beberapa kecamatan. Pemanfaatan kepuh umumnya kini hanya ditemukan di bagian selatan dan timur Kabupaten Sumbawa yaitu untuk kebutuhan pangan, obat, bahan bakar nabati, perhiasan, bahan bangunan, upacara adat, kerajinan tangan, permainan tradisional, pakan ternak, jasa lingkungan dan lain-lain. Adapun demografi masyarakat yang mengetahui manfaat kepuh tersebut didominasi oleh profesi petani dengan umur berkisar 50 - 59 tahun. Pendekatan strategi konservasi kepuh diawali dengan melihat sikap (tend to act), masyarakat Sumbawa terhadap kepuh. Terkait sikap, persoalan konservasi kepuh di Sumbawa disebabkan ketidaktahuan masyarakat umum akan banyaknya manfaat tumbuhan ini, begitu pula dengan teknik budidaya dan sumber bibit. Persoalan-persoalan inilah yang menyebabkan tidak adanya minat masyarakat terhadap konservasi kepuh. Dilain sisi berdasarkan hasil analisis SWOT, strategi yang tepat diterapkan ialah strategi agresif yaitu memanfaatkan seluruh kekuatan yang dimiliki untuk mengambil peluang yang ada. Kekuatan konservasi kepuh ada pada beragamnya manfaat tumbuhan ini dengan karakteristiknya yang muda tumbuh di berbagai tipe habitat. Peluang pengembangan kepuh ialah masyarakat mau menanam kepuh selama ketersedian bibit dapat dijamin serta adanya pandangan bahwa tumbuhan ini perlu dilestarikan. Oleh karena itu beberapa rekomendasi (rencana aksi) yang dapat diterapkan sebagai strategi pengembangan konservasi kepuh di Kabupaten Sumbawa ialah pembangunan budidaya kepuh (nursery), pengembangan ekonomi kreatif berbahan dasar kepuh serta sosialisasi dan publikasi manfaat kepuh. Rencana aksi ini dapat diawali dari Kec. Empang karena masyarakatnya lebih banyak tahu dan memanfaatkan kepuh bahkan diperjualbelikan di pasar.id
dc.language.isoidid
dc.subject.ddcBiologyid
dc.subject.ddcPlant ecologyid
dc.titleKonservasi Kepuh (Sterculia Foetida L.) Di Kabupaten Sumbawa Nusa Tenggara Baratid
dc.typeThesisid
dc.subject.keywordkepuhid
dc.subject.keywordkonservasiid
dc.subject.keywordpopulasiid
dc.subject.keywordstrategiid
dc.subject.keywordSumbawaid


Files in this item

Thumbnail

This item appears in the following Collection(s)

Show simple item record