Keanekaragaman Hyphomycetes Pada Pisang (Musa X Paradisiaca)
View/ Open
Date
2016Author
Panjaitan, Desi Maria
Sukarno, Nampiah
RifaI, Mien Ahmad
Metadata
Show full item recordAbstract
Hyphomycetes adalah cendawan anamorf yang bentuknya beranekaragam
dan terdistribusi luas di berbagai habitat. Pemanasan global menyebabkan beberapa
spesies model yang digunakan dalam pembelajaran mikologi saat ini sulit
ditemukan di lingkungan sekitar. Studi keanekaragaman cendawan Hyphomycetes
dan ontogeni konidia masih minim dilakukan di Indonesia padahal eksplorasi harus
tetap dilakukan karena diperkirakan banyak cendawan yang belum sempat
diketahui. Penelitian ini bertujuan menyediakan informasi mikoflora terkini
khususnya Hyphomycetes di Indonesia dengan cara mengumpulkan, mengisolasi
dan mengidentifikasi keanekaragaman spesies Hyphomycetes serta menguraikan
ontogeni konidia dan perkembangan konidianya. Pisang, salah satu tanaman
budidaya penting dan mudah ditemukan di seluruh Indonesia, sengaja dipilih untuk
memfasilitasi penyediaan salah satu sumber bahan ajar keanekaragaman cendawan
Indonesia guna kepentingan perkuliahan mikologi.
Eksplorasi dilakukan menggunakan metode purposive sampling di beberapa
kebun yang ditanami pisang di Bogor dan sekitarnya. Daun, tangkai daun, dan
pelepah kering tanaman pisang yang ditumbuhi cendawan Hyphomycetes dikoleksi
dan dilakukan pembuatan herbariumnya. Spesimen diamati di laboratorium
menggunakan mikroskop dan diidentifikasi secara morfologi. Konidia diisolasi
menggunakan teknik isolasi spora tunggal. Analisis molekuler dilakukan pada
beberapa koleksi isolat berdasarkan daerah ITS ribosomal DNAnya.
Berdasarkan pengamatan terhadap 127 koleksi spesimen, sebanyak 31 spesies
Hyphomycetes teridentifikasi. Sebagian besar spesies yang ditemukan menambah
catatan baru mikoflora Indonesia. Selain itu, ditemukan empat 4 spesies baru yang
terdiri dari 3 genus beserta nama ilmiah yang diusulkan yaitu Dictyosporium
bogoriense, Stachybotrys atrolaevis, Stachybotrys musicola, dan Oncopodium
javanicum. Spesies-spesies yang ditemukan lainnya ialah Bipolaris sp., Curvularia
lunata, Dendryphiella vinosa, Dendryphion comosum, Dictyosporium
heptasporum, D. hydei, D. zeylanicum, Exochalara sp., Lacellinopsis sacchari,
Periconia sp., Phaeoisaria clematidis, Phaeostalagmus cyclosporus, Pithomyces
sp. 1, Pithomyces sp. 2, Pyriculariopsis parasitica, Ramichloridium musae,
Spegazzinia deightonii, S. tessarthra, Stachybotrys echinata, S. levispora, S.
subsimplex, Stachylidium bicolor, Tetraploa aristata, Torula herbarum, dan
Zygosporium oscheoides. Kekurangan referensi mutakhir yang lengkap dan
spesimen pembanding menyebabkan beberapa belum selesai diidentifikasi
spesiesnya. Selanjutnya terdapat dua spesies yang sama sekali belum dapat
diidentifikasi karena tidak teramatinya karakter morfologi yang penting sehingga
diacu sebagai Hyphomycetes sp. 1 dan Hyphomycetes sp. 2. Di antara 31 spesies
tersebut, 6 spesies berhasil diisolasi dan dikulturnya yaitu Bipolaris sp., S.
atrolaevis, S. echinata, P. cyclosporus, T. herbarum, dan Hyphomycetes sp. 2.
Analisis molekuler yang dilakukan terhadap dua isolat Stachybotrys spp.
menunjukkan kesesuaian identitas hanya pada isolat S. echinata.
Spesies-spesies yang ditemukan memiliki karakter morfologi yang
bervariasi terutama pada tipe konidiofor, sel konidiogen dan konidia. Terdapat 7
tipe ontogeni konidia yaitu terintegrasi terminal, blastik akropetal, fragmentasi
basipetal, dentikel bersimpodial, berfialid, tretik, dan basauksik. Lima tipe konidia
ditemukan yaitu amerospora, keiroidspora, diktiospora, fragmospora, dan
staurospora. Keanekaragaman Hyphomycetes beserta variasi morfologi yang
ditemukan menunjukkan bahwa tanaman pisang dapat dimanfaatkan sebagai salah
satu sumber didapatkannya spesies-spesies model dalam pembelajaran mikologi.