Fraksinasi Dan Utilisasi Protein Kacang Kedelai (Glycine Max (L). Merrill) Dan Kacang Merah (Phaseolus Vulgaris L.) Dengan Perbedaan Suhu Pengeringan
View/ Open
Date
2016Author
Sari, Yesi Chwenta
Laconi, Erika B.
Diapari, Didid
Jayanegara, Anuraga
Metadata
Show full item recordAbstract
Penentuan kebutuhan protein di Indonesia masih berbasis protein kasar. Jika kebutuhan protein hanya dilihat dari kandungan protein kasar, hal ini tidak efektif karena hanya sebagian protein yang dapat diutilisasi oleh ternak ruminansia. Protein banyak dikandung oleh kacang-kacangan yaitu mencapai 20 sampai 40%. Kacang kedelai dan kacang merah banyak tumbuh serta mudah diperoleh di Indonesia menjadi salah satu alasan kacang-kacangan tersebut digunakan dalam penelitian ini, supaya ketersediaannya berkesinambungan serta dapat ditentukan berapa persen (%) protein yang terikat dalam dinding sel dan kecernaannya sehingga dapat menggambarkan protein terutilisasi oleh ternak ruminansia. Tujuan penelitian ini adalah untuk mendapatkan suhu pengeringan yang tepat dan aman dalam pengolahan bahan pakan serta untuk mengevaluasi fraksinasi dan utilisasi protein kacang kedelai dan kacang merah. Fraksinasi dan utilisasi protein penting untuk diteliti dan dipertimbangkan sebagai analisis rutin di laboratorium yang berkaitan dengan pakan dan nutrisi ternak.
Kacang kedelai dan kacang merah diperoleh dari pasar tradisional dalam keadaan segar dan dipilih berdasarkan penilaian secara fisik, kemudian kacang kedelai dan kacang merah tersebut ditimbang sebagai berat segar, untuk perlakuan sebelum dikeringkan di oven semua sampel berdasarkan jenis kacang dicampur sampai homogen, lalu diambil 1 kg yang kemudian digunakan untuk perlakuan. Kacang kedelai dan kacang merah dimasukkan ke dalam oven selama 24 jam dengan 4 level suhu pengeringan yang berbeda (50, 60, 70, 80 oC) dengan tiga ulangan. Sampel ditimbang dan digiling, kemudian disaring melalui screen 1 mm, yang kemudian digunakan untuk pengujian. Peubah yang diukur yakni analisis proksimat (bahan kering, kadar abu, kadar protein kasar dan kadar lemak kasar), analisis Van soest (NDF: Neutral Detergent Fiber; ADF: Acid Detergent Fiber), analisis fraksi protein kasar (NDICP: Neutral Detergent Insoluble Crude Protein; ADICP: Acid Detergent Insoluble Crude Protein), analisis in vitro (total produksi gas, kecepatan produksi gas, pH, kecernaan bahan kering/KCBK, kecernaan protein kasar/KCPK, konsentrasi amonia/NH3, konsentarsi VFA parsial dan total VFA.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa suhu 50 dan 60 oC merupakan suhu yang tepat dan aman untuk pengeringan bahan pakan karena tidak menimbulkan masalah pada ternak ruminansia, jika suhu pengeringan ditingkatkan maka fraksi nitrogen yang tidak larut (NDICP dan ADICP) akan meningkat sehingga lebih banyak protein yang tidak bisa diutilisasi oleh ternak ruminansia akibatnya kecernaan protein kasar menurun, selain itu suhu pengeringan lebih tinggi dari 60 oC sudah terbentuk reaksi Maillard dimana bahan pakan akan berubah menjadi kecoklatan dan dapat menurunkan kecernaan protein. Produksi gas memberikan interaksi yang nyata oleh perlakuan, produksi gas pada kacang kedelai lebih rendah dibandingkan kacang merah. Hal ini disebabkan pada kacang kedelai
mengandung kadar lemak yang lebih tinggi dibandingkan kacang merah karena lemak tidak berkontribusi terhadap total produksi gas yang dihasilkan di rumen. Kecepatan produksi gas tidak memberikan interaksi oleh perlakuan. Faktor jenis kacang berpengaruh nyata terhadap kecepatan produksi gas. Kecepatan produksi gas pada kacang kedelai lebih tinggi dibandingkan pada kacang merah karena kacang kedelai mengandung protein yang mudah dicerna lebih banyak untuk mikroba rumen. Faktor suhu berpengaruh nyata terhadap kecepatan produksi gas, dimana semakin tinggi suhu pengeringan akan menurunkan laju kecepatan produksi gas. Hal ini disebabkan semakin tinggi suhu pengeringan maka kecernaan akan semakin menurun. Semakin besar kecernaan bahan pakan akan berkorelasi positif terhadap kecepatan produksi gas dan total produksi gas. KCBK, VFA tertinggi diperoleh kacang merah karena kacang merah kaya akan karbohidrat, kadar BETN yang tinggi dan nilai NPN yang tinggi, sedangkan KCPK, NH3 tertinggi diperoleh kacang kedelai karena kacang kedelai mengandung protein kasar yang paling tinggi sebesar 44.32%.
Collections
- MT - Animal Science [1148]