Show simple item record

dc.contributor.advisorSudarsono
dc.contributor.advisorSuwardi
dc.contributor.authorKurniati
dc.date.accessioned2016-09-21T01:56:26Z
dc.date.available2016-09-21T01:56:26Z
dc.date.issued2016
dc.identifier.urihttp://repository.ipb.ac.id/handle/123456789/81562
dc.description.abstractTanah sawah mempunyai sifat morfologi dan pedogenesis yang berbeda dibandingkan tanah yang tidak disawahkan. Proses pembentukan tanah sawah dimulai dari proses penggenangan secara terus menerus selama budidaya tanaman padi. Penggenangan tanah akan mengubah kondisi tanah dari oksidatif menjadi reduktif. Reaksi ini akan menyebabkan Fe dan Mn yang semula dalam keadaan oksidatif akan berubah menjadi keadaan reduktif. Reaksi ini akan melibatkan Fe dan Mn yang secara langsung seperti adanya karatan Fe dan Mn dan perubahan warna tanah. Karatan Fe dan Mn ini akan mengeras jika teroksidasi kembali. Proses pergantian oksidasi-reduksi dalam jangka waktu yang lama, akan mengakibatkan terbentuknya lapisan yang bersifat padas dan keras, biasa dikenal dengan lapisan tapak bajak. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui perubahan sifat-sifat morfologi, fisik dan kimia dari tanah sawah dan tanah pada lahan kering; mempelajari proses-proses pedogenesis; dan mengklasifikasikannya dengan sistem klasifikasi Soil Taksonomy 1999. Penelitian ini dilaksanakan dalam tiga tahap penelitian. Pertama, penelitian lapangan pada empat lokasi (Dramaga, Jasinga, Sukamantri dan Sindangbarang). Kedua, penelitian laboratorium dengan menganalisis sifat-sifat fisik dan kimia tanah. Ketiga, analisis data yang dilakukan secara deskriptif dan kuantitatif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa tingkat kekerasan pada tanah sawah lebih tinggi dibandingkan tanah pada lahan kering terutama di bawah lapisan olah. Nilai tingkat kekerasan tanah di bawah lapisan topsoil berkisar 2.75 kg/cm2 - 4.5 kg/cm2 lebih tinggi dari lapisan olah dan lapisan bawah dengan kisaran antara 0 kg/cm2 – 2.5 kg/cm2. Hal ini menunjukkan bahwa adanya proses pembentukan tapak bajak dalam kondisi penggenangan. Nilai pH tanah sawah cenderung lebih tinggi daripada nilai pH tanah kering. Tidak ada perbedaan yang signifikan dalam nutrisi lain seperti C-organik, fosfor dan nitrogen. Sedangkan nilai Fe, Mn dan Al diekstraksi dengan dithionite meningkat pada tanah sawah daripada tanah kering. Begitupula ekstraksi dengan pirofosfat dan oksalat, cenderung lebih tinggi dibandingkan tanah pada lahan kering. Pada keempat tanah jenis tanah sawah yang diamati menunjukkan tingkat kekerasan tanah di lapisan tapak bajak lebih tinggi dari lapisan atas (olah) atau lapisan lainnya. Tanah sawah memiliki sifat yang unik dengan proses reaksi oksidasi-reduksi sehingga memberikan warna tanah menjadi lebih gelap karena kelarutan Fe, Mn, dan Al tinggi. Klasifikasi tanah berdasarkan Soil Taksonomy antara tanah kering dan tanah sawah berubah mulai dari kategori suborder sampai kategori subgrup. Tanah Latosol dari Typic Distrudepts menjadi Aeric Epiaquepts. Tanah Podsolik dari Typic Hapludults menjadi Aeric Endoaquults. Tanah Andosol dari Thaptic Hapludands menjadi Typic Epiaquands. Tanah Regosol dari Typic Udorthents menjadi Mollic Epiaquents.id
dc.language.isoidid
dc.publisherIPB (Bogor Agricultural University)id
dc.subject.ddcAgricultureid
dc.subject.ddcSoil scienceid
dc.subject.ddc2015id
dc.subject.ddcBogor-Jawa Baratid
dc.titlePedogenesis Pada Beberapa Jenis Tanah Yang Disawahkan Di Bogor.id
dc.typeThesisid
dc.subject.keywordkonkresi Fe dan Mnid
dc.subject.keywordlapisan tapak bajakid
dc.subject.keywordtanah sawahid


Files in this item

Thumbnail

This item appears in the following Collection(s)

Show simple item record