Show simple item record

dc.contributor.authorKusharto, Clara M
dc.contributor.authorMarliyati, Sri Anna
dc.contributor.authorAdi, Annis Catur
dc.date.accessioned2016-06-27T01:45:24Z
dc.date.available2016-06-27T01:45:24Z
dc.date.issued2011
dc.identifier.urihttp://repository.ipb.ac.id/handle/123456789/81096
dc.description.abstractLebih dari separuh jumlah contoh adalah perempuan. Usia contoh adalah pada kisaran usia 12- 60 bulan dengan proporsi terbesar usia contoh antara 12-35 bulan. Umur ayah dan ibu balita contoh sebagian besar tergolong dalam dewasa awal (20-40 tahun). Tingkat pendidikan ayah dan ibu memiliki presentase terbesar pada tingkat sekolah dasar atau sederajat. Proporsi terbesar pekerjaan ayah adalah buruh baik buruh tani maupun non tani sedangkan ibu adalah ibu rumah tangga. Lebih separuh balita contoh berasal dari keluarga kecil dengan jumlah angota keluarga ≤ 4 orang dan hampir separuh tergolong keluarga miskin. Pola asuh makan ibu terhadap balita contoh sebagian besar tergolong kategori sedang, hanya sebagian kecil responden yang menyatakan memberikan makanan lengkap untuk balita contoh. Pola perawatan kebersihan ibu terhadap balita contoh sebagian besar tergolong sedang, sedangkan pola asuh terhadap akses pelayanan kesehatan dasar sebagian besar tergolong baik. Rata-rata asupan energi balita contoh sebelum intervensi yaitu 591.3 kalori dan protein 10.7 g dan sebagian besar balita contoh termasuk dalam tingkat konsumsi defisit berat. Pada akhir intervensi terjadi peningkatan asupan energi menjadi 745.4 kalori dan protein 13.5 g dan terjadi peningkatan tingkat konsumsi, dimana terjadi penurunan jumlah balita dengan tingkat konsumsi rendah dan adanya balita contoh dengan tingkat konsumsi normal. Peningkatan ini antara lain disebabkan kontribusi energi yang cukup tinggi yaitu mencapai 21.6 % dari AKG sebesar 196 kalori dan kontribusi protein mencapai 8.3 g atau setara dengan 26.1% AKG balita contoh. Hasil uji beda menunjukkan bahwa adanya perbedaan yang nyata antara konsumsi zat gizi balita contoh sebelum intervensi dan setelah diberi intervensi biskuit (P<0.05). Tingkat kepatuhan balita contoh dalam mengkonsumsi biskuit sebagian besar tergolong tinggi. Selama 88 hari / 3 bulan intervensi terjadi penurunan konsumsi biskuit pada balita contoh ,disebabkan karena balita mulai bosan dengan biskuit yang diberikan. Kepatuhan balita contoh dalam mengkonsumsi biskuit lele berhubungan signifikan dengan status gizi serta morbiditas balita contoh yang ditunjukkan dengan hasil uji statistik (P<0.05) Rata-rata z_score BB/U sebelum intervensi adalah -2.8 ± 0.4, sedangkan setelah dilakukan intervensi rata-rata nilai z_score menjadi -2.2 ± 0.5. Status gizi balita contoh sebelum intervensi yaitu gizi buruk dan gizi kurang dan setelah intervensi gizi buruk dan gizi kurang berkurang dan hampil separuh balita contoh menjadi gizi baik. Korelasi tingkat kepatuhan mengkonsumsi biskuit lele dengan status gizi balita contoh sangat signifikan (P<0.05), artinya semakin baik konsumsi balita contoh maka semakin baik status gizinya. Sedangkan tingkat kepatuhan mengkonsumsi biskuit lele dengan tingkat morbiditas contoh juga signifikan (P<0.05), artinya ada pengaruh antara konsumsi biskuit lele dengan tingkat morbiditas balitaid
dc.language.isoidid
dc.publisherInstitut Pertanian Bogorid
dc.titleDISEMINASI HASIL RISET BISKUIT FUNGSIONAL DAN PENERAPANNYA UNTUK PERCEPATAN PENANGGULANGAN MASALAH GIZI MAKRO (KEP) BALITA DI KABUPATEN SUKABUMIid
dc.typeOtherid
dc.subject.keywordBiskuit Fungsionalid
dc.subject.keywordGizi Makroid
dc.subject.keywordBalita di Kabupaten Sukabumiid


Files in this item

Thumbnail

This item appears in the following Collection(s)

Show simple item record