Penerapan Panjang Pesan Minimum Pada Analisis Kelas Laten Tipologi Perkembangan Desa Di Provinsi Jawa Timur.
View/ Open
Date
2015Author
Setiawati, Desy
Wigena, Aji Hamim
Sartono, Bagus
Metadata
Show full item recordAbstract
Salah satu strategi untuk meningkatkan presisi berbagai program pembangunan desa adalah penggunaan klasifikasi tipologi perkembangan desa sebagai bahan pertimbangan dalam perumusan program pemerintah. Kemendagri RI, telah mengembangkan konsep pengelompokan desa dalam Permendagri No. 12 Tahun 2007 yang menjadi indikator pengukuran klasifikasi tipologi perkembangan desa menjadi desa swadaya, swakarya, dan swasembada. Banyaknya peubah yang digunakan oleh Kemendagri dirasakan masih kurang efektif dari segi biaya dan waktu pendataan. Penggunaan peubah-peubah yang lebih sederhana akan lebih efektif dari segi biaya dan waktu pendataan. Provinsi Jawa Timur dipilih sebagai wilayah studi dalam penelitian ini karena walaupun Provinsi Jawa Timur sebagai salah satu penyumbang PDB tertinggi pada tahun 2010-2013, tetapi pada tahun 2011-2014, menurut data BPS, persentase kemiskinan di Provinsi Jawa Timur rata-rata masih menempati peringkat ke-15 dari persentase kemiskinan tertinggi 33 provinsi di Indonesia. Penelitian ini menggunakan metode penggerombolan Analisis Kelas Laten (AKL), karena tidak adanya kriteria tertentu dalam menentukan tipologi perkembangan desa. Tujuan dari penelitian ini adalah membandingkan penerapan Panjang Pesan Minimum dan Kemungkinan Maksimum pada penggerombolan AKL agar diperoleh kelompok tipologi perkembangan desa di Provinsi Jawa Timur yang lebih tepat. Penelitian ini menggunakan 21 peubah yang mengikuti indikator tingkat perkembangan desa yang telah ditentukan oleh Kemendagri. Berdasarkan nilai Silhouette Coefficient dan Purity, penerapan Panjang Pesan Minimum lebih baik struktur penggerombolannya dibandingkan penerapan Kemungkinan Maksimum dalam penggerombolan AKL. Oleh karena itu, penerapan Panjang Pesan Minimum dalam penggerombolan AKL dapat digunakan sebagai alternatif metode pengelompokan tipologi perkembangan desa di Provinsi Jawa Timur. Tingkat kesesuaian yang cukup tinggi antara hasil penggerombolan AKL menggunakan Panjang Pesan Minimum dan klasifikasi Kemendagri memungkinkan diperoleh kelompok tipologi perkembangan desa di Provinsi Jawa Timur yang sama baiknya dengan klasifikasi Kemendagri. Model AKL menggunakan Panjang Pesan Minimum menghasilkan lima gerombol. Tiga gerombol mempunyai karakteristik yang serupa desa swadaya, satu gerombol mempunyai karakteristik yang serupa desa swakarya, dan satu gerombol mempunyai karakteristik yang serupa desa swasembada.