Show simple item record

dc.contributor.advisorSyaufina, Lailan
dc.contributor.advisorMansur, Irdika
dc.contributor.authorKartini, Entin
dc.date.accessioned2016-02-25T04:40:30Z
dc.date.available2016-02-25T04:40:30Z
dc.date.issued2015
dc.identifier.urihttp://repository.ipb.ac.id/handle/123456789/78745
dc.description.abstractEmas adalah salah satu sumber daya mineral yang sangat potensial di Indonesia dan merupakan salah satu sumber devisa negara. Berdasarkan data Badan Geologi ESDM 2013, sumber daya emas di Indonesia mencapai 5386 miliar ton dan menurut data United States Geological Survey (USGS) 2011, cadangannya berkisar 2.3% dari cadangan emas dunia. Salah satu daerah penghasil emas di Indonesia adalah Gunung Pongkor Jawa Barat, yang merupakan kawasan Taman Nasional Gunung Halimun Salak (TNGHS). Di lokasi ini terdapat kegiatan penambangan emas legal dengan sistem tambang bawah tanah (underground mining) yang dilakukan oleh PT Antam (Persero) Tbk Unit Bisnis Pertambangan Emas Pongkor (Antam Pongkor) dan penambangan emas illegal yang dilakukan oleh penambang emas tanpa ijin (PETI) dengan sistem tambang terbuka konvensional. Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis perbedaan struktur dan komposisi vegetasi, tanah serta menduga cadangan karbon di atas permukaan tanah pada lahan tidak terganggu, tambang underground dan PETI di lokasi Gunung Pongkor, kemudian mengidentifikasi jenis-jenis vegetasi yang adaptif namun tidak bersifat Invasive serta penting secara sosial ekonomi sehingga dapat menjadi rekomendasi untuk kegiatan penanaman di lahan terganggu Antam serta TNGHS. Penelitian dilakukan dengan metode simple random sampling dengan petak sebanyak 40 buah. Pendugaan cadangan karbon menggunakan metode non destruktif sesuai SNI 7742 2011. Analisis statistik dilakukan dengan metode Anova satu arah dengan uji lanjut Fisher test menggunkan minitab versi 16. Hasil penelitian menunjukkan bahwa struktur dan komposisi tambang underground sama dengan lahan tidak terganggu yaitu stratifikasinya masih lengkap terdiri dari semak, semai, pancang, tiang, pohon juga liana dan epifit, sedangkan di lahan PETI tidak lengkap. Di lahan PETI hanya ditemukan satu jenis vegetasi pada tingkat tiang yaitu Vernonea arborea dan tidak ditemukan pohon. Spesies Syzygium lineatum, Lithocarpus sp, Maesopsis eminii, Altingia excelsa, dan Ziziphus mauritiana adalah lima spesies dengan nilai index penting (INP) tertinggi di lokasi lahan tidak terganggu. Spesies M. eminii, Lithocarpus sp, A. excelsa, V. arborea, dan Castanopsis argentea adalah lima spesies dengan INP tertinggi di lokasi tambang underground, sehingga merupakan spesies yang paling dominann di lokasi tersebut. Nilai keanekaragaman spesies (H’) di lokasi lahan tidak terganggu antara 1.28-2.62 (sedang), di lahan tambang underground antara 1.93-2.88 (sedang), sedangkan di lahan PETI antara 0-2.45 (sangat rendah hingga sedang). Nilai kekayaan jenis (R) di lahan tidak terganggu dan underground semua tingkat vegetasi antara 1.74-5.9, sedangkan R di lahan PETI nilainya dibawah 3.5 (sangat rendah). Nilai kemerataan sepesies (E) di lokasi penelitian pada semua tingkat vegetasi antara 0.58-0.98 (relatif merata), kecuali di lahan tambang PETI untuk tingkat tiang dan pohon adalah nol. Hasil uji statistik menunjukkan bahwa vegetasi di lahan tidak terganggu tidak berbeda dengan lahan underground, namun berbeda dengan lahan PETI pada tingkat pohon, demikian juga vegetasi di lahan underground berbeda dengan PETI pada tingkat pohon. Sifat fisika tanah di lokasi lahan tidak terganggu dan lahan tambang underground, komposisi liat lebih tinggi dibanding fraksi lainnya yaitu 35.86 % dan 36.88 %, sedangkan di lahan PETI komposisi pasir yang lebih tinggi (54.36%). Hasil uji statistik menunjukkan bahwa sifat fisika tanah pada lahan tidak terganggu tidak berbeda dengan lahan underground namun berbeda dengan lahan PETI untuk fraksi pasir dan debu, demikian juga sifat fisika tanah di lahan underground berbeda dengan lahan PETI untuk fraksi pasir dan debu. Sifat kimia tanah di lokasi lahan tidak terganggu pada umumnya sama dengan lahan tambang underground. Di lokasi lahan underground maupun lahan tidak terganggu nilai pH dibawah 5 (sangat rendah) C-organik dan KTK tinggi, sedangkan lahan PETI kandungan C-organik dan KTK sangat rendah. Hasil uji statistik menujukkan bahwa sifat kimia tanah lahan tidak terganggu pada umumnya tidak berbeda dengan lahan underground kecuali CN ratio yang berbeda, sedangkan dengan PETI pada umumnya berbeda kecuali Ca, K, Na dan Al, demikian juga sifat kimia tanah di lahan underground pada umumnya berbeda degan PETI kecuali Ca, K, Na dan Al. Biodiversitas makrofauna tanah di lahan tambang underground (H’ = 2.43, Dmg = 5,43 dan J = 0.63) lebih tinggi dibandingkan lahan tidak terganggu (H’ = 2.11, Dmg = 3.65 dan J = 0.55), dan menurun di lahan PETI (H’1.84, DMG 2.38, dan J = 0.48). Hasil uji statistik menunjukkan bahwa makrofauna tanah di lahan tidak terganggu tidak berbeda dengan lahan underground namun berbeda dengan lahan PETI, demikian juga makrofauna tanah di lahan underground berbeda dengan lahan PETI. Potensi cadangan karbon di lokasi lahan tidak terganggu adalah 288.94 tons C/ha dan lahan underground 192.74 ton C/ha, sedangkan di lokasi lahan PETI hanya 0.06 ton C/ha. Hasil uji statistik menunjukkan bahwa cadangan karbon di atas permukaan tanah di lahan underground tidak berbeda dengan lahan tidak terganggu, sedangkan lahan PETI secara signifikan lebih kecil dibandingkan dengan lahan underground. Jenis-jenis tumbuhan di lokasi penelitian yang adaptif dan berpotensi sebagai pionir antara lain Altingia excelsa, Castanopsis argentea, Ficus pandana Burm, Lithocarpus sp, Lithocarpus sundaicus, Mallotus paniculatus, Schima walichii, Ziziphus mauritiana, Vitex pubescens, Syzygium lineatum, Eurya acuminata, Ficus fistulosa, Vernonea arborea, Ficus benjamina, dan Ficus montana. Jumlah vegetasi yang ditemukan di lokasi penelitian sebanyak 100 jenis dan hasil studi berbagai literatur tercatat 99% (99 jenis) diantaranya adalah jenis tumbuhan yang memiliki fungsi yang penting secara sosial ekonomi seperti tumbuhan obat (54 jenis), bahan bangunan, kontruksi, furnitur (23 jenis), bahan kerajinan (4 jenis), pakan ternak (4 jenis) dan tumbuhan yang memiliki manfaat ganda (14 jenis).id
dc.language.isoidid
dc.publisherBogor Agricultural University (IPB)id
dc.publisherBogor Agricultural University (IPB)id
dc.subject.ddcAgricultureid
dc.subject.ddcSoilid
dc.titleKarakteristik Vegetasi Dan Tanah Serta Cadangan Karbon Pada Lahan Tambang Di Gunung Pongkor, Bogor, Jawa Baratid
dc.typeThesisid
dc.subject.keywordtambang undergroundid
dc.subject.keywordtambang PETIid
dc.subject.keywordvegetasiid
dc.subject.keywordkarakteristik tanahid
dc.subject.keywordcadang karbonid


Files in this item

Thumbnail

This item appears in the following Collection(s)

Show simple item record