Show simple item record

dc.contributor.advisorSoetarto, Endriatmo
dc.contributor.advisorSumardjo
dc.contributor.advisorHardjomidjojo, Hartrisari
dc.contributor.authorSuyanto, Edy
dc.date.accessioned2016-01-08T22:39:53Z
dc.date.available2016-01-08T22:39:53Z
dc.date.issued2015
dc.identifier.urihttp://repository.ipb.ac.id/handle/123456789/77290
dc.description.abstractPermasalahan Kota Purwokerto cukup kompleks, tidak bisa ditangani sekedar berbasis proyek, tetapi harus secara komprehensif dengan visi ke depan. Mewujudkan kota yang hijau, tidak hanya tugas pemerintah saja, tetapi harus ada dukungan partisipasi penuh masyarakatnya. Goodwill dan political will dari pemerintah dalam mewujudkan kota hijau harus didukung masyarakatnya. Pemerintah beberapa waktu lalu telah menerapkan teknologi pengolahan sampah untuk meminimalisasi jumlah sampah (zero waste) menuju green waste, namun belum berhasil. Diperlukan partisipasi masyarakat dalam upaya mengurangi jumlah sampah rumah tangga dan perbaikan kebijakan. Strategi kebijakan untuk mengembangkan kebijakan saat ini, sehingga dapat menjawab dan memecahkan permasalahan yang dihadapi perlu dibuat. Permasalahan dirumuskan sebagaiberikut (1) aktor-aktor manakah yang dominan dapat menggerakkan green waste menuju terbentuknya green community dalam membangkitkan partisipasi elemen masyarakat mendukung Kota Hijau Purwokerto?, (2) bagaimanakah transformasi green community berbasis “proyek” menjadi berbasis “komunitas” mampu berpartisipasi dalam green waste lintas rumah tangga upaya mendukung P2KH Kota Purwokerto? dan (3) bagaimanakah formulasi rumusan kebijakan dan strategi green waste lintas rumah tangga serta membangun model green waste berbasis partisipasi green community mendukung Kota Hijau?Purwokerto. Tujuan utama penelitian ini adalah membangun model partisipasi green community dalam green waste lintas rumah tangga mendukung program pengembangan kota hijau. Tujuan khusus adalah menganalisis (1) aktor-aktor lingkungan yang dominan dan mampu memunculkan elemen masyarakat sehingga berpartisipasi dalam green waste lintas rumah tangga, (2) transformasi green community berbasis proyek menjadi berbasis sosiologi dalam partisipasi pengelolaan sampah rumah tangga green waste upaya mendukung program pengembangan kota hijau, (3) strategi kebijakan Pemda dalam pengelolaan sampah dan (4) membangun model green waste berbasis partisipasi green community dan menyusun formulasi strategi kebijakan pengelolaan sampah mendukung program pengembangan kota hijau. Penelitian ini dianalisis dan dirancang sebagai berikut: (1) aktor-aktor dominan penggerak green waste lintas rumah tangga menuju terbentuknya green community upaya membangkitkan partisipasi elemen masyarakat mendukung kota hijau. Pendekatan kuantitatif, pengambilan responden kepala keluarga, rukun tetangga, rukun warga dan nasabah bank sampah menggunakan proposiona random sampling, pemulung menggunakan area sampling dan. Analisis statistik yang digunakan adalah deskriptif dan path analysis. (2) partisipasi green community dalam green waste lintas rumah tangga. Pendekatan yang digunakan adalah kualitatif triangulasi, analisis interaktif, pengambilan informan purposive sampling. (3) strategi kebijakan dan permodelan pengelolaan sampah. Analisis yang digunakan adalah Analisis Hierarki Proses (AHP) dan sistem dinamik dengan powersim. Hasil penelitian menunjukkan bahwa aktor-aktor dominan penggerak green waste adalah anggota green community, disusul pengurus bank sampah dan dasa wisma pengelola sampah. Faktor-faktor yang menyebabkan meningkatnya kualitas dan kuantitas sampah rumah tangga adalah (a) meningkatnya populasi penduduk, (b) meningkatnya tingkat ekonomi masyarakat,(c) perubahan pola konsumsi dan (d) gaya hidup masyarakat. Faktor-faktor yang menyebabkan meningkatnya jumlah penduduk Kota Purwokerto adalah (a) tingkat mortalitas yang menurun disebabkan karena faktor usia harapan hidup meningkat, kebersihan dan kesehatan semakin terjamin, serta faktor alam seperti bencana alam yang semakin rendah dan (b) tingkat kelahiran tinggi. Hal ini disebabkan karena faktor demografi, pandangan masyarakat, meningkatnya kesadaran pentingnya kesehatan, meningkatnya keadaan gizi, (c) tingkat urbanisasi dan (d) faktor “budaya”. Kondisi lingkungan sosial masyarakat termasuk katagori relatif baik. Hal ini dapat dilihat dari pendidikan meningkat, kondisi kesehatan meningkat, tingkat kriminalitas semakin menurun. Kondisi ekonomi masyarakat semakin meningkat sejalan dengan meningkatnya berbagai fasilitas. Kualitas lingkungan budaya cukup kondusif, walaupun terjadi “degradasi”. Bahasa familier digunakan adalah dialek ngapak, dengan karakter masyarakatnya yang cablaka dengan simbol “Bawor”. Terjadi transformasi green community dari semula berbasis “proyek” menuju ke berbasis “komunitas”. Hal ini cukup baik dalam menjaga kesinambungan green community. Partisipasi aktor green community dalam green waste sampai saat ini sudah cukup baik, hal ini dapat dilihat dari kegiatan yang dilakukan meliputi yaitu (a) kelembagaan,(b) pendanaan, (c) menggerakaan atau memberdayakan masyarakat dengan menerapkan pola kerigan, (d) teknis operasional pengelolaan sampah dengan pola 3R (reduse, reuse dan recycle,(e) melakukan kegiatan membersihkan sungai, kegiatan ini dikenal operasi “serangan fajar”, (f) koordinasi denganTNI-AD, (g) melaksanakan penghijauan, (h) sosialisasi program pengembangan kota hijau, pola 3 R (reduse, reuse dan recycle), (i) Pembinaan dan pembentukan bank sampah, (j) kerjasama dengan Badan Lingkungan Hidup, Dinas Cipta Karya Kebersihan dan Tata Ruang dalam pengelolaan sampah, (k) kerjasama dengan Dinas Pendidikan Kebudayaan dalam mensosialisasikan tentang bank sampah kepada siswa SMPN dan (l) kerjasama dengan stakeholders dalam pengadaan sarana prasarana tempat sampah. Hasil AHP tentang kebijakan pengelolaan sampah menunjukkan bahwa partisipasi green community dalam pengelolaan sampah merupakan prioritas pertama, prioritas kedua pola 3R, prioritas ketiga penegakan hukum dan keempat pemilahan sampah . Kriteria kebijakan kota hijau prioritas pertama kota bersih, lalu biaya dan ketiga pendapatan. Aktor yang menjadi pertimbangan dalam kebijakan adalah prioritas pertama masyarakat, lalu Pemda, ketiga LSM/ bank sampah, keempat pengusaha dan terakhir pemulung. Sistem dinamis dengan sub-model demografi, sub-model persampahan dan sub-model partisipasi, berdasarkan uji validitas AME semuanya valid. Strategi kebijakan dalam mendukung kota hijau adalah melakukan pembentukan green community, pendirian bank sampah, mendirikan beberapa ruang terbuka hijau berupa taman kota, program yang dirintis adalah paradigma green waste lintas rumah tangga dengan mengedepankan ekoliterasi dan ekodesain, revitalisasi manajemen pengelola sampah, deposit sampah, asuransi kesehatan sampah, pendirian taman “KEHATI”, Taman Buah dan Rita Theme Park, dan pelaksanaan Festival Purwokerto Bersih serta pembentukan Perda insentif dan desintensif dalam green waste lintas rumah tangga . Kata kunci: Green Community, Kebijakan, Green Waste dan Kota Hijau .id
dc.language.isoidid
dc.publisherIPB (Bogor Agricultural University)id
dc.subject.ddcEnvironmental scienceid
dc.subject.ddcGreen issuesid
dc.titleModel Partisipasi Green Community dalam Perumusan Kebijakan Green Waste Lintas Rumah Tangga Mendukung Kota Hijau Purwokerto, di bawah bimbinganid
dc.typeDissertationid
dc.subject.keywordGreen Communityid
dc.subject.keywordKebijakanid
dc.subject.keywordGreen Wasteid
dc.subject.keywordKota Hijauid


Files in this item

Thumbnail

This item appears in the following Collection(s)

Show simple item record