Show simple item record

dc.contributor.advisorNicot, Philippe C.
dc.contributor.advisorWiyono, Suryo
dc.contributor.advisorTondok, Efi Toding
dc.contributor.authorAzis, Asti Irawanti
dc.date.accessioned2015-05-20T07:53:28Z
dc.date.available2015-05-20T07:53:28Z
dc.date.issued2015
dc.identifier.urihttp://repository.ipb.ac.id/handle/123456789/75193
dc.description.abstractPengendalian hayati dengan mikroorganisme dan penginduksi ketahanan merupakan metode untuk mengurangi ketergantungan terhadap penggunaan pestisida kimia sintetik dalam pengendalian penyakit tanaman. Keefektifan pengendalian ini dipengaruhi oleh faktor-faktor kompleks yang belum dapat dipahami secara keseluruhan. Penelitian ini mengkaji 2 topik utama, (1) Kerentanan dari 7 isolat patogen Sclerotinia sclerotiorum terhadap cendawan hiperparasit Coniothyrium minitans. Setiap sclerotia dari masing-masing strain patogen diinokulasi dengan 105 spora C. minitans per ml air steril dan diinkubasi dalam kondisi lembab. Pengamatan perkembangan C. minitas dilakukan pada 3 dan 4 minggu setelah inokulasi menggunakan mikroskop binokular dan mikroskop elektron. Tiga isolat S. sclerotiorum kemudian dipilih untuk pengujian dual kultur; (2) Penginduksi ketahanan untuk melindungi berbagai kultivar selada terhadap serangan S. sclerotiorum. Enam kultivar selada masing-masing diberi perlakuan dengan 3 jenis suspensi penginduksi ketahanan (acibenzolar-S-methyl 0.01%, bahan mineral kalsium 0.1% dan ekstrak khamir 0.2%). Tiga hari setelah perlakuan, setiap kultivar diinokulasi dengan miselium patogen S. Sclerotiorum dengan metode detached leaf. Pengamatan dilakukan 2 hari setelah inokulasi dengan mengukur luasan gejala nekrotik yang terbentuk pada daun. Hasil studi pertama menunjukkan bahwa 2 dari 7 isolat S. sclerotiorum, isolat SS4 dan SS6, lebih banyak diinfeksi oleh cendawan antagonis C. minitans. Akan tetapi, berdasarkan persentase mortalitas dapat diketahui bahwa isolat SS4 (±60%) merupakan isolat yang paling rentan terhadap C. minitans dibandingkan dengan isolat SS6 (±10%). Hal ini menjelaskan mengenai keragaman efikasi dari penggunaan agen antagonis di lapangan yang diamati pada beberapa pertanaman di Prancis. Selanjutnya, hasil studi kedua menunjukkan bahwa efek perlindungan dari semua jenis penginduksi ketahanan berbeda terhadap setiap kultivar. Walaupun secara statistik tidak terdapat pengaruh yang nyata pada interaksi antara kultivar tanaman dan bahan penginduksi uji, dari studi kedua ini dapat diketahui bahwa ekstrak khamir memiliki kemampuan untuk menginduksi ketahanan pada sebagian besar kultivar uji dengan persentase perlindungan mencapai 70%. Penyakit Lettuce drop yang disebabkan oleh S. sclerotiorum dapat dikendalikan dengan menggunakan cendawan antagonis C. minitans dan penginduksi ketahanan sebagai strategi pengendalian alternatif. Metode-metode ini memiliki prospek yang baik, tetapi dibutuhkan pengkajian lebih lanjut untuk mengoptimalkan keefektifannya di lapangan. Kata kunci :en
dc.language.isoid
dc.publisherIPB (Bogor Agricultural University)
dc.subject.ddcPlant diseasesen
dc.subject.ddcPlant protectionen
dc.titlePengendalian Hayati Sclerotinia sclerotiorum pada Tanaman Selada: Apakah Keefektifan Pengendalian Dipengaruhi oleh Kultivar dan Strain Patogen?en
dc.subject.keywordConiothyrium minitansen
dc.subject.keywordpenginduksi ketahananen
dc.subject.keywordrebah seladaen


Files in this item

Thumbnail

This item appears in the following Collection(s)

Show simple item record