Show simple item record

dc.contributor.advisorPurwoko, Bambang S.
dc.contributor.advisorSulistyono, Eko
dc.contributor.authorMara, Kartika Kirana Sangga
dc.date.accessioned2015-01-05T03:50:11Z
dc.date.available2015-01-05T03:50:11Z
dc.date.issued2014
dc.identifier.urihttp://repository.ipb.ac.id/handle/123456789/72892
dc.description.abstractPadi gogo ialah penghasil beras alternatif selain padi sawah. Produksi beras yang dihasilkan pada tahun 2013 mengalami peningkatan sebanyak 1.81 juta ton (2.62 persen) dibandingkan tahun 2012. Peningkatan produksi padi pada tahun 2013 tersebut diperkirakan terjadi di Jawa sebesar 0.87 juta ton dan di luar Jawa sebesar 0.94 juta ton. Namun ketersediaannya yang kontinu dari tahun ke tahun tidak terjamin akibat semakin sempitnya lahan subur dan kondisi perubahan iklim saat ini. Kondisi tersebut menyebabkan budidaya padi gogo saat ini dialihkan ke lahan marjinal. Kondisi lahan marjinal ini berupa rendahnya intensitas cahaya (naungan), kandungan aluminium yang tinggi dan ancaman kekeringan yang dapat dialami tanaman secara tunggal maupun ganda. Oleh karena itu dibutuhkan galur/varietas yang toleran terhadap cekaman abiotik. Upaya yang efektif untuk mendapatkan galur/varietas tersebut adalah dengan menggabungkan teknik pemuliaan konvensional dan non konvensional, yaitu teknik kultur antera. Galur-galur padi gogo hasil kultur antera yang digunakan dalam penelitian ini adalah galur III3-4-6-1, I5-10-1-1, WI-44, GI-7, O18-b-1, IW-67, IG-19, IG-38, IW-56, B13-2-e. Dua varietas yaitu Batutegi dan Way Rarem digunakan sebagai kontrol. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui penampilan agronomi dan toleransi terhadap cekaman naungan, kekeringan dan aluminium pada galur-galur padi gogo hasil kultur antera dibanding varietas pembandingnya. Ada empat percobaan yang dilakukan, yaitu penampilan agronomi, uji toleransi naungan berdasarkan metode Sasmita (2006), uji toleransi kekeringan berdasarkan metode Balitpa (2009) dan klasifikasi berdasarkan Sistem Evaluasi Standard pada Padi, IRRI (1996), dan uji toleransi aluminium berdasarkan metode Bakhtiar (2007) yang telah dimodifikasi dan klasifikasi toleransi berdasarkan Balitpa (2009). Hasil penelitian ini adalah galur B13-2-e (4.64 ton ha-1) dan WI 44 (4.05 ton ha-1) mempunyai bobot gabah kering giling tertinggi setelah varietas Way Rarem (4.95 ton ha-1), sedangkan galur III3-4-6-1 (2.49 ton ha-1) mempunyai bobot gabah kering giling terendah. Galur I5-10-1-1, WI-44, O18-b-1, IW-56, B13-2-e toleran terhadap naungan, galur O18-b-1 toleran terhadap kekeringan, galur O18-b-1 dan III3-4-6-1 agak toleran terhadap cekaman aluminium. Berdasarkan hasil penelitian ini, galur I5-10-1-1, WI-44, B13-2-e mempunyai potensi hasil yang tergolong tinggi dan dapat digunakan sebagai tanaman sela di lahan yang ternaungi. Galur O18-b-1 dapat digunakan sebagai tanaman sela di lahan dengan jenis tanah Podsolik Merah Kuning dan di lahan bawah tegakan, walaupun potensi hasilnya tergolong rendah.en
dc.language.isoid
dc.publisherIPB (Bogor Agricultural University)
dc.subject.ddcHorticultureen
dc.subject.ddcOrizaen
dc.titlePenampilan Agronomi dan Toleransi Cekaman Abiotik Galur Padi Gogo Hasil Kultur Anteraen
dc.subject.keyworddeteksi dinien
dc.subject.keywordnaunganen
dc.subject.keywordtoleransi cekaman aluminiumen
dc.subject.keywordtoleransi kekeringanen
dc.subject.keywordtumpang sari.en


Files in this item

Thumbnail

This item appears in the following Collection(s)

Show simple item record