Analisis Risiko Aliran Piroklastik Gunungapi Merapi Pasca Erupsi 2010 Menggunakan Data Penginderaan Jauh dan Sistem Informasi
View/ Open
Date
2014Author
Yulianto, Fajar
Tjahjono, Boedi
Anwar, Syaiful
Metadata
Show full item recordAbstract
Kejadian erupsi Merapi pada 26 Oktober – 23 November 2010 telah menyebabkan terjadinya kerusakan lahan pada lingkungan sekitarnya. Selain itu, juga telah mengakibatkan jatuhnya korban jiwa dan kerugian harta benda. Banyaknya material erupsi yang dikeluarkan berupa endapan piroklastik telah merubah dan menutup kondisi topografi permukaan di sekitar lereng Merapi. Perubahan morfologi pada puncak dan topografi di sekitar lereng Merapi pasca erupsi 2010 dapat membuka peluang potensi aliran piroklastik dengan arah yang berbeda dari kondisi sebelumnya. Selain itu, kondisi tersebut juga dapat mempengaruhi besarnya risiko yang ditimbulkan di daerah sekitarnya. Pada penelitian ini, analisis perubahan kondisi topografi akibat erupsi Merapi 2010, dilakukan dengan membandingkan data Digital Elevation Model (DEM) pada saat sebelum (pre-) dan sesudah (post-) kejadian erupsi. Pendekatan metode Interferometri Synthetic Aperture Radar (InSAR) telah digunakan dalam penelitian ini untuk menghasilkan data DEM. Pengolahan metode InSAR diterapkan pada data citra satelit Advanced Land Observing Phased Array L-Band Synthetic Aperture Radar - ALOS PALSAR level 1.0 (raw data) dengan referensi ketinggian data DEM SRTM resolusi 30 m. Prediksi arah aliran piroklastik pasca erupsi Merapi 2010 perlu dilakukan untuk mengetahui sejauh mana aliran piroklastik dapat terjadi akibat perubahan kondisi topografi. Penggunaan algoritma Monte Carlo pada software Volcanic Risk Information System (VORIS) dalam Sistem Informasi Geografis (SIG) diterapkan dalam penelitian ini untuk mengetahui arah aliran piroklastik. Akibat adanya perubahan kondisi topografi pasca erupsi Merapi 2010, dapat diprediksi bahwa peluang utama aliran piroklastik memiliki kecenderungan mengarah ke Sungai Gendol dan Sungai Opak hingga menempuh jarak radius berturut-turut adalah 8 km dan 10 km, dan menyebar dengan peluang kecil ke arah Sungai Woro dengan jarak 5 km dari puncak Merapi. Peta Kerentanan Vulkanik ditentukan berdasarkan Analisis Multi Kriteria (AMK) dari penggabungan antara aspek Fisik (F), Sosial (S), Ekonomi (E) dan Lingkungan (L) di daerah penelitian. Mekanisme pembobotan yang dilakukan berdasarkan Proses Hierarki Analisis (PHA) pada metode Perbandingan Berpasangan (PB), menghasilkan formula Volc_Vulnb = ((0.31 * F) + (0.34 * S) + (0.20 * E) + (0.16 * L)). Analisis risiko vulkanik pasca erupsi Merapi 2010 secara skematis dapat ditentukan berdasarkan kombinasi antara peta bahaya vulkanik dan peta kerentanan vulkanik. Bedasarkan peta bahaya hasil prediksi aliran piroklastik, potensi risiko tinggi hingga sangat tinggi terdapat pada daerah di sepanjang Sungai Opak sampai dengan jarak radius 10 km dari puncak Merapi dan sepanjang Sungai Gendol dengan jarak radius sekitar 7 km dari puncak Merapi.
Collections
- MT - Agriculture [3682]